Laporan Ilmu Tanah: Pengamatan Profil Tanah - KUMPULAN MATERI DAN TUGAS PERKULIAHAN KEHUTANAN

Latest

Belajar Berkarya Untuk Sesama Sebagai Jalan Memberi Manfaat Bagi Orang Banyak. Blog ini semoga berisi artikel-artikel yang berfaedah buat anda.

Saturday, February 15, 2020

Laporan Ilmu Tanah: Pengamatan Profil Tanah


LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH
I.     Pengamatan Profil Tanah
 
Laporan Ilmu Tanah: Pengamatan Profil Tanah
Pengamatan Profil Tanah

I.     PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
            Tanah adalah benda alam yang mempunyai tiga dimensi ruang yaitu panjang, lebar dan kedalaman. Tanah secara Edhapologi adalah tubuh alam yang disintesiskan dalam bentuk penampang atau horizon-horizon, terdiri dari berbagai hancuran mineral dan bahan organik yang menyelimuti bumi dan dapat memberi atau menyediakan makanan, air  dan udara bagi tumbuhan.
            Fungsi utama tanah adalah sebagai media tumbuh makhluk hidup. Proses pembentukan tanah dimulai dari hasil pelapukan batuan induk (regolit) menjadi bahan induk tanah, diikuti oleh proses pencampuran bahan organik yaitu sisa-sisa tumbuhan yang dilapuk oleh mikroorganisme dengan bahan mineral dipermukaan tanah, pembentukan struktur tanah, pemindahan bahan-bahan tanah dari bagian atas ke bagian bawah dan berbagai proses lain, sehingga apabila kita menggali lubang pada tanah maka akan terlihat lapisan-lapisan tanah yang berbeda sifat fisik, kimia, dan biologinya, lapisan-lapisan inilah yang disebut dengan horizon tanah yang terbentuk dari mineral anorganik akar. Susunan horizon tanah tersebut biasa disebut profil tanah.
            Profil tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah yang menunjukkan susunan horizon tanah, dimulai dari permukaan tanah sampai lapisan bahan induk dibawahnya. Lapisan-lapisan tersebut terbentuk selain dipengaruhi oleh perbedaan bahan induk sebagai bahan pembentuknya, juga terbentuk karena pengendapan yang berulang-ulang oleh genangan air. Profil tanah yang akan diamati ciri-cirinya harus memenuhi persyaratan sebagai berikut, yaitu masih alami, vertikal dan bidang pengamatan profil tidak boleh terkena sinar matahari secara langsung.
Dalam pengambilan sampel tanah untuk mengetahui sifat fisik tanah dibagi menjadi dua jenis yaitu, sampel tanah utuh dengan cara menggunakan ring sampel dan sampel tanah tidak utuh dengan cara mengambil tanah dari titik yang telah ditentukan tempatnya. Berdasarkan uraian diatas, maka perlu diadakan praktikum pengamatan Profil Tanah dalam langkah awal penelitian dan pengamatan terhadap tanah.

B.     Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam praktikum pengamatan profil tanah adalah bagaimana melakukan pengamatan profil tanah terutama sifat-sifat fisik tanah dan sebagian sifat kimia tanah, serta pengambilan sampel tanah untuk pengamatan aktifitas mikroorganisme tanah.

C.    Tujuan dan Manfaat
Praktikum ini ditujukan untuk melakukan pengamatan profil tanah terutama sifat-sifat fisik tanah dan sebagian sifat kimia tanah, serta pengambilan sampel tanah untuk pengamatan aktifitas mikroorganisme tanah.
Manfaat dari pelaksanaan praktikum ini adalah agar praktikan dapat melakukan pengamatan profil tanah, mengetahui bagian-bagian dari lapisan-lapisan tanah dengan melihat ciri-ciri tanah tersebut serta dapat mengetahui komponen penyusunnya.


