LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH
I. Pengamatan Profil Tanah
Oleh:
HERMANSYAH
M1A115046
UNIT
LABORATORIUM ILMU TANAH
JURUSAN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU
LINGKUNGAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2016
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanah adalah benda alam yang mempunyai tiga dimensi
ruang yaitu panjang, lebar dan kedalaman. Tanah secara Edhapologi adalah tubuh
alam yang disintesiskan dalam bentuk penampang atau horizon-horizon, terdiri
dari berbagai hancuran mineral dan bahan organik yang menyelimuti bumi dan
dapat memberi atau menyediakan makanan, air dan udara bagi tumbuhan.
Fungsi
utama tanah adalah sebagai media tumbuh makhluk hidup. Proses pembentukan tanah
dimulai dari hasil pelapukan batuan induk (regolit)
menjadi bahan induk tanah, diikuti oleh proses pencampuran bahan organik yaitu
sisa-sisa tumbuhan yang dilapuk oleh mikroorganisme dengan bahan mineral
dipermukaan tanah, pembentukan struktur tanah, pemindahan bahan-bahan tanah
dari bagian atas ke bagian bawah dan berbagai proses lain, sehingga apabila
kita menggali lubang pada tanah maka akan terlihat lapisan-lapisan tanah yang
berbeda sifat fisik, kimia, dan biologinya, lapisan-lapisan inilah yang disebut
dengan horizon tanah yang terbentuk dari mineral anorganik akar. Susunan
horizon tanah tersebut biasa disebut profil tanah.
Profil
tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah yang menunjukkan
susunan horizon tanah, dimulai dari permukaan tanah sampai lapisan bahan induk
dibawahnya. Lapisan-lapisan tersebut terbentuk selain dipengaruhi oleh
perbedaan bahan induk sebagai bahan pembentuknya, juga terbentuk karena
pengendapan yang berulang-ulang oleh genangan air. Profil tanah yang akan
diamati ciri-cirinya harus memenuhi persyaratan sebagai berikut,
yaitu masih alami, vertikal dan
bidang pengamatan profil tidak boleh terkena sinar matahari secara langsung.
Dalam pengambilan sampel tanah untuk
mengetahui sifat fisik tanah dibagi menjadi dua jenis yaitu, sampel tanah utuh
dengan cara menggunakan ring sampel dan sampel tanah
tidak utuh dengan cara mengambil tanah dari titik yang telah ditentukan
tempatnya. Berdasarkan uraian diatas, maka perlu
diadakan praktikum pengamatan Profil Tanah dalam langkah awal penelitian dan
pengamatan terhadap tanah.
B.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam praktikum pengamatan profil tanah adalah bagaimana melakukan pengamatan profil tanah terutama sifat-sifat fisik tanah
dan sebagian sifat kimia tanah, serta pengambilan sampel tanah untuk
pengamatan aktifitas mikroorganisme tanah.
C.
Tujuan dan Manfaat
Praktikum ini ditujukan untuk
melakukan pengamatan profil tanah terutama sifat-sifat fisik tanah dan sebagian
sifat kimia tanah, serta pengambilan sampel tanah untuk
pengamatan aktifitas mikroorganisme tanah.
Manfaat dari pelaksanaan praktikum ini
adalah agar praktikan dapat melakukan pengamatan
profil tanah, mengetahui bagian-bagian dari lapisan-lapisan tanah dengan melihat ciri-ciri tanah tersebut
serta dapat mengetahui komponen penyusunnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pengertian Tanah
Semua orang yang tinggal di muka bumi ini tentunya
mengenal tanah. Namun demikian apabila ditanya apa itu tanah, maka jawabannya
akan bervariasi dan sangat tergantung dari latar belakang seseorang yang
ditanya. Jika kita bertanya kepada petani tentang tanah, maka kemungkinan
jawabannya tanah adalah tempat tumbuhnya tanaman. Jika kita bertanya kepada
produsen batu bata atau genting, maka kemungkinan jawabannya adalah tanah
sebagai bahan baku pembuatan batu bata atau genting (Sugiharyanto, dkk, 2009).
