Suku/ Family Verbenaceae - KUMPULAN MATERI DAN TUGAS PERKULIAHAN KEHUTANAN

Latest

Belajar Berkarya Untuk Sesama Sebagai Jalan Memberi Manfaat Bagi Orang Banyak. Blog ini semoga berisi artikel-artikel yang berfaedah buat anda.

Sunday, February 2, 2020

Suku/ Family Verbenaceae


SUKU/ FAMILY VERBENACEA

Suku/ Family Verbenaceae

Verbenaceae adalah tumbuhan herbaceus yang mana merupakan famili dari tumbuhan yang disebut semak belukar ataupun pohon, yang terdiri dari sekitar 100 genera dan 2.600 jenis (Kaneohe, 2004) dan menurut Tjitrosoepomo (2000) famili ini membawahi sekitar 100-an genera dengan seluruhnya hampir meliputi 3.000 spesies, banyak terdapat di daerah tropika dan sedikit sekali di luar daerah tersebut.
Verbenaceae atau verbena memiliki hubungan kekerabatan paling dekat dengan Lamiaceae (Labiatae), dan perbedaan batasan antara kedua famili ini adalah belum jelas tetapi karakter dari kedua famili ini yang kelihatannya menjadikan perbedaan. Studi phyllogenetik terbaru sudah menunjukkan bahwa pada beberapa jenis tumbuhan memiliki kesalahan pengelompokkan yang mana dikelompokkan ke dalam Verbenaceae yang akhirnya kelompok jenis ini dipindahkan dari Verbenaceae ke dalam Labiatae. Contoh Avicennia sp. kadang-kadang ditempatkan ke dalam kelompok Avicenniaceae, selain itu Verbenaceae sudah terbukti lebih memiliki hubungan kekerabatan yang lebih dekat dengan Lamiales dibanding dengan Lamiaceae
Verbenaceae merupakan tumbuhan terna, semak atau perdu, kadang-kadang juga berupa pohon atau liana dengan ranting-ranting jelas berbentuk segi empat, jelas kelihatan terutama pada ujung-ujung yang masih muda. Daun tunggal tanpa daun penumpu, duduknya berhadapan, jarang tersebar atau berkarang. Bunga dalam rangkaian yang bersifat rasemos. Kelopak berlekuk atau bergigi 4-5, dapat bervariasi dari 2-6, seringkali zigomorf. Mahkota membentuk buluh yang nyata, berbilangan 5, jarang 4, kebanyakan dengan taju-taju mahkota yang tidak sama besar, sedikit miring, tidak jelas berbibir. Benang sari biasanya 4, 2-2 tidak sama panjang, jarang hanya 2 ditambah 2 yang mandul, atau sama sekali tidak ada. Bakal buah menumpang, tersusun dari 2-4 daun buah yang tepinya melipat ke dalam membentuk sekat, hingga bakal buah terbagi-bagi dalam 4-8 ruang. Salah satu daun kadang-kadang tereduksi, sehingga bakal buah hanya beruang 2. Pada setiap d aun buah terdapat 2 bakal biji yang apotrop atau anatrop, menempel pada tepi daun buah. Tangkai putik pada ujung bakal buah tidak terbagi. Buahnya buah batu yang berisi 2, 4 atau 8 biji.

A.    Jati (Tectona grandis)
Tanaman jati merupakan habitus pohon. Pada daerah kering dan berbatu, pohon ini memiliki cabang yang rendah, tingginya sekitar 15-20 m dan diameter batangnya hanya 50 cm. sedangkan pada daerah yang subur dan cukup air tingginya dapat mencapai 30 m serta diameter pohonnya dapat mencapai 2 meter (Hyene, 1987). Pohon jati memiliki akar tunggang. Struktur batangnya kayu, Jenis daun pada tanaman ini tunggal, letaknya tersebar dan berbentuk lonjong. Lebar daunnya 30-40 cm sedangkan panjangnya bisa mencapai 40-50 cm. struktur pangkal dan ujungnya meruncing, pertulangan menyirip, permukannya kasar. Pada daun yang tua warnanya hijau pucat sedangan pada daun yang muda berwarna merah keunguan.

A.    Klasifikasi Tanaman Jati (Tectona grandis)
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
   Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
      Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
          Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
              Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
                  Sub Kelas: Asteridae
                       Ordo: Lamiales
                            Famili: Lamiaceae
                                 Genus: Tectona
                                            Spesies: Tectona grandis L.f.

