SUKU/ FAMILI RUBIACEAE
Rubiaceae umumnya berupa tumbuhan
berkayu dapat berupa semak, perdu, atau pohon-pohon jarang berupa
herba dengan daun tunggal atau majemuk yang duduk berhadapan, dengan
atau tanpa daun penumpu. Daun penumpu terletak antara tangkai daun, berlekatan
berpasangan, kadang-kadang terbagi dalam tajuk. Bunga di ketiak atau terminal,
kadang-kadang tunggal, kebanyakan dalam berbagai bentuk karangan bunga
beraturan, kebanyakan berkelamin 2, kelopak dan mahkota berdaun lekat.
Bunga banci aktinomorf
atau zygomorf biasanya berbilangan 4-5, kadangkadang lebih, biasanya
membentuk bunga majemuk. Daun mahkota berlekatan, pada bunga
yang aktinomorf benang sari sama banyaknya dengan daun mahkota, pada
bunga yang zygomorf jumlah benang sari lebih sedikit, duduk berseling dengan
daundaun mahkota. Dalam bunga biasanya terdapat cakram. Benang sari sama banyak
dengan tajuk mahkota dan berseling dengannya, tertancap pada tabung atau leher
mahkota. Kepala sari beruang. Bakal buah seluruhnya atau sebagian besar
tenggelam, beruang sampai banyak. Tangkai putik satu. Buah sangat
bermacammacam: buah buni, buah batu atau pecah dalam kendaga, biji kebanyakan
mempunyai lembaga lurus atau bengkok.
Pada umumnya Rubiaceae
memiliki tipe daun penumpu (stipula) interpetiolaris
atau intrapetiolaris. Stipula sederhana, terkadang lebih
besar dari daun misalnya pada Gallium. Bunga majemuk, berkumpul membentuk satu
unit, misalnya pada Sacropcephalus, dan Morinda. Pada Gardenia dan Randia juga
beberapa jenis yang lain perbungaannya disusun oleh bunga yang kecil yang terletak
diantara terminal. Pada Coffea arabica bunganya terletak di ketiak
daun, dengan bunga hermaprodit tipe aktinomorf, dan terdiri atas empat atau
lima kelopak. Bunga lengkap dengan bakal buah yang epigin. Misalnya
pada Coprosoma. Corolla terdiri dari lima atau empat petal yang
saling berlekatan, dengan bentuk seperti corong.
· Daerah penyebaran
Famili Rubiaceae tersebar luas di
seluruh dunia, dapat ditemukan di kawasan tropis dan subtropis. Ditemukan
melimpah di Amerika Utara dan Asia selatan. Kawasan Asia terdiri dari 135 genus
yang mewakili seluruh vegetasi maupun tumbuhan bawah dari dataran rendah dan
hutan hujan. Jenis ini juga tumbuh liar di pematang sawah, tebing-tebing
sungai, pinggir jalan, kebun atau di padang rumput. Tumbuh dari dataran rendah
sampai menengah dari ketinggian 10 sampai 600 meter dari permukaan laut
misalnya Hedyotis diffusa.
1. Jabon (Anthocephalus
cadamba)
Jabon
merupakan salah satu jenis pohon asli Indonesia dan memiliki prospek cukup baik
untuk dikembangkan karena jabon termasuk pohon cepat tumbuh, dapat tumbuh di
berbagai jenis tanah, tidak mudah terserang oleh hama dan penyakit secara
serius. Tinggi pohon jabon dapat mencapai 45 m dengan panjang
batang bebas cabang 30 m, diameter batang 160 cm, batangnya lurus
dan silindris, bertajuk tinggi dengan cabang mendatar, pangkal batang berbanir
sampai ketinggian 1,50 m. Kulit luar berwarna kelabu-coklat sampai coklat,
sedikit beralur dangkal. Daunnya tunggal, panjang tangkai 1½ -- 4
cm, helaian daun berbentuk ellips atau lonjong, kadang hampir bundar. Bunganya
cukup besar, semacam bunga bongkol, diameter 4 ½ -- 6 cm. Panjang Buah 6 mm
diliputi daun kelopak, bagian bawahnya agak lunak, berbiji banyak. Kayu jabon
mempunyai berat jenis 0,42 (0,29--0,56), kelas kuat III—IV, dan kelas awet V.