Tanah sebagai sumber daya alam yang
terbatas, sulit dan lambat pemulihannya jika terjadi kesalahan pengelolaan
terutama pada lahan kering. Yang dimaksud lahan kering adalah hamparan lahan
yang tidak pernah tergenang atau digenangi air pada sebagian waktu dalam
setahun atau sepanjang tahun (Asfan, dkk, 2012).
Tanah adalah gejalah alam permukaan daratan, membentuk suatu mintakan (zone) yang disebut pedosfer, tersusun atas massa gair (loose) berupa pecahan dan lapukan batuan (rock) bercampur dengan bahan organik. Berlainan dengan mineral, tumbuhan dan hewan, tanah bukan suatu ujud tedas (distinct) di dalam pedosfer terdapat tumpang tindih (everlap) dan saling tindak (interaction) antar litosfer, atmosfer, hidrosfer dan biosfer. Maka tanah dapat disebut gejalah lintas batas antar berbagai gejalah alam permukaan bumi (Tejoyuwono N, 2006).
B.
Faktor-Faktor Pembentukan Tanah
Tanah merupakan tubuh di permukaan bumi
yang tersusun atas horizon atau lapisan yang berada di atas bahan induk atau
batuan yang terbentuk sebagai hasil interaksi faktorfaktor pembentuk tanah
yaitu iklim, organism, bahan induk, relief dan waktu. Proses pembentukan tanah
dimulai dari pelapukan batuan menjadi bahan induk atau horison C. Selanjutnya
terbentuk horison A, B disertai perubahan mineral yang lazim disebut perkembangan
tanah
(Christian, dkk, 2014).
Apabila kita perhatikan definisi tanah yang dikemukakan oleh
Isa Darmawijaya (1990), maka akan nampak adanya lima faktor pembentuk tanah,
yaitu bahan induk, iklim, organiskme
hidup, relief (topografi), dan waktu. Dari ke lima faktor tersebut, faktor
pembentuk tanah yang paling dominan adalah faktor iklim. Bahan induk, organikme
hidup, dan relief keberadaannya dipengaruhi oleh iklim. Oleh karena itu
pembentukan tanah sering disebut dengan istilah pelapukan atau Weathering (Sugiharyanto, dkk, 2009).
Faktor pembentu tanah ialah keadaan atau kakas (force) lingkungan yang berdaya menggerakkan proses pembentukan tanah atau memungkinkan proses pembentukan tanah berjalan. Proses pembentukan tanah berlangsung dengan berbagai reaksi fisik, kimia dan biologi. Reaksi menghasilkan sifat sifat tanah dan karena memiliki sifat maka tanah dapat menjalankan fungsi fungsi tertentu. Proses pembentukan tanah berlangsung dengan tiga tahapan : (1) mengubah bahan mentah menjadi bahan induk tanah. (2) mengubah bahan induk tanahmenjadibahan penyusun tanah, dan (3) menata bahan penyusun tanah menjadi tubuh tanah (Tejoyuwono N, 2006).
C. Teknik pengambilan sampel
Pengambilan
cuplikan tanah dilakukan
dengan jalan mendiskripsi profil tanah, kemudian mengambil cuplikan tiap
lapisan atau horison tanah yang diperlukan kira kira (2-3 kg) guna kebutuhan
analisis laboratorium.. Cuplikan tanah terusik untuk kebutuhan analisis kimia
tanah dan cuplikan tanah tak terusik untuk kebutuhan analisis fisik tanah.
Cuplikan tanah diambil perhorison dimulai dari horison paling bawah sampai
kehorison teratas kemudian diberi kode per label (Resman, 2011)
Pengambilan
sampel tanah untuk mengetahui sifat fisik tanah dibagi menjadi dua jenis yaitu:
(1) Sampel
tanah utuh yang digunakan untuk menganalisis bulk densiy, permeabilitas
tanah, serta porositas tanah, yang dilakukan dengan cara menggunakan ring
sampel. (2) Sampel tanah tidak utuh digunakan untuk analisis tekstur dan
struktur, dimana pengambilan sampel tanah tidak utuh dilakukan dengan cara
mengambil tanah dari titik yang telah ditentukan tempatnya ( Novita, dkk, 2014).