II.      TINJAUAN PUSTAKA

A.    Pengertian Tanah
Semua orang yang tinggal di muka bumi ini tentunya mengenal tanah. Namun demikian apabila ditanya apa itu tanah, maka jawabannya akan bervariasi dan sangat tergantung dari latar belakang seseorang yang ditanya. Jika kita bertanya kepada petani tentang tanah, maka kemungkinan jawabannya tanah adalah tempat tumbuhnya tanaman. Jika kita bertanya kepada produsen batu bata atau genting, maka kemungkinan jawabannya adalah tanah sebagai bahan baku pembuatan batu bata atau genting (Sugiharyanto, dkk, 2009).
Tanah sebagai sumber daya alam yang terbatas, sulit dan lambat pemulihannya jika terjadi kesalahan pengelolaan terutama pada lahan kering. Yang dimaksud lahan kering adalah hamparan lahan yang tidak pernah tergenang atau digenangi air pada sebagian waktu dalam setahun atau sepanjang tahun (Asfan, dkk, 2012).
Tanah adalah gejalah alam permukaan daratan, membentuk suatu mintakan (zone) yang disebut pedosfer, tersusun atas massa gair (loose) berupa pecahan dan lapukan batuan (rock) bercampur dengan bahan organik. Berlainan dengan mineral, tumbuhan dan hewan, tanah bukan suatu ujud tedas (distinct)  di dalam pedosfer terdapat tumpang tindih (everlap) dan saling tindak (interaction) antar litosfer, atmosfer, hidrosfer dan biosfer. Maka tanah dapat disebut gejalah lintas batas antar berbagai gejalah alam permukaan bumi (Tejoyuwono N, 2006).

B.     Faktor-Faktor Pembentukan Tanah
Tanah merupakan tubuh di permukaan bumi yang tersusun atas horizon atau lapisan yang berada di atas bahan induk atau batuan yang terbentuk sebagai hasil interaksi faktorfaktor pembentuk tanah yaitu iklim, organism, bahan induk, relief dan waktu. Proses pembentukan tanah dimulai dari pelapukan batuan menjadi bahan induk atau horison C. Selanjutnya terbentuk horison A, B disertai perubahan mineral yang lazim disebut perkembangan tanah (Christian, dkk, 2014).
Apabila kita perhatikan definisi tanah yang dikemukakan oleh Isa Darmawijaya (1990), maka akan nampak adanya lima faktor pembentuk tanah, yaitu bahan induk, iklim,  organiskme hidup, relief (topografi), dan waktu. Dari ke lima faktor tersebut, faktor pembentuk tanah yang paling dominan adalah faktor iklim. Bahan induk, organikme hidup, dan relief keberadaannya dipengaruhi oleh iklim. Oleh karena itu pembentukan tanah sering disebut dengan istilah pelapukan atau Weathering (Sugiharyanto, dkk, 2009).
Faktor pembentu tanah ialah keadaan atau kakas (force) lingkungan yang berdaya menggerakkan proses pembentukan tanah atau memungkinkan proses pembentukan tanah berjalan. Proses pembentukan tanah berlangsung dengan berbagai reaksi fisik, kimia dan biologi. Reaksi menghasilkan sifat sifat tanah dan karena memiliki sifat maka tanah dapat menjalankan fungsi fungsi tertentu. Proses pembentukan tanah berlangsung dengan tiga tahapan : (1) mengubah bahan mentah menjadi bahan induk tanah. (2) mengubah bahan  induk tanahmenjadibahan penyusun tanah, dan (3) menata bahan penyusun tanah menjadi tubuh tanah (Tejoyuwono N, 2006).