B.     Ciri-ciri Umun
1.      Habitus
Pohon besar dengan batang yang bulat lurus, tinggi total mencapai 40 m. Batang bebas cabang (clear bole) dapat mencapai 18–20 m. Pada hutan-hutan alam yang tidak terkelola ada pula individu jati yang berbatang bengkok-bengkok. Sementara varian jati blimbing memiliki batang yang berlekuk atau beralur dalam; dan nampak seolah berbuku-buku seperti bambu. Kulit batang coklat kuning keabu-abuan, terpecah-pecah dangkal dalam alur memanjang batang.dan seringkali masyarakat indonesia salah mengartikan jati dengan tanaman jabon (antocephalus cadamba ) padahal mereka dari jenis yang berbeda. Pohon jati (Tectona grandis sp.) dapat tumbuh meraksasa selama ratusan tahun dengan ketinggian 40-45 meter dan diameter 1,8-2,4 meter. Namun, pohon jati rata-rata mencapai ketinggian 9-11 meter, dengan diameter 0,9-1,5 meter.
2.      Morfologi Batang
Pohon Jati dapat mencapai ukuran yang sangat besar ; dengan tinggi sampai 45 meter dan diameter 200 cm. Batang biasanya silinder tapi menjadi bergalur dan sedikit ditopang (pada bongkot berbentuk seperti belimbing khususnya pohon yang besar) pada dasar ketika dewasa. Warna kulit coklat atau abu-abu, keputihan dan ada juga yang kehitaman dengan alur memanjang dan sedikit mengelupas. Pohon tua sering beralur dan berbanir. Kulit batang tebal.
3.      Daun
Daun panjang 13-75 cm, lebar 10-40 cm dengan letak daun bersilangan, bentuk elips atau bulat telur. Bentuk tajuk rimbun. Pada daerah yang lebih dingin dan curah hujan tinggi, biasanya daun lebih lebar karena untuk mempercapt proses penguapan. bentuk daun oval dengan ujung tumpul atau agak runcing.
4.      Bunga
Bunga biseksual, berwarna putih atau berwarna krem ​​; Masa berbunga dan berbuahnya adalah Juni-Agustus setiap tahunnya. Ukuran bunga kecil, diameter 6-8 mm, keputih-putihan dan berkelamin ganda terdiri dari benangsari dan putik yang terangkai dalam tandan besar. Buahnya keras, terbungkus kulit berdaging, lunak tidak merata (tipe buah batu) . Ukuran buah bervariasi 5-20 mm, umumnya 11-17 mm. struktur buah terdiri dari kulit luar tipis yang terbentuk dari kelopak, lapisan tengah (mesokarp) tebal seperti gabus, bagian dalamnya (endokarp) keras dan terbagi menjadi 4 ruang biji. Jumlah buah per kg bervariasi sekitar 1.100- 3.500 butir, rata-rata 2.000 buah per kg. Benihnya berbentuk oval, ukuran kira-kira 5x4 mm. jarang dijumpai dalam keempat ruang berisi benih seluruhnya, umumnya hanya berisi 1-2 benih. Seringkali hanya 1 benih.yang tumbuh jadi anakan. Akar Jati memilki 2 jenis akar yaitu tunggang dan serabut. Akar tunggang merupakan akar yang tumbuh ke bawah dan berukuran besar. Fungsi utamanya menegakan pohon agar tidak mudah roboh, sedangkan akar serabut merupakan akar yang tumbuh kesamping untuk mencari air dan unsur hara. Untuk membedakan bibit jati yang berasal dari stek pucuk dan pembiakan generatif (biji) bisa dibedakan terutama dari bentuk akar (kalau mau beli bongkar dulu akarnya). Bibit jati Solomon stek pucuk mempunyai akar menyamping (kiri kanan, depan belakang seperti cakar), sedangkan bibit selain stek pucuk akarnya menghujam ke bawah. Daun jati Solomon stek pucuk lebih halus permukaannya, sedangkan bibit biasa cenderung lebih kasar. Pada batang paling bawah terlihat seperti bekas potongan yang mengeluarkan akar, pada ruas pertama terlihat lebih besar dan lebih kokoh serta cenderung lebih gelap dari ruas selanjutnya, karena pada saat pertumbuhan pucuk (proses pemotongan sampai keluar akar 3-4 minggu) terjadi penguatan batang untuk pertumbuhan akar, dan pada saat tersebut pertumbuhan pucuk terhenti. 
5.      Biologi Reproduksi
Pembungaan terjadi terutama pada musim hujan (yang bervariasi dari satu negara ke negara) meskipun beberapa pohon bunga tak teratur selama musim panas. Meskipun ribuan tunas dan bunga diproduksi, hanya kurang dari satu persen yang berkembang matang menjadi buah. Alasannya utamanya aktivitas penyerbukan memadai terutama saat hujan deras, ketidak cocokan penyerbukan sendiri menyebabkan buah berguguran karena efek dominan dari bunga pertama yang dibuka juga sebagai akibat infeksi jamur . Secara umum, jati secara parsial self- kompatibel dan buatan lintas pollinations lebih efektif daripada pollinations diri buatan. selfing terjadi karena sebagian besar penyerbuk menghabiskan waktu mereka di antara perbungaan dari satu pohon , kecuali beberapa serangga seperti tawon , yang mengambil penerbangan antar pohon . Oleh karena itu , meskipun jati lebih suka penyerbukan silang itu dipaksa untuk menerima selfing juga . Meskipun ada empat locules dalam buah , hanya satu atau dua mengandung biji . Waktu antara berbunga dan biji adalah sekitar enam bulan . Buah yang tertutup dalam kelopak kering meningkat, yang membantu dalam penyebaran angin. Selama musim hujan, tampuk membantu buah mengapung di air dan harus tersebar lebih lanjut.
6.      Penyebaran dan habitat
Penyebaran alami Jati berkisar dari sub-benua India melalui Myanmar dan Thailand ke Laos . Tanaman Jati cocok tumbuh pada hutan tropis bersuhu panas dan tanah aluvial. Tanaman jati tidak tahan terhadap genangan, tergenang sedikit saja bisa menyebabkan akar busuk dan berjamur, selain itu tanaman jati juga tidak tahan terhadap naungan, bila ternaungi tanaman jati akan tumbuh kerdil dan pertumbuhan batang terhambat. India memiliki salah satu sepertiga dari penyebaran alami . Tanaman Jati tersebar terputus-putus diseluruh Semenanjung India di bawah garis 24 ° lintang utara, dinegara bagian Madhya Pradesh , Maharashtra , Tamilnadu ,Karnataka dan Kerala. Di Myanmar, spesies tersebar di seluruh negeri hingga 25 ° lintang utara. Di Thailand, penyebaran terjadi secara alami hingga 17,5 ° lintang utara dan dari 97 ° sampai 101 ° bujur timur, di daerah DAS Mae Khong, Salween dan sungai Chao Phya, dan tersebar luas sampai ke Laos. Jati telah diperkenalkan sebagai jenis tanaman di sebanyak 36 negara tropis di Asia tropis, Afrika dan Amerika Selatan dan Tengah.
7.      Kegunaan Kayu
Jati adalah kayu tropis unggulan dengan sterling sifat kayu, memiliki kepadatan kayu rata-rata 650kg/m3. Kayu jati termasuk kelas kuat I dan kelas awet II . Penyebab keawetan dalam kayu teras jati adalah tectoquinon (2-methylan thraquinone). Kayu jati mengandung 47,5% selulosa, 30% lignin, 14,5%pentosan, 1,4% abu dan 0,4-1,5% silika. Karena daya tahan alami dan dimensi stabilitas, jati sering digunakan untuk pembuatan perahu dan pembuatan kapal. Selain itu juga jati dapat digunakan untuk pembuatan kayu lapis, flooring, furniture, lemari , alat musik dan kerajinan /ukiran kayu, bantalan rel kereta api, tiang jembatan, mebel, balok dan gelagar rumah, serta kusen, pintu, dan jendela.
Daun jati memiliki beberapa khasiat antara lain sebagai obat radang tenggorokan, sakit sendi, dan memiliki beberapa kandungan kimia seperti flavonoid, saponin, tanin galatin, tanin katekat, kuinon dan steroid/triterpenoid. Flavonoid yang banyak terkandung dalam tanaman jati adalah quersetin dengan kadar 0,023%. Kandungan Bahan Aktif Pada Tanaman Jati yang Berpotensi sebagai Obat. Bahan aktif yang terdapat dalam daun jati, yaitu quercetin, saponin dan tanin dapat bekerja secara bersama-sama untuk menurunkan kadar kolesterol yang terlarut dalam darah.

