BUDIDAYA
HUTAN TANAMAN LOKAL
“Silvikultur
Kasumeeto (Kayu Hitam)”
Kasumeeto (Kayu Hitam) Diospyros malabarica
1.
Deskripsi Umum
Kasumeeto
merupakan
nama lokal sulawesi tenggara dari spesies Diospyros
malabarica. Kasumeeto adalah sebutan
untuk jenis kayu yang berasal dari marga Diospyros;
famili Ebenaceae. Di beberapa daerah kasumeeto dikenal dengan nama kayu
hitam, culiket (Subda), Kledung (Jawa), Klicung (Lombok), Ajan (Sumbawa) dan
Klakur (Timor). Kasumeeto adalah tanaman yang tumbuh di hutan hujan
dataran rendah. Pohon Kasumeeto dapat diolah menjadi kayu yang berkualitas
cukup baik. Kasumeeto dapat tumbuh hingga mencapai ketinggian lebih dari 35
meter. Kulit pohon bagian luar berwarna hitam, bersisik, kulit bagian dalam
berwarna kemerahan. Daunnya berbentuk memanjang dan terlihat mengkilat.
Bunganya kecil dan berwarna putih. Buahnya, yang dinamakan buah Sawo, berbentuk
bulat, dan rasanya manis. Adapun bijinya dapat dijadikan obat, yaitu obat
diare.
Kayu dari jenis
ini (D. malabarica), dilaporkan
memiliki nilai ekonomis yang tinggi karena memiliki variasi garis
(stripe) yang sangat dekoratif dan artistik, sehingga banyak
digunakan untuk
meubelir (furniture), bahan kerajinan dan sebagai bahan baku pembuatan kapal
dan konstruksi misalnya untuk rumah dan jembatan
(Gratiana, 2004). Jenis pohon ini dilaporkan termasuk memiliki
pertumbuhan yang lambat, namun kayunya merupakan kayu mewah dengan corak
bergaris berwarna belang-belang hitam dikombinasi dengan
warna coklat (Dephut, 2007).
Tinggi pohon
bisa mencapai 35 m, dengan tinggi bebas cabang 10-20 m dan
diameter batang 30-80 cm. Pohon ini umumnya berbatang lurus
serta bulat dengan warna kulit luar berwarna hitam, kasar dan mengelupas
(bersisik). Daging kulit dalam berwarna agak merah. Tekstur batang
halus sampai agak halus. Arah serat lurus atau agak terpadu, permukaan
kayu licin mengkilat. Kayu gubal berwarna coklat kemerahan dan mempunyai
gradasi dengan kayu teras. Kayu teras berwarna belang-belang hitam
dengan berat jenis pada kering angin 0,80 - 1,10 gr/cm3 dan
termasuk kayu kuat dan awet (kayu kelas 1) (Gratiana, 2004; Dephut, 2007).
Batang Pohon Diospyros malabarica |
Buah Diospyros malabarica |
2.
Habitat dan Sebaran
Menurut penelitian Mayasari (2012) Diospyros malabarica dapat tumbuh pada
berbagai jenis tanah mulai dari tanah berkapur, tanah berpasir, tanah liat, dan
tanah berbatu yang bersifat permeabel, pada ketinggian tempat tumbuh 50-400
mdpl namun dapat mencapai 700 mdpl dengan pertumbuhan yang kurang baik. Klicung
dapat tumbuh dengan baik pada daerah dengan curah hujan tahunan 1.230 mm di
daerah bermusim dengan curah hujan tahunan 1.700 mm (Parigi) sampai 2.400-2.750 mm.
Jenis kayu ini dilaporkan berasal dari India dan Sri Lanka kemudian menyebar ke Asia Tenggara. Penyebaran jenis kayu ini di Asia Tenggara dilaporkan terdapat di Myanmar, Thailand, Kamboja, Malaysia (Peninsular) dan Indonesia (Giesen et al., 2007). Penyebarannya di Indonesia meliputi Sumatera, Jawa dan Sulawesi (Gratiana, 2004). Jenis kayu (D. malabarica), juga dilaporkan terdapat di daerah Nusa Tenggara Barat yang banyak dijumpai tumbuh di Sumbawa Barat bagian Selatan dan Lombok Selatan (Dephut, 2007).
3.
Perbenihan
3.1 Pengadaan Benih
3.1.1
Sumber benih
Sumber benih berasal dari biji yang ada pada buah
Kasumeeto dan sumber benih dapat pula diperoleh dari alam.
3.1.2
Biologi Reproduksi
Kasumeeto memiliki siklus pembungaan teratur sepanjang
tahun. Buah berbentuk bulat telur, mempunyai daging buah dan biji di dalamnya.,
yang matang dan disenangi monyet dan kelelawar. Panjang buah 2-5 cm dan lebar
2-4 cm. Biji berwarna coklat, berbentuk bulat. Panjang biji 0,5-0,75 cm,
terdapat 4-10 biji/buah.
3.2 Penanganan Benih
Benih Kasumeeto termasuk jenis rekalsitran (tidak bisa
disimpan lama). Biji yang baru diunduh harus segera disemaikan.
4. Pembibitan
4.1 Pengadaan bibit secara
generatif
Pengadaan bibit yang berasal dari benih umumnya
diawali dengan pengecambahan benih melalui proses penyemaian. Benih Kasumeeto dapat langsung
didederkan di bedebg tabur dengan memisahkan biji dan daging buahnya. Daya
kecambah benih mencapai 45-65 %.
