BUDIDAYA HUTAN TANAMAN LOKAL "Silvikultur Kasumeeto (Kayu Hitam) Diospyros malabarica" - KUMPULAN MATERI DAN TUGAS PERKULIAHAN KEHUTANAN

Latest

Belajar Berkarya Untuk Sesama Sebagai Jalan Memberi Manfaat Bagi Orang Banyak. Blog ini semoga berisi artikel-artikel yang berfaedah buat anda.

Sunday, July 23, 2023

BUDIDAYA HUTAN TANAMAN LOKAL "Silvikultur Kasumeeto (Kayu Hitam) Diospyros malabarica"

 

BUDIDAYA HUTAN TANAMAN LOKAL

“Silvikultur Kasumeeto (Kayu Hitam)

Kasumeeto (Kayu Hitam) Diospyros malabarica


1.        Deskripsi Umum

Kasumeeto merupakan nama lokal sulawesi tenggara dari spesies Diospyros malabarica. Kasumeeto adalah sebutan untuk jenis kayu yang berasal dari marga Diospyros; famili Ebenaceae. Di beberapa daerah kasumeeto dikenal dengan nama kayu hitam, culiket (Subda), Kledung (Jawa), Klicung (Lombok), Ajan (Sumbawa) dan Klakur (Timor). Kasumeeto adalah tanaman yang tumbuh di hutan hujan dataran rendah. Pohon Kasumeeto dapat diolah menjadi kayu yang berkualitas cukup baik. Kasumeeto dapat tumbuh hingga mencapai ketinggian lebih dari 35 meter. Kulit pohon bagian luar berwarna hitam, bersisik, kulit bagian dalam berwarna kemerahan. Daunnya berbentuk memanjang dan terlihat mengkilat. Bunganya kecil dan berwarna putih. Buahnya, yang dinamakan buah Sawo, berbentuk bulat, dan rasanya manis. Adapun bijinya dapat dijadikan obat, yaitu obat diare.

Kayu dari jenis ini (D. malabarica), dilaporkan memiliki nilai ekonomis yang tinggi karena memiliki variasi garis (stripe) yang sangat dekoratif dan artistik, sehingga banyak

digunakan untuk meubelir (furniture), bahan kerajinan dan sebagai bahan baku pembuatan kapal dan konstruksi misalnya untuk rumah dan jembatan (Gratiana, 2004). Jenis pohon ini dilaporkan termasuk memiliki pertumbuhan yang lambat, namun kayunya merupakan kayu mewah dengan corak bergaris berwarna belang-belang hitam dikombinasi dengan warna coklat (Dephut, 2007).

Tinggi pohon bisa mencapai 35 m, dengan tinggi bebas cabang 10-20 m dan diameter batang 30-80 cm. Pohon ini umumnya berbatang lurus serta bulat dengan warna kulit luar berwarna hitam, kasar dan mengelupas (bersisik). Daging kulit dalam berwarna agak merah. Tekstur batang halus sampai agak halus. Arah serat lurus atau agak terpadu, permukaan kayu licin mengkilat. Kayu gubal berwarna coklat kemerahan dan mempunyai gradasi dengan kayu teras. Kayu teras berwarna belang-belang hitam dengan berat jenis pada kering angin 0,80 - 1,10 gr/cm3 dan termasuk kayu kuat dan awet (kayu kelas 1) (Gratiana, 2004; Dephut, 2007).


Batang Pohon Diospyros malabarica

Daun Diospyros malabarica

Buah Diospyros malabarica





2.        Habitat dan Sebaran

Menurut penelitian Mayasari (2012) Diospyros malabarica dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah mulai dari tanah berkapur, tanah berpasir, tanah liat, dan tanah berbatu yang bersifat permeabel, pada ketinggian tempat tumbuh 50-400 mdpl namun dapat mencapai 700 mdpl dengan pertumbuhan yang kurang baik. Klicung dapat tumbuh dengan baik pada daerah dengan curah hujan tahunan 1.230 mm di daerah bermusim dengan curah hujan tahunan 1.700 mm (Parigi) sampai 2.400-2.750 mm.

Jenis kayu ini dilaporkan berasal dari India dan Sri Lanka kemudian menyebar ke Asia Tenggara. Penyebaran jenis kayu ini di Asia Tenggara dilaporkan terdapat di Myanmar, Thailand, Kamboja, Malaysia (Peninsular) dan Indonesia (Giesen et al., 2007). Penyebarannya di Indonesia meliputi Sumatera, Jawa dan Sulawesi (Gratiana, 2004). Jenis kayu (D. malabarica), juga dilaporkan terdapat di daerah Nusa Tenggara Barat yang banyak dijumpai tumbuh di Sumbawa Barat bagian Selatan dan Lombok Selatan (Dephut, 2007).

 

3.        Perbenihan

3.1  Pengadaan Benih

3.1.1        Sumber benih

Sumber benih berasal dari biji yang ada pada buah Kasumeeto dan sumber benih dapat pula diperoleh dari alam.

3.1.2        Biologi Reproduksi

Kasumeeto memiliki siklus pembungaan teratur sepanjang tahun. Buah berbentuk bulat telur, mempunyai daging buah dan biji di dalamnya., yang matang dan disenangi monyet dan kelelawar. Panjang buah 2-5 cm dan lebar 2-4 cm. Biji berwarna coklat, berbentuk bulat. Panjang biji 0,5-0,75 cm, terdapat 4-10 biji/buah.

 

3.2  Penanganan Benih

Benih Kasumeeto termasuk jenis rekalsitran (tidak bisa disimpan lama). Biji yang baru diunduh harus segera disemaikan.