A. Tempat Tumbuh dan Penyebaran Alamiah
Jabon merupakan tanaman pionir yang
dapat tumbuh baik pada tanah-tanah Aluvial yang lembab dan umumnya dijumpai di
hutan sekunder di sepanjang bantaran sungai dan daerah transisi antara daerah
berawa, daerah yang tergenang air secara permanen maupun secara
periodik. Beberapa pohon jabon terkadang juga ditemukan di hutan
primer. Pohon jabon tumbuh baik pada berbagai jenis tanah, terutama pada
tanah-tanah yang subur dan beraerasi baik.
Kondisi
lingkungan tempat tumbuh yang dibutuhkan oleh jabon adalah tanah lempung,
Podsolik Cokelat, dan Aluvial lembab yang biasanya terpenuhi di
daerah
pinggir sungai, daerah peralihan antara tanah rawa, dan tanah kering yang
kadang-kadang
tergenangi air. Umumnya, jabon ditemukan di hutan sekunder
dataran
rendah dan dijumpai di dasar lembah, sepanjang sungai dan punggungpunggung
bukit.
Jabon
juga dapat tumbuh dengan baik di tanah liat, tanah lempung Podsolik Coklat,
tanah tuft halus atau tanah berbatu. Jabon termasuk tanaman yang
toleran terhadap tanah asam, tetapi pertumbuhannya menjadi kurang optimal bila
ditanam pada lahan yang berdrainase jelek. Kondisi iklim tempat
tumbuh yang sesuai untuk jabon adalah tipe iklim basah sampai kering dengan
tipe curah hujan A sampai D.
Jabon
juga dapat tumbuh secara alami di lahan-lahan bekas tambang di Kalimantan
Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, dan Nusa Tenggara Barat yang memang
kondisinya ekstrim, yaitu di tanah dengan pH yang rendah (pH = 4)
dan
tidak subur, terendam air, serta kondisi lingkungan yang sangat terbuka
dengan
suhu yang relatif tinggi. Kelebihan jabon itulah yang membuat jabon
potensial
sebagai alternatif untuk dipilih selain pohon sengon dan akasia yang
telah
lebih dahulu menjadi jenis pohon utama tanaman untuk rehabilitasi lahan
bekas
tambang.
Cahaya
merupakan faktor yang sangat penting bagi pertumbuhan jabon.Pada habitat
alaminya, suhu maksimum untuk pertumbuhan jabon berkisar 32–42 ˚C dan suhu
minimum berkisar 3–15,5 ˚C. Jabon tidak toleran terhadap cuaca
dingin, rata-rata curah hujan tahunan di habitat alaminya berkisar 1.500–5.000
mm. Jabon dapat pula tumbuh pada daerah kering dengan curah hujan
tahunan sedikitnya 200 mm, misalnya di bagian tengah Sulawesi Selatan.
Pohon
jabon tumbuh baik pada ketinggian 300–800 m di atas permukaan laut. Di
daerah khatulistiwa, jenis ini tumbuh pada ketinggian 0–1.000 mdpl.
Penyebaran alamiah Jabon terjadi di beberapa negara di antaranya di Australia,
Cina, India, Indonesia, Malaysia, Papua Nugini, Filipina, Singapura, dan
Vietnam. Jabon merupakan jenis pohon yang disukai tidak hanya di habitat
alaminya, tetapi juga di luar habitat alaminya. Jabon juga telah berhasil
diintroduksikan di Kosta Rika, Puerto Riko, Afrika Selatan,
Suriname,Taiwan,Venezuela, dan negaranegara subtropis dan tropis lainnya .
Di
Indonesia sendiri, jabon ternyata memiliki daerah penyebaran alami hampir di
seluruh wilayah Indonesia, seperti Sumatera, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan
Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi, Nusa Tenggara Barat, dan Papua.