Salah satu hal yang penting dan perlu
mendapatkan perhatian dalam pengambilan contoh tanah adalah ukuran dan jumlah
contoh agar diperoleh tingkat keterwakilan yang memadai berdasarkan heterogenitas
tanah. Selain itu menurut Das (1950) kesalahan
dalam pengambilan contoh tanah meliputi tiga katagori umum, yaitu kesalahan
pengambilan contoh, kesalahan dalam seleksi, dan kesalahan pengukuran (Husein, dkk, 2010).
D. Sifat Fisik dan Kimia Tanah
Dalam penelitian USDA
(1998) identifikasi karakteristik tanah, baik
sifat fisik maupun kimia sangat diperlukan sebagai data dasar dalam
implementasi pemanfaatan tanah atau lahan. Salah satu sifat fisik tanah yang
penting untuk diketahui adalah kapasitas infiltrasi tanah, yaitu kecepatan maksimum masuknya air secara vertikal ke dalam
profil suatu tanah. Berdasarkan definisi ilmiahnya, pengertian infiltrasi tanah
adalah proses pergerakan masuknya air ke dalam lapisan tanah yang dikendalikan
oleh gaya gravitasi, gerakan kapiler, dan porositas tanah (Agung
B, dkk, 2010).
Sifat fisik
tanah: meliputi parameter bulk density (BD), ruang pori tanah,
permeabilitas, tekstur tanah dan air tersedia dan kadar air tanah (pF). Sifat
kimia tanah: meliputi parameter pH tanah, C organic, N total, C atau N, P
tersedia, kapasitas tukar kation (KTK), basa-basa dapat ditukar (Ca, Mg, K,
Na), dan kejenuhan basa. Sifat biologi tanah: meliputi
total mikroorganisme, respirasi serta C-mikroorganisme (Agung
B, 2013).
Sifat fisika dan ciri
kimia tanah awal yang dianalisis tersebut adalah: tekstur, berat volume (BV),
Kandungan Bahan Organik (BO), Total Ruang Pori (TRP), Permiabilitas, persen
Agregasi, pH H2O, pH KCl, N total, P tersedia, K-dd, basa-basa, dan KTK tanah (Adrinal, dkk,
2012).
Komposisi tegakan tanaman yang didominasi oleh tanaman Jati
(Tectona grandis Linn F) memberikan
peningkatan yang lebih baik terhadap beberapa sifat fisika dan kimia
tanah. Berbagai komposisi tegakan tanaman berpengaruh lebih baik
pada sifat fisika tanah, yaitu porositas tanah, kadar lengas kapasitas lapang,
dan kemantapan agregat tanah. Selain itu juga meningkatkan beberapa sifat kimia
tanah, yaitu bahan organik, kapasitas pertukaran kation, dan kejenuhan basa (Sisca, dkk, 2011).
Kegiatan penambangan
pasir telah merubah sifat fisik tanah pada lokasi lahan paska penambangan
pasir. Hal tersebut dapat dilihat dari adanya perubahan yang signifikan
terhadap struktur tanah, tekstur, nilai bulk density meningkat,
porositas rendah, pori drainase sangat cepat menurun dan juga permeabilitas
tanah menurun jika dibandingkan dengan lokasi kebun campuran dan lokasi sawah
yang ditanami padi. Perubahan sifat kimia tanah pada lokasi lahan paska penambangan
pasir, terbukti dari adanya perubahan yang signifikan yaitu meningkatnya
P-Bray, menurunnya kandungan kalsium dan magnesium. Sedangkan pada sifat
biologi tanah setelah proses penambangan pasir, terjadi penurunan yang
signifikan terhadap jumlah mikroorganisme tanah ( Nur Hikmah Utami, 2009).
Reaksi
tanah/pH tanah menggambarkan tingkat ketersediaan unsur hara makro maupun mikro
dalam tanah yang akan menjadi unsur tersedia bagi pertumbuhan tanaman. PH tanah
yang berada pada kisaran netral dapat memberikan ketersediaan unsur hara tanah
pada tingkat optimum karena sebagian besar unsur hara mudah larut dalam air (Gerson
ND, 2008).
E.