Benih dapat ditabur di bedebg tabur dengan media
semai tanah : pasir (1 : 1). Peneburan benih di bedebg tabue dilakukan dengan
posisi benih yang dibenamkan harus didirikan dengan calon radikal (akar) di
bawah dan calon daun ke atas. Penyemaian benih dapat juga dilakukan langsung ke
dedeng sapih/polibag. Penyapihan bibit yang ditanam lewat bedeng tabur
dilakukan setelah berumur 0,5-1 bulan ke kantong plastik ukuran 15 x 20 cm.
Media semai penyapihan adalah campuran tanah : komos (4 : 1). Bibit yang baru
disapih diletakkan di rumah semai dengan intensitas penyinaran 50 % atau di
bedeng semai.
4.2 Pengadaan bibit anakan
alam
Selain pengadaan bibit melalui biji, pengadaan bibit
dapat dilakukan dari cabutan anakan alam yang mempunyai helai daun 4-5 helai.
4.3. pemeliharaan
dan seleksi bibit
Pemmmeliharaan bibit meliputi
penyiraman yang dilakukan 1 kali/hari. Penyulaman pada bbit yang mati,
pemupukan dengan pupuk NPK 2 gr/anakan yang dilakukan pada bibit umur 3 bulan,
pembershan gulma dan pengendalian hama penyakit serta pemotongan akar tang
tembus polibag. Umur bibit yang baik untuk penanaman adalah lebih dari 1 tahun,
baik yang berasal dari bii maupun yang berasal dari cabutan alam. Sebulan
sebelum diindahkan ke lapangan dilakukan seleksi bibit untuk mandapatkan bibit
yang berkualitas baik. Bibit yangakan dipindahkan kelapangan terlebih dahulu
diperlakukan harddening off (naungan
semai dibuka dan penyiraman dikurangi) untuk penyesuaian dengan kondisi
lingkungan.
5. Penanaman
5.1. Persiapan lahan
Kegiatan persiapan lahan (lapangan) dilakukan sebelum penanaman bibit dimulai. Kegiatannya meliputi pembersihan areal penanaman, pengukuran lokasi penanaman, penyiapan jalur pengangkutan bibit serta pengukuran jarak tanam dan pemasangan ajir. Lokasi penanaman harus sesuai dengan tempat tumbuhnya yaitu curah hujan 1300-2750 mm/tahun tipe iklim C dan D, drainase tanah baik, tanah subur, pH 6-7 dan ketinggian tempat 300-650 mdpl.
Sistem penanaman yang cukup berhasil adalah sistem tumpang sari, mengingat tanaman lambat tumbuh. Areal penanaman harus bersih. Jarak tanam 3 x 3 m dan ukuran lubanh tanam 30 x 30 x 30 cm.
5.2. Penanaman
Penanaman dilakukan pada awal musim hujan. Sebelum ditanam, kantong plasti/polibag harus dilepas, tanah dilubang tanam ditekan dengan tangan untuk membuat anakan berdiri kokoh.
5.3. Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman perlu dilakukan meliputi penyulaman, penyiangan dengan melakukan pendangiran radius 30 cm dan pembersihan rumput di sepanjang jakur tanam selebar 1 m. Pemupukan dilakukan dengan NPK dosis 120 gr/pohon pada umur di atas 1 bualan. Pemangkasan dilakukan pada pohon yang terlalu banyak cabang dan penjarangan dilakukan pada pohon yang tajyknya sudah saling menyentuh. Pemberantasan hama dan penyakit dilakukan pada tanaman yang terserang.
6. Pertumbuhan
Pohon Kasumeeto
termasuk jenis lambat tumbuh. Pohon mempunyai daun yang selalu hijau, tinggi
hingga 25 m, tinggi bebas cabang 10-20 m dan diameter 30-45 cm. Berbatabg lurus
serta bulat dengan warna kulit luar hitam, kasar dan bersisik. Daging kulit
luar berwarna agak merah. Tekstur batangnya halus sampai agak halus. Daging
kulit kuliat luar berwarna agak merah. Tekstur batangnya halus sampai agak
halus. Arah serat lurus agak terpadu, permukaan kayu berupa garis garis
dekoratif. Kayu gubal berwarna coklat kemerahan dan mempunyai batas jelas
dengan kayu teras. Kayu teras berwarna belang-belang hitam, mempunyai berat
jenis 1,05.
Daftar Pustaka
Kinho,
J. 2014. Variasi Pertumbuhan Diospyros malabarica (Desr.) Kostl. Umur 22 Bulan
Di Arboretum Balai Penelitian Kehutanan Manado. Prosiding Seminar Nasional
MAPEKI XVII. Medan.
Suryanullah,
A., Subagio dan Mirawati, B. 2010. Efektifitas Pupuk Kompos, Pupuk Kandang Dan
Urea Terhadap Pertumbuhan Bibit Klicung (Diospyros
malabarica Desr. Kostel). Ilmiah IKIP Mataram. Vol 3 (1): 596-603.
Suryawan,
A., Kinho, J. Dan Mayasari, A. 2011. Potensi Permudaan alami Jenis-Jenis eboni
(Diospyros spp.) di Cagar Alam Tangkoko,
Bitung, Sulawesi Utara. Info BPK Manado. Volume 1 (1): 21=34.
Surata,
I. K. 2006. Teknik Budidaya Klicung. Leaflet Balai Litbang Kehutanan Bali dan
Nusa Tenggara. Kupang.
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar secara bijak sesuai topik pembahasan