C.  Teknik pengambilan sampel
            Pengambilan cuplikan tanah dilakukan dengan jalan mendiskripsi profil tanah, kemudian mengambil cuplikan tiap lapisan atau horison tanah yang diperlukan kira kira (2-3 kg) guna kebutuhan analisis laboratorium.. Cuplikan tanah terusik untuk kebutuhan analisis kimia tanah dan cuplikan tanah tak terusik untuk kebutuhan analisis fisik tanah. Cuplikan tanah diambil perhorison dimulai dari horison paling bawah sampai kehorison teratas kemudian diberi kode per label (Resman,  2011)
            Pengambilan sampel tanah untuk mengetahui sifat fisik tanah dibagi menjadi dua jenis yaitu: (1) Sampel tanah utuh yang digunakan untuk menganalisis bulk densiy, permeabilitas tanah, serta porositas tanah, yang dilakukan dengan cara menggunakan ring sampel. (2) Sampel tanah tidak utuh digunakan untuk analisis tekstur dan struktur, dimana pengambilan sampel tanah tidak utuh dilakukan dengan cara mengambil tanah dari titik yang telah ditentukan tempatnya ( Novita, dkk, 2014).
Salah satu hal yang penting dan perlu mendapatkan perhatian dalam pengambilan contoh tanah adalah ukuran dan jumlah contoh agar diperoleh tingkat keterwakilan yang memadai berdasarkan heterogenitas tanah. Selain itu menurut Das (1950) kesalahan dalam pengambilan contoh tanah meliputi tiga katagori umum, yaitu kesalahan pengambilan contoh, kesalahan dalam seleksi, dan kesalahan pengukuran (Husein, dkk, 2010).

D.  Sifat Fisik  dan Kimia Tanah
Dalam penelitian USDA (1998) identifikasi karakteristik tanah, baik sifat fisik maupun kimia sangat diperlukan sebagai data dasar dalam implementasi pemanfaatan tanah atau lahan. Salah satu sifat fisik tanah yang penting untuk diketahui adalah kapasitas infiltrasi tanah, yaitu kecepatan maksimum masuknya air secara vertikal ke dalam profil suatu tanah. Berdasarkan definisi ilmiahnya, pengertian infiltrasi tanah adalah proses pergerakan masuknya air ke dalam lapisan tanah yang dikendalikan oleh gaya gravitasi, gerakan kapiler, dan porositas tanah (Agung B, dkk, 2010).
           Sifat fisik tanah: meliputi parameter bulk density (BD), ruang pori tanah, permeabilitas, tekstur tanah dan air tersedia dan kadar air tanah (pF). Sifat kimia tanah: meliputi parameter pH tanah, C organic, N total, C atau N, P tersedia, kapasitas tukar kation (KTK), basa-basa dapat ditukar (Ca, Mg, K, Na), dan kejenuhan basa. Sifat biologi tanah: meliputi total mikroorganisme, respirasi serta C-mikroorganisme (Agung B, 2013).
           Sifat fisika dan ciri kimia tanah awal yang dianalisis tersebut adalah: tekstur, berat volume (BV), Kandungan Bahan Organik (BO), Total Ruang Pori (TRP), Permiabilitas, persen Agregasi, pH H2O, pH KCl, N total, P tersedia, K-dd, basa-basa, dan KTK tanah (Adrinal, dkk, 2012).
Komposisi tegakan tanaman yang didominasi oleh tanaman Jati (Tectona grandis Linn F) memberikan peningkatan yang lebih baik terhadap beberapa sifat fisika dan kimia tanah.  Berbagai komposisi tegakan tanaman berpengaruh lebih baik pada sifat fisika tanah, yaitu porositas tanah, kadar lengas kapasitas lapang, dan kemantapan agregat tanah. Selain itu juga meningkatkan beberapa sifat kimia tanah, yaitu bahan organik, kapasitas pertukaran kation, dan kejenuhan basa (Sisca, dkk, 2011).
Kegiatan penambangan pasir telah merubah sifat fisik tanah pada lokasi lahan paska penambangan pasir. Hal tersebut dapat dilihat dari adanya perubahan yang signifikan terhadap struktur tanah, tekstur, nilai bulk density meningkat, porositas rendah, pori drainase sangat cepat menurun dan juga permeabilitas tanah menurun jika dibandingkan dengan lokasi kebun campuran dan lokasi sawah yang ditanami padi. Perubahan sifat kimia tanah pada lokasi lahan paska penambangan pasir, terbukti dari adanya perubahan yang signifikan yaitu meningkatnya P-Bray, menurunnya kandungan kalsium dan magnesium. Sedangkan pada sifat biologi tanah setelah proses penambangan pasir, terjadi penurunan yang signifikan terhadap jumlah mikroorganisme tanah ( Nur Hikmah Utami, 2009).
           Reaksi tanah/pH tanah menggambarkan tingkat ketersediaan unsur hara makro maupun mikro dalam tanah yang akan menjadi unsur tersedia bagi pertumbuhan tanaman. PH tanah yang berada pada kisaran netral dapat memberikan ketersediaan unsur hara tanah pada tingkat optimum karena sebagian besar unsur hara mudah larut dalam air (Gerson ND, 2008).
E.     Horizon Tanah
            Batas horison tanah merupakan zona peralihan di antara dua horison atau lapisan yang saling berhubungan. Biasanya tidak membentuk garis yang jelas. Batas Horison dinyatakan dalam hubungannya dengan kejelasan dan topografi. Batas peralihan horison pada pedon-pedon yang diamati berkisar dari jelas (tebal peralihan 2,5 – 6,5 cm) sampai baur (tebal peralihan > 12,5 cm), dengan batas topografi rata. Batas peralihan dari horison permukaan ke horison di bawahnya adalah jelas sampai baur (Teti Arabia, dkk,  2012).
Pembentukan horizon tanah meliputi: (1) Horizon organik Horizon organik adalah lapisan tanah yang sebagian besar terdiri dari bahan organik, baik masih segar maupun sudah membusuk, terbentuk paling atas di atas horizon mineral. (2) Horizon mineral Horizon mineral adalah lapisan tanah yang sebagian besar mengandung mineral, terbentuk pada horizon A dan B, di atas sedikit horizon C (Sugiharyanto, dkk, 2009).
Tanah tersusun oleh lapisan-lapisan yang disebut horizon tanah. Horizon tanah dapat dibedakan berdasarkan batas perubahan antara horizon satu dengan yang lain. Berikut perbedaan horizon tanah terbaru. (1) Horizon O, yakni horizon tanah yang didominasi oleh bahan organik. (2) Horizon A, yakni horizon mineral yang terbentuk di permukaan atau di bawah horizon O yang menunjukkan kehilangan keseluruhan atau sebagian struktur asli batuan. (3) Horizon E, yakni horizon tanah mineral dengan karakteristik khusus. (4) Horizon B, yakni horizon tanah yang terbentuk di bawah horizon A, E, atau O yang bersifat rapuh dan memiliki warna value rendah, warna chroma tinggi, atau memiliki hue lebih merah. (5) Horizon C, yakni horizon yang tidak termasuk batuan induk yang keras dan tidak mempunyai sifat-sifat horizon O, A, E, atau B. (6) Horizon R, yakni horizon tanah yang terbentuk dari batuan induk yang keras termasuk granit, basal, quarsitik, dan batuan kapur keras (Firman Kurniawan, 2011).