Horizon Tanah
Batas horison tanah merupakan zona peralihan di antara dua horison atau lapisan yang saling berhubungan. Biasanya tidak membentuk garis yang jelas. Batas Horison dinyatakan dalam hubungannya dengan kejelasan dan topografi. Batas peralihan horison pada pedon-pedon yang diamati berkisar dari jelas (tebal peralihan 2,5 – 6,5 cm) sampai baur (tebal peralihan > 12,5 cm), dengan batas topografi rata. Batas peralihan dari horison permukaan ke horison di bawahnya adalah jelas sampai baur (Teti Arabia, dkk, 2012).
Pembentukan
horizon tanah meliputi: (1)
Horizon organik Horizon organik adalah lapisan tanah yang sebagian besar
terdiri dari bahan organik, baik masih segar maupun sudah membusuk, terbentuk
paling atas di atas horizon mineral. (2) Horizon mineral Horizon
mineral adalah lapisan tanah yang sebagian besar mengandung mineral, terbentuk
pada horizon A dan B, di atas sedikit horizon C (Sugiharyanto, dkk,
2009).
Tanah tersusun oleh lapisan-lapisan
yang disebut horizon tanah. Horizon tanah dapat dibedakan berdasarkan batas
perubahan antara horizon satu dengan yang lain. Berikut perbedaan horizon tanah
terbaru. (1) Horizon O, yakni horizon tanah yang didominasi oleh bahan organik.
(2) Horizon A, yakni horizon mineral yang terbentuk di permukaan atau di bawah
horizon O yang menunjukkan kehilangan keseluruhan atau sebagian struktur asli
batuan. (3) Horizon E, yakni horizon tanah mineral dengan karakteristik khusus.
(4) Horizon B, yakni horizon tanah yang terbentuk di bawah horizon A, E, atau O
yang bersifat rapuh dan memiliki warna value rendah, warna chroma tinggi, atau
memiliki hue lebih merah. (5) Horizon C, yakni horizon yang tidak termasuk
batuan induk yang keras dan tidak mempunyai sifat-sifat horizon O, A, E, atau
B. (6) Horizon R, yakni horizon tanah yang terbentuk dari batuan induk yang
keras termasuk granit, basal, quarsitik, dan batuan kapur keras (Firman Kurniawan,
2011).
III. METEDOLOGI PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Pratikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 23 April 2016 pukul 06.30 WITA sampai selesai, bertempat di Hutan Tahura Nipa-Nipa, Kelurahan Watu-Watu, Kecamatan Kendari Barat, Kota Kendari.
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum
ini adalah sebagai berikut :
Tabel
1. Alat Praktikum Pengamatan
Profil Tanah
No. |
Nama
Alat |
Kegunaan |
1 |
Cangkul |
Untuk
melakukan penggalian tanah |
2 |
Sekop |
Untuk
melakukan penggalian tanah |
3 |
Linggis |
Untuk
melakukan penggalian tanah |
4 |
Parang |
Untuk
mengikis atau meratakan tanah |
5 |
Ring
Sampel |
Untuk
mengambil sampel dengan volume tertentu |
6 |
Meteran
Roll |
Untuk
mengukur tebal, dalam, dan batas lapisan, ukuran kandungan bahan bahan kasar,
struktur, karatan, dan perakaran |
7 |
GPS/Kompas |
Untuk
menentukan titik koordinat, ketinggian, dan kelerengan |
8 |
Buku
Munsell |
Untuk
menetapkan warna tanah dan segala gejala yang terdapat di dalam penampang |
9 |
Kamera |
Untuk
dokumentasi praktek dilapangan |
10 |
Botol
Aqua |
Untuk
tempat mengisi air |
11 |
Jarum