B. Klasifikasi Tanaman Jabon (Anthocephalus Cadamba)
Regnum :
Plantae (tumbuhan)
Subregnum
: Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh)
Superdivisi :
Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Divisi :
Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)
Kelas :
Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)
Sub-kelas :
Asteridae
Ordo :
Rubiales
Famili
: Rubiaceae
Genus :
Anthocephalus
Spesies :
Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq.
C. Ciri- Ciri Umum
a)
Daun
Daun jabon berbetuk oval. Panjang daun
tanaman dewasa antara 15 – 50 cm dengan lebar daun antara 8 -25 cm. Daun jabon
berwarna hijau pada bagian atas, dan hijau pucat pada bagian bawah. Daun jabon
halus, tidak berbulu, dan sedikit berlapis lilin di bagian atasnya. Tulang daun
jabon terlihat jelas, berwarna hijau muda.
b)
Batang
Batang tanaman jabon berbentuk
silinder, cenderung tumbuh lurus dengan sedikit percabangan. Batang tanaman
muda berwarna hijau sampai hijau kecoklatan, namun setelah tanaman dewasa,
warnanya berubah menjadi abu-abu.
Pertumbuhan
batang jabon sangat cepat. Diameter dan ketinggiannya cepat bertambah selama 8
tahun pertama. Rata-rata pertumbuhan tinggi selama 8 tahun pertama sekitar 3
meter / tahun, dengan pertambahan diameter batang sekitar 7 cm. Setelah 8
tahun, pertumbuhannya agak melambat dengan pertambahan tinggi hanya 2
meter / tahun dan pertambahan diameter batang hanya 3 cm/tahun. Batang jabon
dapat mencapai diameter 45 cm. Cabang dan ranting membentu tajuk berbentuk
mahkota yang lebar. Pada tanaman muda, cabang dan ranting berwarna abu-abu dan
lunak. Namun pada tanaman dewasa, cabang dan ranting berwarna agak coklat,
keras dan kasar.
c)
Akar
Jabon sebagai tanaman dikotil, memiliki
2 jenis akar, yaitu akar tunggang dan akar samping. Kedua akar ini memiliki
pekerjaan utama yang berbeda, namun saling mendukung. Akar tunggang berfungsi
memperkokoh pohon, sedangkan akar samping mencari hara dan air. Akar dapat
tumbuh sangat panjang, terutama bila terjadi kekurangan unsur hara. Akar yang
terlalu panjang tidak baik secara bududaya karena akan mengganggu keberadaan
tanaman lain.
d)
Bunga
dan biji
Bunga jabon memiliki bentu bulat,
dengan pusat bunga ditumbuhi banyak kelopak bunga berbentuk jarum. Kelopak
jarum memiliki warna kuning dengan ujung berwarna putih. Penyebaran bunga jabon
dapat dilakukan oleh angin, serangga, atau kelelawar. Jabon berbunga pada bulan
April – Agustus dan mulai berbuah pada bulan Agustus – Nopember.
e)
Biji
Biji jabon berukuran sangat kecil
dengan bentuk trigonal atau tidak beraturan. Posisi biji berada di ujung bunga.
Biji sulit tumbuh pada kondidi kering, terlalu lembab, atau terkena sinar
matahari langsung.
2. Mengkudu (Morinda
citrifolia L.)
Tanaman mengkudu
merupakan tanaman tahunan (perenial) yang berbentuk perdu, dengan ketinggian
antara 3-8 m, batang tanaman keras dan berkayu yang tumbuh ke atas serta
mempunyai banyak percabangan. Cabang-cabang tumbuh mendatar dengan arah keluar
kanopi tanaman. Daun termasuk daun tunggal, terdiri atas satu helai daun setiap
satu tangkai daun (petiolus). Berbentuk lonjong, dengan ukuran panjang antara
10-40 cm dan lebar antara 15-17 cm, tergantung tingkat kesuburan tanaman.
Permukaan daun bagian atas berwarna hijau mengkilap, sedangkan permukaan bagian
bawah berwarna hijau agak pucat. Tangkai daun pendek dan melekat pada batang
atau cabang secara berselang-seling atau berpasangan. Semakin subur pertumbuhan
tanman, semakin rimbun dan besar ukuran daunnya.
