SUKU/ FAMILY VERBENACEA
Suku/ Family Verbenaceae |
Verbenaceae adalah tumbuhan herbaceus
yang mana merupakan famili dari tumbuhan yang disebut semak belukar ataupun
pohon, yang terdiri dari sekitar 100 genera dan 2.600 jenis (Kaneohe, 2004) dan
menurut Tjitrosoepomo (2000) famili ini membawahi sekitar 100-an genera dengan
seluruhnya hampir meliputi 3.000 spesies, banyak terdapat di daerah tropika dan
sedikit sekali di luar daerah tersebut.
Verbenaceae atau verbena memiliki
hubungan kekerabatan paling dekat dengan Lamiaceae (Labiatae), dan perbedaan
batasan antara kedua famili ini adalah belum jelas tetapi karakter dari kedua
famili ini yang kelihatannya menjadikan perbedaan. Studi phyllogenetik terbaru
sudah menunjukkan bahwa pada beberapa jenis tumbuhan memiliki kesalahan
pengelompokkan yang mana dikelompokkan ke dalam Verbenaceae yang akhirnya
kelompok jenis ini dipindahkan dari Verbenaceae ke dalam Labiatae. Contoh
Avicennia sp. kadang-kadang ditempatkan ke dalam kelompok Avicenniaceae, selain
itu Verbenaceae sudah terbukti lebih memiliki hubungan kekerabatan yang lebih dekat
dengan Lamiales dibanding dengan Lamiaceae
Verbenaceae merupakan tumbuhan terna,
semak atau perdu, kadang-kadang juga berupa pohon atau liana dengan
ranting-ranting jelas berbentuk segi empat, jelas kelihatan terutama pada
ujung-ujung yang masih muda. Daun tunggal tanpa daun penumpu, duduknya
berhadapan, jarang tersebar atau berkarang. Bunga dalam rangkaian yang bersifat
rasemos. Kelopak berlekuk atau bergigi 4-5, dapat bervariasi dari 2-6,
seringkali zigomorf. Mahkota membentuk buluh yang nyata, berbilangan 5, jarang
4, kebanyakan dengan taju-taju mahkota yang tidak sama besar, sedikit miring,
tidak jelas berbibir. Benang sari biasanya 4, 2-2 tidak sama panjang, jarang
hanya 2 ditambah 2 yang mandul, atau sama sekali tidak ada. Bakal buah
menumpang, tersusun dari 2-4 daun buah yang tepinya melipat ke dalam membentuk
sekat, hingga bakal buah terbagi-bagi dalam 4-8 ruang. Salah satu daun
kadang-kadang tereduksi, sehingga bakal buah hanya beruang 2. Pada setiap d aun
buah terdapat 2 bakal biji yang apotrop atau anatrop, menempel pada tepi daun
buah. Tangkai putik pada ujung bakal buah tidak terbagi. Buahnya buah batu yang
berisi 2, 4 atau 8 biji.
A.
Jati (Tectona grandis)
Tanaman jati merupakan habitus pohon.
Pada daerah kering dan berbatu, pohon ini memiliki cabang yang rendah,
tingginya sekitar 15-20 m dan diameter batangnya hanya 50 cm. sedangkan pada
daerah yang subur dan cukup air tingginya dapat mencapai 30 m serta diameter
pohonnya dapat mencapai 2 meter (Hyene, 1987). Pohon jati memiliki akar
tunggang. Struktur batangnya kayu, Jenis daun pada tanaman ini tunggal,
letaknya tersebar dan berbentuk lonjong. Lebar daunnya 30-40 cm sedangkan
panjangnya bisa mencapai 40-50 cm. struktur pangkal dan ujungnya meruncing,
pertulangan menyirip, permukannya kasar. Pada daun yang tua warnanya hijau
pucat sedangan pada daun yang muda berwarna merah keunguan.
A.
Klasifikasi
Tanaman Jati (Tectona grandis)
Kingdom:
Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom:
Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super
Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi:
Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas:
Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub
Kelas: Asteridae
Ordo:
Lamiales
Famili:
Lamiaceae
Genus:
Tectona
Spesies:
Tectona grandis L.f.
B.
Ciri-ciri Umun
1. Habitus
Pohon
besar dengan batang yang bulat lurus, tinggi total mencapai 40 m. Batang bebas
cabang (clear bole) dapat mencapai 18–20 m. Pada hutan-hutan alam yang
tidak terkelola ada pula individu jati yang berbatang bengkok-bengkok.