Pentul |
Untuk
menahan pita meteran |
12 |
Alat
Tulis |
Untuk
menulis |
Bahan
yang digunakan untuk praktikum ini adalah sebagai berikut :
Tabel
2. BahanPraktikum
Pengamatan Profil Tanah
No. |
Nama
Alat |
Kegunaan |
1 |
Air |
Untuk
membasahi masa tanah untuk menentukan tekstur dn konsistensi tanah dalam
keadaan lembab atau basah |
2 |
Tali
Rapiah 6 warna |
Untuk
pembatas antara horison satu dan horison lainnya |
3 |
Plastik
pembungkus gula |
Untuk
wadah sampel tanah yang telah diambil |
4 |
Kardus |
Untuk
tempat sampel tanah yang telah diletakkan dalam plastik pembungkus gula |
5 |
Kertas
Label |
Untuk
pemberian tanda pada contoh tanah yang diletakkan di ring sampel dan plastik
pembungkus gula |
6 |
Kantong
plastik besar |
Untuk
tempat sampel tanah yang telah diletakkan dalam plastik pembungkus gula |
C. Prosedur Pelaksanaa
Di bawah ini merupakan prosedur pelaksanaan praktikum pengamatan profil tanah :
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Hutan
Nomor
Profil : 25
Tanggal : 23 April 2016
Lokasi : Taman Hutan Raya, NIPA
NIPA
Titik
Koordinat: -3˚57ʹ11,1ʺ - 122˚32ʹ36,0ʺ
Tabel. 3. Penampang
Dalam Untuk Lahan Hutan
Nomor Horison |
1 |
2 |
3 |
4 |
|
Simbol Horison |
O |
A |
E |
B |
|
Kedalaman Horison
(cm) |
11/20 |
32/40 |
73/104 |
115 |
|
Batas Horison |
(J)
(B)
(Br) |
(N) (J) (B) |
(N) (J) (B) |
(N) (J) (B) |
|
Warna Matriks |
Hue 2,5 Y 4/4 |
Hue 2,5 Y 7/8 |
Hue2,5 Y 8/8 |
Hue 2,5 Y 6/8 |
|
Karatan |
Tidak Ada |
Tidak Ada |
Ada |
Ada |
|
Warna Karatan |
Tidak Ada |
Tidak Ada |
Sedikit |
Sangat Banyak |
|
Konsistensi |
Keadaan Basa |
Tidak Kuat |
Kuat |
Kuat |
Sangat Kuat |
Keadaan Kering |
Tidak Kuat |
Kuat |
Kuat |
Sangat Kuat |
|
Pori Tanah |
(SS)(S)(B) |
(SS)(S)(B) |
(SS)(S)(B) |
(SS)(S)(B) |
|
Perakaran |
(SS)(S)(B) |
(SS)(S)(B) |
(SS)(S)(B) |
(SS)(S)(B) |
|
Solum Tanah (cm) |
114 |
|
|||
Kedalam Efektif
(cm) |
115 |
|
2. Alang Alang
Nomor Profil : 5
Tanggal : 23 April
2016
Lokasi : Taman Hutan Raya, NIPA NIPA
Titik Koordinat: 03 0 57’ 20.3” - 1220
32’32.6”
Tabel. 4. Penampang Dalam Untuk Lahan Alang Alang
Nomor Horison |
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
6 |
||
Simbol Horison |
O |
A |
E |
B |
C |
D/R |
||
Kedalaman Horison (cm) |
0-26/0-22 |
26-54/22-43 |
54-64/43-49 |
64-97/49-77 |
97-141/77-114 |
141-158/114-126 |
||
Batas Horison |
(J) (B) (Br) |
(N) (J)
(B) |
(N) (J) (B) |
(N) (J) (B) |
(N) (J) (B) |
(N) (J) (B) |
||
Warna Matriks |
Dull
yelowish brown |
Yellow
orange |
Bright
yellowish brown |
Yellowish
brown |
Dark
reddish brown |
Reddish
brown |
||
Karatan |
Tidak ada |
Tidak ada |
Tidak ada |
Ada |
Ada |
Ada |
||
Warna Karatan |
Tidak ada |
Tidak ada |
Tidak ada |
Orange |
Merah |
Merah abu-abuan |
||
Konsistensi |
Keadaan Basa |
Melengket |
Melengket |
Menggupal |
Melengket |
Terhambur |
Terhambur |
|
Keadaan Kering |
Terhambur |
Menggupal |
Melengket |
Menggupal |
Tidak
terlalu lengket |
Menggupal |
||
Pori Tanah |
(SS)(S)(B) |
(SS)(S) (B) |
(SS)(S)(B) |
(SS)(S)(B) |
(SS)(S)(B) |
(SS)(S)(B) |
||
Perakaran |
(SS)(S)(B) |
(SS)(S) (B) |
(SS)(S)(B) |
(SS)(S)(B) |