A. Klasifikasi Tumbuhan Mengkudu
Kingdom :
Plantae
Subkingdom
: Tracheobionta
Super
Divisi : Spermatophyta
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: magnoliopsida
Ordo
: Rubiales
Famili
: Rubiaceae
Genus
: Morinda
Spesies
: Morinda citriffolia L.
B. Ciri-Ciri Umum
a)
Pohon
Pohon
mengkudu tidak begitu besar, tingginya antara 4-6 m, batang bengkok-bengkok,
berdahan kaku, kasar, dan memiliki akar tunggang yang tertancap dalam. Kulit
batang cokelat keabu-abuan atau cokelat kekuning-kuniangan, berbelah dangkal,
tidak berbulu, anak cabangnya bersegi empat. Tajuknya selalu hijau sepanjang
tahun. Kayu mengkudu mudah sekali dibelah setelah dikeringkan. Bisa digunakan
untuk penopang tanaman lada.
b)
Daun
Berdaun tebal
mengkilap. Daun mengkudu terletak berhadap-hadapan. Ukuran daun besar-besar,
tebal, dan tunggal. Bentuknya jorong-lanset, berukuran 15-50 x 5-17 cm, tepi
daun rata, ujung lancip pendek. Pangkal daun berbentuk pasak. Urat daun
menyirip. Warna hijau mengkilap, tidak berbulu. Pangkal daun pendek, berukuran
0,5-2,5 cm. ukuran daun penumpu bervariasi, berbentuk segi tiga lebar. Daun
mengkudu dapat dimakan sebagai sayuran. Nilai gizi tinggi karena banyak
mengandung vitamin A.
c)
Bunga
Perbungaan mengkudu
bertipe bonggol bulat, bergagang 1-4 cm. Bunga tumbuh di ketiak daun penumpu
yang berhadapan dengan daun yang tumbuh normal. Bunganya berkelamin dua.
Mahkota bunga putih, berbentuk corong, panjangnya bisa mencapai 1,5 cm. Benang
sari tertancap di mulut mahkota. Kepala putik berputing dua. Bunga itu mekar
dari kelopak berbentuk seperti tandan. Bunganya putih dan harum.
d)
Buah
Buah dari tanaman
mengkudu diketahui ada yang berbiji sedikit dan sebagian lagi berbiji banyak.
Buah mengkudu yang berbiji sedikit tentunya lebih disukai orang karena lebih
mudah untuk mengkonsumsinya jika dibandingkan dengan buah mengkudu yang
memiliki biji banyak yang membuat orang lebih enggan untuk memakannya karena
repot dan demi alasan kepraktisan semata. Di kalangan masyarakat, buahnya yang
berbenjol tidak beraturan itu telah digunakan secara luas sebagai bahan rujak
terutama buah yang setengah masak. Banyak sedikitnya biji pada buah mengkudu
tentunya dapat ikut menentukan tingkat kesukaan orang dalam memilih buah
mengkudu sebagai bahan rujak tersebut. Bentuk dan ukuran buah mengkudu ternyata
juga beranekaragam, ada yang berukuran besar dengan berbentuk lonjong,
memanjang dan membulat atau juga ada yang berukuran lebih kecil dengan
berbentuk lonjong atau membulat. Buah mengkudu yang berukuran besar
diperkirakan akan lebih menguntungkan untuk dibudidayakan karena dapat
menghasilkan volume sari buah yang lebih besar. Seperti diketahui, di dalam
sari buah mengkudu terkandung berbagai senyawa penting yang sangat berguna
dalam pengobatan dan nutrisi seperti Vitamin A, Vitamin C, Vitamin A, Niamcin,
Thiamin, Riboflavin, Besi, Kalsium, Natrium, Kalium, Protein, Lemak,
Karbohidrat dan Kalor.
e)
Biji
Biji mengkudu
berwarna hitam, memiliki albumen yang keras dan ruang udara yang tampak jelas.