B.     Biti (Vitex cofassus)
Kayu Bitti atau Gufasa (Vitex Cofassus) yang merupakan flora identitas Provinsi Gorontalo ini memiliki sifat dan kegunaan yang hampir mirip dengan kayu Jati (Tectona Grandis). Khusus untuk kawasan timur Indonesia, kayu ini sudah cukup melegenda. Hal ini disebabkan karena kayu jenis ini memiliki serat yang rapat dan tidak disukai oleh rayap. Kayu Bitti bisa tumbuh dengan tinggi mencapai 40 hingga45 meter dan biasanya tanpa banir. Diameter batang dapat mencapai 80 hingga 130 cm, beralur dalam dan jelas, kayunya padat dan berwarna kepucatan. Kayunya tergolong sedang hingga berat, kuat, tahan lama dan tidak mengadung silika. Daun yang bersilangan dengan atau tanpa bulu halus di sisi bawahnya. Susunan bunga terminal, merupakan bunga berkelamin ganda, dimana helai kelopaknya bersatu pada bagian dasar membentuk mangkuk kecil, sedangkan mahkotanya bersatu pada bagian dasar yang bercuping 5 tidak teratur. Mahkotanya berwarna putih keunguan, terdapat tangkai dan kepala sari di dalam rongga mahkota, bakal buah terletak di atas dasar bunga

1.      Klasifikasi Tanaman Biti (Vitex cofassus)
Kingdom                      : Plantae
     Divisio                         : Spermatophyta
                               Class                            : Angiospermae
                          Ordo                            : Tubiflorae
                              Famili                          : Verbenaceae
                                   Genus                          : Vitex
                                          Species                        : Vitex Cofassus Reinw.