(SS)(S)(B) |
(SS)(S)(B) |
||
Solum Tanah (cm) |
150 |
|
|
|||||
Kedalam Efektif (cm) |
95 |
|
||||||
3. Perkebunan
Nomor Profil : 11
Tanggal : 23 April 2016
Lokasi : Hutan Raya Tahura Nipa-Nipa
Titik Koordinat : 3̊ 57’ 17”-122̊ 32’ 33” E
Tabel. 4. Penampang Dalam Untuk Lahan Perkebunan
Nomor Horison |
1 |
2 |
3 |
4 |
|
Simbol Horison |
O |
A |
E |
B |
|
Kedalaman Horison (cm) |
1,4 cm |
1,25 cm |
1,19 cm |
1,02 cm |
|
Batas Horison |
(J) |
(B) |
(B) |
(B) |
|
Warna Matriks |
Dull
yelowish brown |
Yellow
orange |
Bright
yellowish brown |
Yellowish brown |
|
Karatan |
Sedikit |
Sedikit |
Sedikit |
Sedikit |
|
Warna Karatan |
- |
- |
- |
orange |
|
Konsistensi |
Keadaan
Basa |
Melekat |
Agak melekat |
Agak melekat |
Tidak melekat |
Keadaan
Kering |
Keras |
Keras |
Keras |
Keras sekali |
|
Pori Tanah |
(B) |
(S) |
|
|
|
Perakaran |
(B) |
(S) |
(SS) |
|
|
Solum Tanah (cm) |
120 cm |
|
|||
Kedalam Efektif (cm) |
86 cm |
|
Keterangan:
1. J =
Jelas
2.
B = Berangsur
3.
Br = Berbaur
4.
SS = Sangat Sedikit
5.
S = Sedikit
6.
B = Banyak
B. Pembahasan
Tanah
merupakan kumpulan dari benda-benda alam dipermukaan bumi yangtersusun dalam
horison-horison yang terdiri atas campuran-campuran bahan organik, bahan
mineral, udara dan air. Kondisi yanng sangat disukai oleh tanaman terhadap
ketersediaan unsur hara yaitu pada kondisi ketersediaan bahan mineral 45%, udara 25%,air 25% dan bahan organik 5 %.
Dalam
proses pembentukan tanah, tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
Iklim, yaitu menggambarkan tentang suhu dan curah hujan, Topografi, yaitu
menggambarkan relief atau bentuk wilayah, Bahan Induk, yaitu baik batuan
sedimen,metamorfosa maupun batuan beku, Organisme dan Waktu.
Berdasarka
deskripsi profil tanah dengan nomor Profil 25
pada lokasi Hutan Tahura Nipa-Nipa dengan Titik koordinatnya -3˚57ʹ11,1ʺ - 122˚32ʹ36,0ʺ. Pada penampang luarnya, lokasi ini memiliki Topografi, dengan Ketinggian 201 mdpl, dengan Kelerengan 15-30 %, dengan penggunaan lahan hutan dan Vegetasi Jati Putih, Mangga,
sejenis Paku Pakuan, Ubi Hutan, Rambutan, Jambu mente dan lain lain. Aliran perrmukaan lambat, drainase lambat, permeabilitas
sedang, jarang terjadi
banjir dan genangan tidak ada. Erosi
tidak ada sehingga
Resiko erosinyapuntidak ada dan keadaan
permukaan yang tersebutmiring dan lembab.
Berdasarkan
penampang dalam seiring dengan berjalannya waktu, tanah terbentuk dalam bentuk
lapisan-lapisan (horison). Pada lapisan tanah teratas atau lapisan 1 biasa
disebut dengan horison O, pada lapisan ini tanah sangat subur dan berwarna
hitam kegelapan karena kaya akan bahan organik. Berdasrkan
pengamatan yang dilakukan kedalam horison ini berada pada 11/20 cm dan sangat banyak ditemukan perakaran tanaman. Batas horisonnya jelas dengan warna matriks Hue 2,5 Y 4/4, karatan tidak
ada dan warna karatanpun tidak ada. Konsistensi pada keadaan basa tidak kuatbegitupun pada keadaan kering, pori tanahnya banyak, solum tanah secara keseluruhan yaitu dengan kedalaman 114
cm, sedangkan untuk kedalaman efektifnya yaitu pada kedalaman
115 cm.