Biji itu tetap memiliki daya tumbuh tinggi, walaupun telah disimpan selama 6
bulan. Perkecambahannya 3-9 minggu setelah biji disemaikan. Pertumbuhan tanaman
setelah biji tumbuh sangat cepat. Dalam waktu 6 bulan, tinggi tanaman dapat
mencapai 1,2-1,5 m. Perbungaan dan pembuahan dimulai pada tahun ke-3 dan
berlangsung terus-menerus sepanjang tahun. Umur maksimum dari tanaman mengkudu
adalah sekitar 25 tahun.
f)
Habitus
Termasuk tanaman
berperawakan pohon, menahun dengan ketinggian maksimal sekitar 4 meter.
g)
Akar
Tanaman dengan sistem
perakaran tunggang (Radix Primaria)
h)
Batang
Arah tumbuh batang
tegak lurus (erectus) dengan pola percabangan sympodial dengan bentuk batang quaddlangularis
(segi 4)
Tanaman mengkudu
terutama buahnya memiliki banyak kegunaan antara lain: untuk obat tekanan darah
tinggi, beri-beri, melancarkan kencing, radang ginjal, radang empedu, radang
usus, disentri, sembelit, nyeri limpa, limpa bengkak, sakit lever, liur
berdarah, kencing manis (diabetes melitus), cacingan, cacar air, kegemukan
(obesitas), sakit pinggang (lumbago), sakit perut (kolik), dan perut mulas
karena masuk angin, kulit kaki terasa kasar (pelembut kulit), menghilangkan
ketombe, antiseptik, peluruh haid (emenagog), dan pembersih darah. Air perasan
buah masak yang diparut digunakan untuk kumur-kumur (gargle) pada difteri atau
radang amandel. Godogan buah, kulit batang atau akar digunakan untuk mencuci
luka dan ekzema (Wijayakusuma dkk., 1996).
Buah mengkudu dapat
menghambat pertumbuhan tumor dengan merangsang sistem imun yang melibatkan
makrofag dan atau limfosit (Hirazumi et al., 1994). Ekstrak buah ini juga
terbukti paling efektif menghambat sel RAS yang menyebabkan kanker di antara
500 ekstrak yang diuji (Hirazumi et al., 1993).Younos et al. (1990) melakukan
studi mengenai efek analgesik dan sedatif ekstrak tanaman mengkudu dan
menyatakan bahwa ekstrak mengkudu mempunyai aktivitas analgesik secara
konsisten, tidak toksik, dan tergantung pada dosis.
3. Tanaman kopi (Coffea
Arabica)
Kopi termasuk
kelompok tanaman semak belukar dengan genus Coffea. Kopi termasuk ke
dalam family Rubiaceae, subfamili Ixoroideae dan suku Coffea. Seorang bernama
Linneaus merupakan orang yang pertama mendeskripsikan spesies kopi (Coffee
Arabica) pada tahun 1753. Menurut Bridson dan Vercourt pada tahun 1988, kopi
dibagi menjadi dua genus yakni Coffea dan Psilanthus. Genus Coffea terbagi
menjadi dua subgenus yakni Coffea dan Baracoffea. Subgenus Coffea terdiri dari
88 spesies. Sementara itu subgenus Baracoffea terdiri dari 7 spesies.
Berdasarkan geografik (tempat tumbuh) dan rekayasa genetik, kopi dapat
dibedakan menjadi lima. Kopi yang berasal dari Ethiopia, Madagaskar serta Benua
Afrika bagian barat, tengah dan timur (Andre Illy dan Rinantonio Viani, 2005).
A. Klasifikasi Tumbuhan kopi
Kingdom: Plantea
Divisi:
Magnoliophyta
Kelas:
Magnoliopsida
Ordo:
Gentianacea
Famili:
Rubiaceae
Genus
: Coffea
Spesies:
Coffea arabica; Coffea robusta
B. Ciri Umum
Tumbuhan Kopi
1. Akar
Tanaman kopi merupakan jenis tanaman
berkeping dua (dikotil) dan memiliki akar tunggang. Pada akar tunggang, ada
beberapa akar kecil yang tumbuh ke samping (melebar) yang sering disebut akar
lebar. Pada akar lebar ini tumbuh akar rambut, bulu-bulu akar dan tudung akar.
Tudung akar berfungsi untuk melindungi akar ketika mengisap unsur hara dari
tanah.