III.    METEDOLOGI PRAKTIKUM

A.  Waktu dan Tempat
Pratikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 23 April 2016 pukul 06.30 WITA sampai  selesai, bertempat di Hutan Tahura Nipa-Nipa, Kelurahan Watu-Watu, Kecamatan Kendari Barat, Kota Kendari.

B.  Alat dan Bahan
            Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Alat Praktikum Pengamatan Profil Tanah
No.
Nama Alat
Kegunaan
1
Cangkul
Untuk melakukan penggalian tanah
2
Sekop
Untuk melakukan penggalian tanah
3
Linggis
Untuk melakukan penggalian tanah
4
Parang
Untuk mengikis atau meratakan tanah
5
Ring Sampel
Untuk mengambil sampel dengan volume tertentu
6
Meteran Roll
Untuk mengukur tebal, dalam, dan batas lapisan, ukuran kandungan bahan bahan kasar, struktur, karatan, dan perakaran
7
GPS/Kompas
Untuk menentukan titik koordinat, ketinggian, dan kelerengan
8
Buku Munsell
Untuk menetapkan warna tanah dan segala gejala yang terdapat di dalam penampang
9
Kamera
Untuk dokumentasi praktek dilapangan
10
Botol Aqua
Untuk tempat mengisi air
11
Jarum Pentul
Untuk menahan pita meteran
12
Alat Tulis
Untuk menulis
  