2.      Cirri Umum
a.       Daun
Daun bersilangan dengan atau tanpa bulu halus pada sisi bawahnya. Susunan bunga terminal, merupakan bunga berkelamin ganda, dimana helai kelopaknya bersatu pada bagian dasar membentuk mangkuk kecil, sedang helai mahkotanya bersatu pada bagian dasar yang bercuping 5 tidak teratur. Mahkota putih keunguan, terdapat tangkai dan kepala sari di dalam rongga mahkota, bakal buah di atas dasar bunga (superior). Buah berdaging, bulat hingga lonjong, dengan diameter 5-12 mm yang saat masak berwarna ungu tua. Terdapat 1 – 4 biji dalam setiap buahnya.
b.      Pohon
Pohon gufasa atau biti berukuran sedang hingga besar dan dapat mencapai tinggi hingga 40 meter. Batangnya biasanya tanpa banir dan diameternya dapat mencapai 130 cm, beralur dalam dan jelas, kayunya padat dan berwarna kepucatan. Kayunya tergolong sedang hingga berat, kuat, tahan lama dan tidak mengandung silika. Kayu basah beraroma seperti kulit.
c.       Buah
Buah berdaging, bulat hingga lonjong, diameter 5-12 mm, saat masak ungu tua. Terdapat 1- 4 biji dalam setiap buahnya.
d.       Penyebaran Dan Habitat
Kayu Bitti tersebar di Kepulauan Bismarck, Papua Nugini, Pulau Salomon, Philipina, dan indonesia kawasan timur yamg meliputi Sulawesi, Maluku dan Papua. Di Sulawesi Selatan tersebar di Kabupaten Bone, Enrekang, Luwu, Barru, Jeneponto, Bantaeng, Soppeeng, Sidrap, Bulukumba dan Selayar. Pada umumnya tanaman Bitti tumbuh sebagai pohon pohon kodominan di hutan dataran rendah. Jenis ini masih bisa ditemukan di daerah dengan ketinggian 2.000 mdpl, namun peretumbuhannya lebih bagus jika ditanam di daerah di bawah ketiggian 800mdpl . Vitex Cofassus memerlukan pencahayaan yang penuh. Pada musim kemarau spesies ini menggugurkan daunnya
Bitti tumbuh pada berbagai tingkat kesuburan tanah, mulai dari tanah yang kering, dengan tekstur liat sampai liat berpasir, berbatu, berkapur, dan tandus. Tersebar di daerah yang memiliki usim basah dan musim kering yang nyata. Terkhusus di Kabupaten Bulukumba, Bitti dibudidayakan secara meluas untuk hutan rakyat
e.       Pemanfaatan
Seiring semakin berkurangnya Jati (Tectona Grandis) dan harganaya di pasaran yang semakin meroket, maka masyarakat mulai mencari alternatif lain yang mudah di jangkau dan gampang diperoleh. Karena kayu Bitti memiliki sifat yang mirip dengan Jati yaitu memiliki daya tahan yang kuat, lentur dan tahn terhadap rayak, sehingga kayu Bitti di peroleh sebagai alternatif yang tepat. Di kalangan masyarakat luas kayu Bitti dijadikan sebagai bahan baku untuk konstruksi rumah, baik berupa papan maupun balok atau kuseng, di gunakan dalam industri pembuatan kapal dan perahu, karena memiliki daya tahan di dalam air. Sedangkan untuk industri meubel seperti pembuatan lemari, meja, kursi dan lain sebagainya, kayu Bitti di pilih karena memiliki tekstur yang baik dan tahan terhadap rayap. Tidak jarang pula kayu ini dibuat tangga, jembatan, ukiran, bahkan di Kepulauan Solomon, Bitti digunakan sebagai bahan baku untuk membuat gendang yang besar yang mereka namanakan Gundu. Selain itu Kayu Bitti juga merupakan komuditas expor utama dari Sulawesi, Papua Nugini dan Kepulauan Solomon dengan tujuan ke Jepang.


No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar secara bijak sesuai topik pembahasan