2. Batang
Batang yang dimiliki oleh tanaman kopi
berbentuk bulat (tres) yang mana bagian bawahnya berukuran lebih besar dan
semakin ke ujung ukuran batang semakin mengecil. Pada permukaan batang tanaman
kopi memiliki sifat melepaskan kerak pada bagian kulit yang mati. Tanaman kopi
tumbuh ke atas yang tingginya bisa jadi mencapai sekitar 12 m. Pada setiap
batang yang tegak tersebut ada ruas – ruas ditumbuhi kuncup – kuncup kopi. Kopi
memiliki berapa cabang, di antaranya cabang reproduksi
(orthotrop),cabang utama (plagiotrop), cabang sekunder, cabang kipas, cabang
pecut, cabang balik dan cabang air.
3. Daun
Daun pada tumbuhan kopi berwarna hijau
yang berbentuk jorong dan berujung meruncing. Pada pangkal daun tepinya tidak
pernah bertemu karena terpisahkan oleh ujung tangkai yang tumpul.
Organ daun di susun oleh tangkai daun (petioles) dan helaian (lamina) yang mana
tumbuhnya pada batang, cabang serta ranting yang berdampingan di ketiak. Tulang
yang dimiliki oleh daun kopi adalah menyirip dan memiliki satu ibu tulang
terbentang dari pangkal hingga ujung yang merupakan terusan dari tangkai daun.
Tepi daunnya berombak dan mengkilap, tetapi tergantung dari varietasnya tanaman
kopi.
4. Bunga
Tanaman kopi menghasilkan bunga banyak,
oleh karena itu termasuk dalam jenis Planta multiflora. Letak bunga tersebut
pada setiap ketiak daun yang membentuk rangkaian bergerombol sehingga disebut
bunga majemuk.Tanaman kopi memiliki alat kelamin jantan (benang sari) dan
betina (putik). Tanaman kopi masuk pada golongan tanaman berumah satu
(monoceus) yang berarti bunga jantan dan betina berada dalam satu batang
tumbuh.Tanaman kopi memiliki bakal buah yang terletak pada dasar bunga cekung
terdiri dari 2 butir biji.
5. Buah
Warna buah kopi adalah hijau muda pada
awalnya, kemudian berubah hijau tua lalu kuning, ketika matang akan berubah
warna menjadi merah atau merah tua. Biasanya ukurannya sekitar 12 – 18 mm untuk
biji varietas arabika dan berukuran sekitar 8 -1 61 mm untuk jenis kopi
robusta.
C. Manfaat Kopi
1. Meningkatkan
stamina
Kopi memiliki
kandungan zat kafein yang tinggi. Adenosin dalam tubuh bekerja sebagai sel yang
menyebabkan rasa ingin tidur terhadap otak. Kafein dalam kopi mempengaruhi
kinerja sel dan menjadikan pergerakannya lebih lambat. Sehingga
membuat perasaan segar lebih lama.
2. Mencegah
kanker
Antioksidan pada kopi
membantu menekan resiko gejala kanker pada tubuh. Penelitian di Jepang pada
sejumlah wanita yang mengkonsumsi kopi 2 kali sehari, resiko terjadinya kanker
usus besar menurun sebesar 25%.
3. Kopi
menjaga kesehatan mulut
Kopi memiliki sifat
anti bakteri yang baik bagi kebersihan mulut. Hal ini dapat membantu
penyembuhan gigi berlubang, plak dan infeksi gusi. Tentu saja berpeluang besar
untuk menekan resiko kanker mulut.
4. Menyegarkan kulit
tubuh
Manfaat kopi
memaksimalkan pelepasan sel-sel kulit mati yang berdampak pada peremajaan
kulit, sehingga kulit tampak selalu sehat dan bercahaya. Cukup gunakan scrub
berbahan kopi untuk perawatan kulit secara teratur.
5. Kegunaan kopi untuk
pedicure dan manicure
Aromaterapik bubuk
kopi membantu membersihkan siku hitam dan tumit kakai yang retak.
Kratom is popular in helping connoisseurs to mentally focus. A lot of people reported the no tropic effects of Kratom, but it all depends on the Kratom strains.Buy Kratom
ReplyDelete