Bahan yang digunakan untuk praktikum ini adalah sebagai berikut :
Tabel 2. BahanPraktikum Pengamatan Profil Tanah
No.
Nama Alat
Kegunaan
1
Air
Untuk membasahi masa tanah untuk menentukan tekstur dn konsistensi tanah dalam keadaan lembab atau basah
2
Tali Rapiah 6 warna
Untuk pembatas antara horison satu dan horison lainnya
3
Plastik pembungkus gula
Untuk wadah sampel tanah yang telah diambil
4
Kardus
Untuk tempat sampel tanah yang telah diletakkan dalam plastik pembungkus gula
5
Kertas Label
Untuk pemberian tanda pada contoh tanah yang diletakkan di ring sampel dan plastik pembungkus gula
6
Kantong plastik besar
Untuk tempat sampel tanah yang telah diletakkan dalam plastik pembungkus gula

C.  Prosedur Pelaksanaan

Di bawah ini merupakan prosedur pelaksanaan praktikum pengamatan profiltanah :

Pengamatan horizon tanah
Lapisan 1
Hor. O
Diberikan simbol horison
Tentukan batas horison
Lapisan 2
Hor. A
Lapisan 3
Hor. E
Lapisan 4
Hor. C
Ditentukan batasnya
Diukur kedalamannya
Diamati warnanya
Diambil sampelnya
Dibersikan
Diukur
digali
 



IV.    HASIL DAN PEMBAHASAN

A.  Hasil Pengamatan
1.      Hutan
Nomor Profil   : 25
Tanggal           : 23 April 2016
Lokasi             : Taman Hutan Raya, NIPA NIPA
Titik Koordinat: -3˚57ʹ11,1ʺ - 122˚32ʹ36,0ʺ
Tabel. 3. Penampang Dalam   Untuk Lahan Hutan
Nomor Horison
1
2
3
4
Simbol Horison
O
A
E
B
Kedalaman Horison (cm)
11/20
32/40
73/104
115
Batas Horison
(J) (B) (Br)
(N) (J) (B)
(N) (J) (B)
(N) (J) (B)
Warna Matriks
Hue 2,5 Y 4/4
Hue 2,5 Y 7/8
Hue2,5 Y 8/8
Hue 2,5 Y 6/8
Karatan
Tidak Ada
Tidak Ada
Ada
Ada
Warna Karatan
Tidak Ada
Tidak Ada
Sedikit
Sangat Banyak
Konsistensi
Keadaan Basa
Tidak Kuat
Kuat
Kuat
Sangat Kuat
Keadaan Kering
Tidak Kuat
Kuat
Kuat
Sangat Kuat
Pori Tanah
(SS)(S)(B)
(SS)(S)(B)
(SS)(S)(B)
(SS)(S)(B)
Perakaran
(SS)(S)(B)
(SS)(S)(B)
(SS)(S)(B)
(SS)(S)(B)
Solum Tanah (cm)
114

Kedalam Efektif (cm)
115


2.      Alang Alang
Nomor Profil   : 5
Tanggal           : 23 April 2016
Lokasi             : Taman Hutan Raya, NIPA NIPA
Titik Koordinat: 03 0 57’ 20.3” - 1220 32’32.6”
Tabel. 4.  Penampang Dalam Untuk Lahan Alang Alang
Nomor Horison
1
2
3
4
5
6
Simbol Horison
O
A
E
B
C
D/R
Kedalaman Horison (cm)
0-26/0-22
26-54/22-43
54-64/43-49
64-97/49-77
97-141/77-114
141-158/114-126
Batas Horison
(J) (B) (Br)
(N) (J) (B)
(N) (J) (B)
(N) (J) (B)
(N) (J) (B)
(N) (J) (B)
Warna Matriks
Dull yelowish brown
Yellow orange
Bright yellowish brown
Yellowish brown
Dark reddish brown
Reddish brown
Karatan
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Ada
Ada
Ada
Warna Karatan
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Orange
Merah
Merah  abu-abuan
Konsistensi
Keadaan Basa
Melengket
Melengket
Menggupal
Melengket
Terhambur
Terhambur
Keadaan Kering
Terhambur
Menggupal
Melengket
Menggupal
Tidak terlalu lengket
Menggupal
Pori Tanah
(SS)(S)(B)
(SS)(S) (B)
(SS)(S)(B)
(SS)(S)(B)
(SS)(S)(B)
(SS)(S)(B)
Perakaran
(SS)(S)(B)
(SS)(S) (B)
(SS)(S)(B)
(SS)(S)(B)
(SS)(S)(B)
(SS)(S)(B)
Solum Tanah (cm)
150