Pada
lapisan selanjutnya dengan nomor horison ke 2 atau biasanya disimbolkan horison
A memiliki kedalaman horison 32/40 cm. Batas horisonnya
berangsur dengan warna matriks Hue 2,5 Y 7/8, karatan tidak ada begitupun warna
karatan tidak ada. Konsistensi pada keadaan basanya kuatbegitu pula pada keadaan keringnya,pada lapisan ini pori
tanahnya banyak dan perakarannyapun
tergolong banyak.
Di
lapisan selanjutnya dengan nomor horison 3 yakni horison E dengan kedalaman
horison mencapai 73/104 cm. Batas horizon
berangsur dengan warna matriks Hue 2,5 Y 8/8. Pada lapisan ini mulai ada
karatan dan warna karatan sedikit. Konsistensi pada keadaan basahnya yaitu kuat dan pada keadaan kering tetap kuat, pori tanahnya banyak dan perakarannya tergolong sedikit.
Pada
lapisan selanjutnya denagn nomor horison 4 yang di beri simbol horison C beada
pada kedalaman di sekitar 115 cm. Batas horisonnya brangsur dengan warna matriks Hue 2,5 Y 6/8. pada lapisan inilah terdapat karatan dengan warna karatan sangat banyak.Konsistensi pada
keadaan basah sangat kuat
dan pada keadaan kering tetap sangat kuat,
pori tanahnya sedikit dan perakaran tanaman sangat sedikit.
Dalam
pengamatan profil tanah, antara penggunaan lahan hutan, alang alang dan
perkebunan memiliki perbedaan berupa karakteristik dan sifat sifat kimia dalam
lapisan horison horison lahan tersebut. Perbedaan ini terjadi karena pengaruh
proses pembentuan tanah, berupa faktor iklim, organisme, topografi, bahan
induk, dan waktu menjadikan tanah memiliki perbedaan antara lahan yang satu
dengan lahan yang lainnya. Meskipun perbedaan tersebut hanya sedikit ataupun
banyak.
Pada
lahan hutan dalam praktikum ini terdiri dari empat horison, yaitu horison O, A,
E, dan B. Dimana batas horison O jelas,
dan horison A, E, dan B berangsur. Pada lahan alang alang dalam praktikum ini terdiri dari enam
horison, yaitu horison O, A, E, B, C, dan D/R. Dimana batas horison O jelas,
dan horison O, A, E, B, C, dan D/R
berangsur. Pada lahan perkebunan dalam praktikum ini terdiri dari empat
horison, yaitu horison O, A, E, dan B. Dimana batas horison O jelas, dan horison A, E, dan B berangsur.
V. PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum pengamatan profil tanah di
lapangan maka dapat disimpulkan yaitu penampang vertikal tanah yang menunjukan
horison atau lapisan tanah disebut lapisan atau profil tanah, yang terdiri dari
beberapa horison yaitu horison O, A, E, B, C dan D/R. Dimana dalam horison
horisn tanah tersebut memiliki karakteristlk tersendiri.
Karateristik tanah terdiri atas karakter eksternal dan
karakter intrnal. Karateristik tanah eksternal berupa: topografi, ketinggian, kelerengan, penggunaan
lahan, vegetasi, aliran permukaan, drainase, permeabilitas, banjir, genangan, erosi,
bahaya erosi, keadaan permukaan. Sedangkan sifat internal tanah berupa: nomor horison, simbol horison, kedalaman
horison, batas horison, warna matriks, karatan, warna karatan, konsistensi, pori
tanah, perakaran..
B.
Saran
Adapun saran yang dapat di ajukan pada praktikum ini adalah
diharapkan agar peralatan lapangan di perbanyak lagi agar praktikum dapat
berjalan dengan lancar dan selesai tepat waktu.