Sementara varian jati blimbing memiliki batang yang berlekuk
atau beralur dalam; dan nampak seolah berbuku-buku seperti bambu. Kulit
batang coklat kuning keabu-abuan, terpecah-pecah dangkal dalam alur memanjang
batang.dan seringkali masyarakat indonesia salah mengartikan jati dengan
tanaman jabon
(antocephalus cadamba ) padahal
mereka dari jenis yang berbeda. Pohon jati (Tectona grandis sp.) dapat tumbuh
meraksasa selama ratusan tahun dengan ketinggian 40-45 meter dan diameter
1,8-2,4 meter. Namun, pohon jati rata-rata mencapai ketinggian 9-11 meter,
dengan diameter 0,9-1,5 meter.
2. Morfologi Batang
Pohon
Jati dapat mencapai ukuran yang sangat besar ; dengan tinggi sampai 45 meter
dan diameter 200 cm. Batang biasanya silinder tapi menjadi bergalur dan sedikit
ditopang (pada bongkot berbentuk seperti belimbing khususnya pohon yang besar)
pada dasar ketika dewasa. Warna kulit coklat atau abu-abu, keputihan dan ada
juga yang kehitaman dengan alur memanjang dan sedikit mengelupas. Pohon tua
sering beralur dan berbanir. Kulit batang tebal.
3. Daun
Daun panjang 13-75 cm, lebar 10-40 cm
dengan letak daun bersilangan, bentuk elips atau bulat telur. Bentuk tajuk
rimbun. Pada daerah yang lebih dingin dan curah hujan tinggi, biasanya daun
lebih lebar karena untuk mempercapt proses penguapan. bentuk daun oval dengan
ujung tumpul atau agak runcing.
4. Bunga
Bunga biseksual, berwarna putih atau berwarna
krem ; Masa berbunga dan berbuahnya adalah Juni-Agustus setiap tahunnya.
Ukuran bunga kecil, diameter 6-8 mm, keputih-putihan dan berkelamin ganda
terdiri dari benangsari dan putik yang terangkai dalam tandan besar. Buahnya
keras, terbungkus kulit berdaging, lunak tidak merata (tipe buah batu) . Ukuran
buah bervariasi 5-20 mm, umumnya 11-17 mm. struktur buah terdiri dari kulit
luar tipis yang terbentuk dari kelopak, lapisan tengah (mesokarp) tebal seperti
gabus, bagian dalamnya (endokarp) keras dan terbagi menjadi 4 ruang biji.
Jumlah buah per kg bervariasi sekitar 1.100- 3.500 butir, rata-rata 2.000 buah
per kg. Benihnya berbentuk oval, ukuran kira-kira 5x4 mm. jarang dijumpai dalam
keempat ruang berisi benih seluruhnya, umumnya hanya berisi 1-2 benih.
Seringkali hanya 1 benih.yang tumbuh jadi anakan. Akar Jati memilki 2 jenis
akar yaitu tunggang dan serabut. Akar tunggang merupakan akar yang tumbuh ke
bawah dan berukuran besar. Fungsi utamanya menegakan pohon agar tidak mudah
roboh, sedangkan akar serabut merupakan akar yang tumbuh kesamping untuk
mencari air dan unsur hara. Untuk membedakan bibit jati yang berasal dari stek
pucuk dan pembiakan generatif (biji) bisa dibedakan terutama dari bentuk akar
(kalau mau beli bongkar dulu akarnya). Bibit jati Solomon stek pucuk mempunyai
akar menyamping (kiri kanan, depan belakang seperti cakar), sedangkan bibit
selain stek pucuk akarnya menghujam ke bawah. Daun jati Solomon stek pucuk
lebih halus permukaannya, sedangkan bibit biasa cenderung lebih kasar. Pada
batang paling bawah terlihat seperti bekas potongan yang mengeluarkan akar,
pada ruas pertama terlihat lebih besar dan lebih kokoh serta cenderung lebih
gelap dari ruas selanjutnya, karena pada saat pertumbuhan pucuk (proses
pemotongan sampai keluar akar 3-4 minggu) terjadi penguatan batang untuk
pertumbuhan akar, dan pada saat tersebut pertumbuhan pucuk terhenti.
5. Biologi
Reproduksi
Pembungaan terjadi terutama pada musim
hujan (yang bervariasi dari satu negara ke negara) meskipun beberapa pohon
bunga tak teratur selama musim panas. Meskipun ribuan tunas dan bunga
diproduksi, hanya kurang dari satu persen yang berkembang matang menjadi buah.
Alasannya utamanya aktivitas penyerbukan memadai terutama saat hujan deras,
ketidak cocokan penyerbukan sendiri menyebabkan buah berguguran karena efek
dominan dari bunga pertama yang dibuka juga sebagai akibat infeksi jamur .