4.   Pembibitan

4.1  Pengadaan bibit secara generatif

Pengadaan bibit yang berasal dari benih umumnya diawali dengan pengecambahan benih melalui proses penyemaian. Benih Kasumeeto dapat langsung didederkan di bedebg tabur dengan memisahkan biji dan daging buahnya. Daya kecambah benih mencapai 45-65 %.

Benih dapat ditabur di bedebg tabur dengan media semai tanah : pasir (1 : 1). Peneburan benih di bedebg tabue dilakukan dengan posisi benih yang dibenamkan harus didirikan dengan calon radikal (akar) di bawah dan calon daun ke atas. Penyemaian benih dapat juga dilakukan langsung ke dedeng sapih/polibag. Penyapihan bibit yang ditanam lewat bedeng tabur dilakukan setelah berumur 0,5-1 bulan ke kantong plastik ukuran 15 x 20 cm. Media semai penyapihan adalah campuran tanah : komos (4 : 1). Bibit yang baru disapih diletakkan di rumah semai dengan intensitas penyinaran 50 % atau di bedeng semai.

 

 

4.2  Pengadaan bibit anakan alam

Selain pengadaan bibit melalui biji, pengadaan bibit dapat dilakukan dari cabutan anakan alam yang mempunyai helai daun 4-5 helai.

4.3. pemeliharaan dan seleksi bibit

Pemmmeliharaan bibit meliputi penyiraman yang dilakukan 1 kali/hari. Penyulaman pada bbit yang mati, pemupukan dengan pupuk NPK 2 gr/anakan yang dilakukan pada bibit umur 3 bulan, pembershan gulma dan pengendalian hama penyakit serta pemotongan akar tang tembus polibag. Umur bibit yang baik untuk penanaman adalah lebih dari 1 tahun, baik yang berasal dari bii maupun yang berasal dari cabutan alam. Sebulan sebelum diindahkan ke lapangan dilakukan seleksi bibit untuk mandapatkan bibit yang berkualitas baik. Bibit yangakan dipindahkan kelapangan terlebih dahulu diperlakukan harddening off (naungan semai dibuka dan penyiraman dikurangi) untuk penyesuaian dengan kondisi lingkungan.

 

5.    Penanaman

      5.1. Persiapan lahan

Kegiatan persiapan lahan (lapangan) dilakukan sebelum penanaman bibit dimulai. Kegiatannya meliputi pembersihan areal penanaman, pengukuran lokasi penanaman, penyiapan jalur pengangkutan bibit serta pengukuran jarak tanam dan pemasangan ajir.  Lokasi penanaman harus sesuai dengan tempat tumbuhnya yaitu curah hujan 1300-2750 mm/tahun tipe iklim C dan D, drainase tanah baik, tanah subur, pH 6-7 dan ketinggian tempat 300-650 mdpl.

Sistem penanaman yang cukup berhasil adalah sistem tumpang sari, mengingat tanaman lambat tumbuh. Areal penanaman harus bersih. Jarak tanam 3 x 3 m dan ukuran lubanh tanam 30 x 30 x 30 cm.


5.2. Penanaman

Penanaman dilakukan pada awal musim hujan. Sebelum ditanam, kantong plasti/polibag harus dilepas, tanah dilubang tanam ditekan dengan tangan untuk membuat anakan berdiri kokoh.
 

5.3. Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman perlu dilakukan meliputi penyulaman, penyiangan dengan melakukan pendangiran radius 30 cm dan pembersihan rumput di sepanjang jakur tanam selebar 1 m. Pemupukan dilakukan dengan NPK dosis 120 gr/pohon pada umur di atas 1 bualan. Pemangkasan dilakukan pada pohon yang terlalu banyak cabang dan penjarangan dilakukan pada pohon yang tajyknya sudah saling menyentuh. Pemberantasan hama dan penyakit dilakukan pada tanaman yang terserang. 

 

6.    Pertumbuhan

Pohon Kasumeeto termasuk jenis lambat tumbuh. Pohon mempunyai daun yang selalu hijau, tinggi hingga 25 m, tinggi bebas cabang 10-20 m dan diameter 30-45 cm. Berbatabg lurus serta bulat dengan warna kulit luar hitam, kasar dan bersisik. Daging kulit luar berwarna agak merah. Tekstur batangnya halus sampai agak halus. Daging kulit kuliat luar berwarna agak merah. Tekstur batangnya halus sampai agak halus. Arah serat lurus agak terpadu, permukaan kayu berupa garis garis dekoratif. Kayu gubal berwarna coklat kemerahan dan mempunyai batas jelas dengan kayu teras. Kayu teras berwarna belang-belang hitam, mempunyai berat jenis 1,05.

 

Daftar Pustaka

Kinho, J. 2014. Variasi Pertumbuhan Diospyros malabarica (Desr.) Kostl. Umur 22 Bulan Di Arboretum Balai Penelitian Kehutanan Manado. Prosiding Seminar Nasional MAPEKI XVII. Medan.

Suryanullah, A., Subagio dan Mirawati, B. 2010. Efektifitas Pupuk Kompos, Pupuk Kandang Dan Urea Terhadap Pertumbuhan Bibit Klicung (Diospyros malabarica Desr. Kostel). Ilmiah IKIP Mataram. Vol 3 (1): 596-603.

Suryawan, A., Kinho, J. Dan Mayasari, A. 2011. Potensi Permudaan alami Jenis-Jenis eboni (Diospyros spp.) di Cagar Alam Tangkoko, Bitung, Sulawesi Utara. Info BPK Manado. Volume 1 (1): 21=34.

Surata, I. K. 2006. Teknik Budidaya Klicung. Leaflet Balai Litbang Kehutanan Bali dan Nusa Tenggara. Kupang.

No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar secara bijak sesuai topik pembahasan