Kedalam Efektif (cm)
95


3.      Perkebunan
Nomor Profil            : 11
Tanggal                     : 23 April 2016
Lokasi                       : Hutan Raya Tahura Nipa-Nipa
Titik Koordinat         : 3̊ 57’ 17”-122̊ 32’ 33” E
Tabel. 4.  Penampang Dalam Untuk Lahan Perkebunan
Nomor Horison
1
2
3
4
Simbol Horison
O
A
E
B
Kedalaman Horison (cm)
1,4 cm
1,25 cm
1,19 cm
1,02 cm
Batas Horison
(J)
(B)
(B)
(B)
Warna Matriks
Dull yelowish brown
Yellow orange
Bright yellowish brown
Yellowish brown
Karatan
Sedikit
Sedikit
Sedikit
Sedikit
Warna Karatan
-
-
-
orange
Konsistensi
Keadaan Basa
Melekat
Agak melekat
Agak melekat
Tidak melekat
Keadaan Kering
Keras
Keras
Keras
Keras sekali
Pori Tanah
(B)
(S)


Perakaran
(B)
(S)
(SS)

Solum Tanah (cm)
120 cm

Kedalam Efektif (cm)
86 cm


Keterangan:
1.      J = Jelas
2.      B = Berangsur
3.      Br = Berbaur
4.      SS = Sangat Sedikit
5.      S = Sedikit
6.      B = Banyak