Secara umum, jati secara parsial self- kompatibel dan buatan lintas
pollinations lebih efektif daripada pollinations diri buatan. selfing terjadi
karena sebagian besar penyerbuk menghabiskan waktu mereka di antara perbungaan
dari satu pohon , kecuali beberapa serangga seperti tawon , yang mengambil
penerbangan antar pohon . Oleh karena itu , meskipun jati lebih suka
penyerbukan silang itu dipaksa untuk menerima selfing juga . Meskipun ada empat
locules dalam buah , hanya satu atau dua mengandung biji . Waktu antara
berbunga dan biji adalah sekitar enam bulan . Buah yang tertutup dalam kelopak
kering meningkat, yang membantu dalam penyebaran angin. Selama musim hujan,
tampuk membantu buah mengapung di air dan harus tersebar lebih lanjut.
6. Penyebaran dan habitat
Penyebaran alami Jati
berkisar dari sub-benua India melalui Myanmar dan Thailand ke Laos . Tanaman
Jati cocok tumbuh pada hutan tropis bersuhu panas dan tanah aluvial. Tanaman
jati tidak tahan terhadap genangan, tergenang sedikit saja bisa menyebabkan
akar busuk dan berjamur, selain itu tanaman jati juga tidak tahan terhadap
naungan, bila ternaungi tanaman jati akan tumbuh kerdil dan pertumbuhan batang
terhambat. India memiliki salah satu sepertiga dari penyebaran alami . Tanaman
Jati tersebar terputus-putus diseluruh Semenanjung India di bawah garis 24 °
lintang utara, dinegara bagian Madhya Pradesh , Maharashtra , Tamilnadu
,Karnataka dan Kerala. Di Myanmar, spesies tersebar di seluruh negeri hingga 25
° lintang utara. Di Thailand, penyebaran terjadi secara alami hingga 17,5 °
lintang utara dan dari 97 ° sampai 101 ° bujur timur, di daerah DAS Mae Khong,
Salween dan sungai Chao Phya, dan tersebar luas sampai ke Laos. Jati telah
diperkenalkan sebagai jenis tanaman di sebanyak 36 negara tropis di Asia
tropis, Afrika dan Amerika Selatan dan Tengah.
7. Kegunaan Kayu
Jati adalah kayu tropis
unggulan dengan sterling sifat kayu, memiliki kepadatan kayu rata-rata
650kg/m3. Kayu jati termasuk kelas kuat I dan kelas awet II . Penyebab keawetan
dalam kayu teras jati adalah tectoquinon (2-methylan thraquinone). Kayu jati
mengandung 47,5% selulosa, 30% lignin, 14,5%pentosan, 1,4% abu dan 0,4-1,5%
silika. Karena daya tahan alami dan dimensi stabilitas, jati sering digunakan
untuk pembuatan perahu dan pembuatan kapal. Selain itu juga jati dapat
digunakan untuk pembuatan kayu lapis, flooring, furniture, lemari , alat musik
dan kerajinan /ukiran kayu, bantalan rel kereta api, tiang jembatan, mebel,
balok dan gelagar rumah, serta kusen, pintu, dan jendela.
Daun jati memiliki
beberapa khasiat antara lain sebagai obat radang tenggorokan, sakit sendi, dan memiliki
beberapa kandungan kimia seperti flavonoid, saponin, tanin galatin, tanin
katekat, kuinon dan steroid/triterpenoid. Flavonoid yang banyak terkandung
dalam tanaman jati adalah quersetin dengan kadar 0,023%. Kandungan Bahan Aktif
Pada Tanaman Jati yang Berpotensi sebagai Obat. Bahan aktif yang terdapat dalam
daun jati, yaitu quercetin, saponin dan tanin dapat bekerja secara bersama-sama
untuk menurunkan kadar kolesterol yang terlarut dalam darah.
B.
Biti (Vitex cofassus)
Kayu Bitti atau
Gufasa (Vitex Cofassus) yang merupakan flora identitas Provinsi Gorontalo ini
memiliki sifat dan kegunaan yang hampir mirip dengan kayu Jati (Tectona
Grandis). Khusus untuk kawasan timur Indonesia, kayu ini sudah cukup melegenda.
Hal ini disebabkan karena kayu jenis ini memiliki serat yang rapat dan tidak
disukai oleh rayap. Kayu Bitti bisa tumbuh dengan tinggi mencapai 40 hingga45
meter dan biasanya tanpa banir. Diameter batang dapat mencapai 80 hingga 130
cm, beralur dalam dan jelas, kayunya padat dan berwarna kepucatan. Kayunya
tergolong sedang hingga berat, kuat, tahan lama dan tidak mengadung silika.