DAFTAR PUSTAKA
Adrinal, Ramlah, Sitti, Gusmini. 2012. Perbaikan Sifat FIsika-Kimia Tanah Psamment Dengan
Pemulsaan Organik Dan Olah Tanah Konservasi Pada Budidaya Jagung. Solum9(1), 25-35.
Andalas: Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Andalas.
Arabia, Teti, Zainabun, Royani, Ida. 2012 Karakteristik Tanah Salin Krueng
Raya Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar. Darussalam Banda Aceh:
Fakultas Pertanian Unsyiah.
Asfan, Rochiman S., Kusriningrum, Hariyanro, Sucipto. 2012.
Identifikasi Lahan Kering Alfisol
Terdegradasi Di Kabupaten Bangkalan. Rekayasa, 4(1), 1-10. Bangkalan: MIPA
Universitas Airlangga.
Evarnas, Novita, Toknok, Bau dan Ramlah, Sitti. 2014. Sifat
Fisik Tanah Dibawah Tegakan Eboni (Diospyros
Celebica Bakh) Pada Kawasan Cagar Alam Pangi Binangga Kabupaten Parigi
Moutung. Warta Rimba, 2(2), 109-116. Sulawesi Tengah: Jurusan Kehutanan
Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako.
Hikmah Utami, Nur. 2009. Kajian Sifat Fisik, Sifat Kimia,
Dan Sifat Biologi Tanah Paska Tambang Galian C Pada Tiga Penutupan Lahan.Bogor:
Institute Pertanian Bogor.
Kurniawan, Firman. 2011. Mengenal Tanah Sebagai Media
Tanaman. Bogor: Bogor Agricultural University.
Natanael Tarigan, Christian, Marpaung, Purba,
Sari Lubis,Kemala.
2014. Identifikasi Horizon Argilik Dengan Metode Irisan Tipis Pada Ultisol Di
Arboretum USU Kwala Bekala. Medan: Program Studi Agroteknologi.
Notohadiprawiro, Tejyuwono. 2006. Tanah Dan Lingkungan.
Yogyakarta: Universitas Gaja Mada.
Njurumana, Gerson ND, Hidayatullah,
Butarbutar, Tigor.
2008. Kondisi Tanah Pada Sisitem Kaliwu Dan Mamar Di Timor Dan Sumba. Kupang:
Balai Penelitian Kehutanan Kupang.
Resman. 2011. Morfologi Dan Karakteristik Tanah Di Pugeran
Yogyakarta. Agroteknos, 1(2),102-106.Kendari: Jurusan Agroteknologi FAPERTA
Universitas Halu Oleo.
Suganda, Husain, Rachman, Achmad, Sutono. 2010. Petunju Pengambilan Contoh Tanah.
Supangkat, Agung B, Supriyo, Haryono,
Sudira, Putu, Poedjirahajoe, Erny. 2013. Status
Kesuburan Tanah Di Bawah Tegakan Eucalyptus
Pellita F Muell: Studim Kasus Di HPHTI PT. Arara Abadi, Riau. Manusia Dan
Lingkungan 20(1), 22-34. Yogyakarta: Fakultas Teknologi Pertanian UGM.
Supangkat, Agung B, Putra, Pamungkas B.
2010. Kajian Infiltrasi Tanah Pada Berbagai Tegakan Jati (Tectona Gradis L.) Di
Cepu, Jawa Tengah. Riau: Balai Penelitian Hutan Penghasil Serat Kuok Dan Balai
Penelitian Kehutanan Solo.
Sugiharyanto, Khotimah, Nurul. 2009. Diktat Mata Kuliah Geografi Tanah. Yogyakarta: Jurusan
Pendidikan Grografi Fakultas Ilmu Sosisl Dan Ekonomiuniversitas Negeri
Yogyakarta.
Winda Kumalasari, Sisca, Syamsiyah, Jauhari, Sumarno. 2011. Studi Beberapa Sifat Fisik Dan
Kimiah Tanah Pada Berbagai Komposisi Tegakan Tanaman Di Sun DAS Solo Hulu.
Ilmiah Ilmu Tanah Dan Agrokimatologi. 8(2) 120-130. Surakarta: Jurusan Ilmu
Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret.
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar secara bijak sesuai topik pembahasan