B.       Pembahasan
Tanah merupakan kumpulan dari benda-benda alam dipermukaan bumi yangtersusun dalam horison-horison yang terdiri atas campuran-campuran bahan organik, bahan mineral, udara dan air. Kondisi yanng sangat disukai oleh tanaman terhadap ketersediaan unsur hara yaitu pada kondisi ketersediaan bahan mineral 45%, udara 25%,air 25% dan bahan organik 5 %.
Dalam proses pembentukan tanah, tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain Iklim, yaitu menggambarkan tentang suhu dan curah hujan, Topografi, yaitu menggambarkan relief atau bentuk wilayah, Bahan Induk, yaitu baik batuan sedimen,metamorfosa maupun batuan beku, Organisme dan Waktu.
Berdasarka deskripsi profil tanah dengan nomor Profil 25 pada lokasi Hutan Tahura Nipa-Nipa dengan Titik koordinatnya -3˚57ʹ11,1ʺ - 122˚32ʹ36,0ʺ. Pada penampang luarnya, lokasi ini memiliki Topografi, dengan Ketinggian 201 mdpl, dengan Kelerengan 15-30 %, dengan penggunaan lahan hutan dan Vegetasi Jati Putih, Mangga, sejenis Paku Pakuan, Ubi Hutan, Rambutan, Jambu mente dan lain lain. Aliran perrmukaan lambat, drainase lambat, permeabilitas sedang, jarang terjadi banjir dan genangan tidak ada. Erosi tidak ada sehingga Resiko erosinyapuntidak ada dan keadaan permukaan yang tersebutmiring dan lembab.
Berdasarkan penampang dalam seiring dengan berjalannya waktu, tanah terbentuk dalam bentuk lapisan-lapisan (horison). Pada lapisan tanah teratas atau lapisan 1 biasa disebut dengan horison O, pada lapisan ini tanah sangat subur dan berwarna hitam kegelapan karena kaya akan bahan organik. Berdasrkan pengamatan yang dilakukan kedalam horison ini berada pada 11/20 cm dan sangat banyak ditemukan perakaran tanaman. Batas horisonnya jelas dengan warna matriks Hue 2,5 Y 4/4, karatan tidak ada dan warna karatanpun tidak ada. Konsistensi pada keadaan basa tidak kuatbegitupun pada keadaan kering, pori tanahnya banyak, solum tanah secara keseluruhan yaitu dengan kedalaman 114 cm, sedangkan untuk kedalaman efektifnya yaitu pada kedalaman 115 cm.
Pada lapisan selanjutnya dengan nomor horison ke 2 atau biasanya disimbolkan horison A memiliki kedalaman horison 32/40 cm. Batas horisonnya berangsur dengan warna matriks Hue 2,5 Y 7/8, karatan tidak ada begitupun warna karatan tidak ada. Konsistensi pada keadaan basanya kuatbegitu pula pada keadaan keringnya,pada lapisan ini pori tanahnya banyak dan perakarannyapun tergolong banyak.
Di lapisan selanjutnya dengan nomor horison 3 yakni horison E dengan kedalaman horison mencapai 73/104 cm. Batas horizon berangsur dengan warna matriks Hue 2,5 Y 8/8. Pada lapisan ini mulai ada karatan dan warna karatan sedikit. Konsistensi pada keadaan basahnya yaitu kuat dan pada keadaan kering tetap kuat, pori tanahnya banyak dan perakarannya tergolong sedikit.
Pada lapisan selanjutnya denagn nomor horison 4 yang di beri simbol horison C beada pada kedalaman di sekitar 115 cm. Batas horisonnya brangsur dengan warna matriks Hue 2,5 Y 6/8.  pada lapisan inilah terdapat karatan dengan warna karatan sangat banyak.Konsistensi pada keadaan basah sangat kuat dan pada keadaan kering tetap sangat kuat, pori tanahnya sedikit dan perakaran tanaman sangat sedikit.
Dalam pengamatan profil tanah, antara penggunaan lahan hutan, alang alang dan perkebunan memiliki perbedaan berupa karakteristik dan sifat sifat kimia dalam lapisan horison horison lahan tersebut. Perbedaan ini terjadi karena pengaruh proses pembentuan tanah, berupa faktor iklim, organisme, topografi, bahan induk, dan waktu menjadikan tanah memiliki perbedaan antara lahan yang satu dengan lahan yang lainnya. Meskipun perbedaan tersebut hanya sedikit ataupun banyak.
Pada lahan hutan dalam praktikum ini terdiri dari empat horison, yaitu horison O, A, E, dan B. Dimana batas horison O jelas,  dan horison A, E, dan B berangsur. Pada lahan alang alang  dalam praktikum ini terdiri dari enam horison, yaitu horison O, A, E, B, C, dan D/R. Dimana batas horison O jelas, dan horison O, A, E, B, C, dan  D/R berangsur. Pada lahan perkebunan dalam praktikum ini terdiri dari empat horison, yaitu horison O, A, E, dan B. Dimana batas horison O jelas,  dan horison A, E, dan B berangsur.


V.  PENUTUP

A.      Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum pengamatan profil tanah di lapangan maka dapat disimpulkan yaitu penampang vertikal tanah yang menunjukan horison atau lapisan tanah disebut lapisan atau profil tanah, yang terdiri dari beberapa horison yaitu horison O,  A, E, B, C dan D/R. Dimana dalam horison horisn tanah tersebut memiliki karakteristlk tersendiri.
Karateristik tanah terdiri atas karakter eksternal dan karakter intrnal. Karateristik tanah eksternal berupa: topografi, ketinggian, kelerengan, penggunaan lahan, vegetasi, aliran permukaan, drainase, permeabilitas, banjir, genangan, erosi, bahaya erosi, keadaan permukaan. Sedangkan sifat internal tanah berupa: nomor horison, simbol horison, kedalaman horison, batas horison, warna matriks, karatan, warna karatan, konsistensi, pori tanah, perakaran..

B.       Saran
Adapun saran yang dapat di ajukan pada praktikum ini adalah diharapkan agar peralatan lapangan di perbanyak lagi agar praktikum dapat berjalan dengan lancar dan selesai tepat waktu.