Daun yang bersilangan dengan atau tanpa bulu halus di sisi bawahnya. Susunan
bunga terminal, merupakan bunga berkelamin ganda, dimana helai kelopaknya
bersatu pada bagian dasar membentuk mangkuk kecil, sedangkan mahkotanya bersatu
pada bagian dasar yang bercuping 5 tidak teratur. Mahkotanya berwarna putih
keunguan, terdapat tangkai dan kepala sari di dalam rongga mahkota, bakal buah
terletak di atas dasar bunga
1. Klasifikasi
Tanaman Biti (Vitex cofassus)
Kingdom
: Plantae
Divisio
: Spermatophyta
Class
: Angiospermae
Ordo
: Tubiflorae
Famili
: Verbenaceae
Genus
: Vitex
Species
: Vitex Cofassus Reinw.
2. Cirri Umum
a. Daun
Daun bersilangan dengan atau tanpa bulu
halus pada sisi bawahnya. Susunan bunga terminal, merupakan bunga berkelamin
ganda, dimana helai kelopaknya bersatu pada bagian dasar membentuk mangkuk
kecil, sedang helai mahkotanya bersatu pada bagian dasar yang bercuping 5 tidak
teratur. Mahkota putih keunguan, terdapat tangkai dan kepala sari di dalam
rongga mahkota, bakal buah di atas dasar bunga (superior). Buah berdaging,
bulat hingga lonjong, dengan diameter 5-12 mm yang saat masak berwarna ungu
tua. Terdapat 1 – 4 biji dalam setiap buahnya.
b. Pohon
Pohon gufasa atau biti berukuran sedang
hingga besar dan dapat mencapai tinggi hingga 40 meter. Batangnya biasanya
tanpa banir dan diameternya dapat mencapai 130 cm, beralur dalam dan jelas,
kayunya padat dan berwarna kepucatan. Kayunya tergolong sedang hingga berat,
kuat, tahan lama dan tidak mengandung silika. Kayu basah beraroma seperti
kulit.
c. Buah
Buah berdaging, bulat hingga lonjong,
diameter 5-12 mm, saat masak ungu tua. Terdapat 1- 4 biji dalam setiap buahnya.
d. Penyebaran Dan
Habitat
Kayu Bitti tersebar di Kepulauan
Bismarck, Papua Nugini, Pulau Salomon, Philipina, dan indonesia kawasan timur yamg
meliputi Sulawesi, Maluku dan Papua. Di Sulawesi Selatan tersebar di Kabupaten
Bone, Enrekang, Luwu, Barru, Jeneponto, Bantaeng, Soppeeng, Sidrap, Bulukumba
dan Selayar. Pada umumnya tanaman Bitti tumbuh sebagai pohon pohon kodominan di
hutan dataran rendah. Jenis ini masih bisa ditemukan di daerah dengan
ketinggian 2.000 mdpl, namun peretumbuhannya lebih bagus jika ditanam di daerah
di bawah ketiggian 800mdpl . Vitex Cofassus memerlukan
pencahayaan yang penuh. Pada musim kemarau spesies ini menggugurkan daunnya
Bitti tumbuh pada berbagai tingkat
kesuburan tanah, mulai dari tanah yang kering, dengan tekstur liat sampai liat
berpasir, berbatu, berkapur, dan tandus. Tersebar di daerah yang memiliki usim
basah dan musim kering yang nyata. Terkhusus di Kabupaten Bulukumba, Bitti
dibudidayakan secara meluas untuk hutan rakyat
e. Pemanfaatan
Seiring semakin berkurangnya Jati
(Tectona Grandis) dan harganaya di pasaran yang semakin meroket, maka
masyarakat mulai mencari alternatif lain yang mudah di jangkau dan gampang
diperoleh. Karena kayu Bitti memiliki sifat yang mirip dengan Jati yaitu
memiliki daya tahan yang kuat, lentur dan tahn terhadap rayak, sehingga kayu
Bitti di peroleh sebagai alternatif yang tepat. Di kalangan masyarakat luas
kayu Bitti dijadikan sebagai bahan baku untuk konstruksi rumah, baik berupa
papan maupun balok atau kuseng, di gunakan dalam industri pembuatan kapal dan
perahu, karena memiliki daya tahan di dalam air. Sedangkan untuk industri
meubel seperti pembuatan lemari, meja, kursi dan lain sebagainya, kayu Bitti di
pilih karena memiliki tekstur yang baik dan tahan terhadap rayap. Tidak jarang
pula kayu ini dibuat tangga, jembatan, ukiran, bahkan di Kepulauan Solomon,
Bitti digunakan sebagai bahan baku untuk membuat gendang yang besar yang mereka
namanakan Gundu. Selain itu Kayu Bitti juga merupakan komuditas expor utama
dari Sulawesi, Papua Nugini dan Kepulauan Solomon dengan tujuan ke Jepang.
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar secara bijak sesuai topik pembahasan