DAFTAR PUSTAKA

Adrinal, Ramlah, Sitti, Gusmini. 2012. Perbaikan Sifat FIsika-Kimia Tanah Psamment Dengan Pemulsaan Organik Dan Olah Tanah Konservasi Pada Budidaya Jagung. Solum9(1), 25-35. Andalas: Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Andalas.

Arabia, Teti, Zainabun, Royani, Ida. 2012 Karakteristik Tanah Salin Krueng Raya Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar. Darussalam Banda Aceh: Fakultas Pertanian Unsyiah.

Asfan, Rochiman S., Kusriningrum, Hariyanro, Sucipto. 2012. Identifikasi Lahan  Kering Alfisol Terdegradasi Di Kabupaten Bangkalan. Rekayasa, 4(1), 1-10. Bangkalan: MIPA Universitas Airlangga.

Evarnas, Novita, Toknok, Bau dan Ramlah, Sitti. 2014. Sifat Fisik Tanah Dibawah Tegakan Eboni (Diospyros Celebica Bakh) Pada Kawasan Cagar Alam Pangi Binangga Kabupaten Parigi Moutung. Warta Rimba, 2(2), 109-116. Sulawesi Tengah: Jurusan Kehutanan Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako.

Hikmah Utami, Nur. 2009. Kajian Sifat Fisik, Sifat Kimia, Dan Sifat Biologi Tanah Paska Tambang Galian C Pada Tiga Penutupan Lahan.Bogor: Institute Pertanian Bogor.

Kurniawan, Firman. 2011. Mengenal Tanah Sebagai Media Tanaman. Bogor: Bogor Agricultural University.

Natanael Tarigan, Christian, Marpaung, Purba, Sari Lubis,Kemala. 2014. Identifikasi Horizon Argilik Dengan Metode Irisan Tipis Pada Ultisol Di Arboretum USU Kwala Bekala. Medan: Program Studi Agroteknologi.

Notohadiprawiro, Tejyuwono. 2006. Tanah Dan Lingkungan. Yogyakarta: Universitas Gaja Mada.

Njurumana, Gerson ND, Hidayatullah, Butarbutar, Tigor. 2008. Kondisi Tanah Pada Sisitem Kaliwu Dan Mamar Di Timor Dan Sumba. Kupang: Balai Penelitian Kehutanan Kupang.

Resman. 2011. Morfologi Dan Karakteristik Tanah Di Pugeran Yogyakarta. Agroteknos, 1(2),102-106.Kendari: Jurusan Agroteknologi FAPERTA Universitas Halu Oleo.

Suganda, Husain, Rachman, Achmad, Sutono. 2010. Petunju Pengambilan Contoh Tanah.

Supangkat, Agung B, Supriyo, Haryono, Sudira, Putu,  Poedjirahajoe, Erny. 2013. Status Kesuburan Tanah Di Bawah Tegakan Eucalyptus Pellita F Muell: Studim Kasus Di HPHTI PT. Arara Abadi, Riau. Manusia Dan Lingkungan 20(1), 22-34. Yogyakarta: Fakultas Teknologi Pertanian UGM.

Supangkat, Agung B, Putra, Pamungkas B. 2010. Kajian Infiltrasi Tanah Pada Berbagai Tegakan Jati (Tectona Gradis L.) Di Cepu, Jawa Tengah. Riau: Balai Penelitian Hutan Penghasil Serat Kuok Dan Balai Penelitian Kehutanan Solo.

Sugiharyanto, Khotimah, Nurul. 2009. Diktat Mata Kuliah Geografi Tanah. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Grografi Fakultas Ilmu Sosisl Dan Ekonomiuniversitas Negeri Yogyakarta.

Winda Kumalasari, Sisca, Syamsiyah, Jauhari, Sumarno. 2011. Studi Beberapa Sifat Fisik Dan Kimiah Tanah Pada Berbagai Komposisi Tegakan Tanaman Di Sun DAS Solo Hulu. Ilmiah Ilmu Tanah Dan Agrokimatologi. 8(2) 120-130. Surakarta: Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret.

No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar secara bijak sesuai topik pembahasan