LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH
I. Pengamatan Profil Tanah
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanah adalah benda alam yang mempunyai tiga
dimensi ruang yaitu panjang, lebar dan kedalaman. Tanah secara Edhapologi
adalah tubuh alam yang disintesiskan dalam bentuk penampang atau
horizon-horizon, terdiri dari berbagai hancuran mineral dan bahan organik yang
menyelimuti bumi dan dapat memberi atau menyediakan makanan, air dan udara bagi tumbuhan.
Fungsi
utama tanah adalah sebagai media tumbuh makhluk hidup. Proses pembentukan tanah
dimulai dari hasil pelapukan batuan induk (regolit)
menjadi bahan induk tanah, diikuti oleh proses pencampuran bahan organik yaitu
sisa-sisa tumbuhan yang dilapuk oleh mikroorganisme dengan bahan mineral
dipermukaan tanah, pembentukan struktur tanah, pemindahan bahan-bahan tanah
dari bagian atas ke bagian bawah dan berbagai proses lain, sehingga apabila
kita menggali lubang pada tanah maka akan terlihat lapisan-lapisan tanah yang
berbeda sifat fisik, kimia, dan biologinya, lapisan-lapisan inilah yang disebut
dengan horizon tanah yang terbentuk dari mineral anorganik akar. Susunan
horizon tanah tersebut biasa disebut profil tanah.
Profil
tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah yang menunjukkan
susunan horizon tanah, dimulai dari permukaan tanah sampai lapisan bahan induk
dibawahnya. Lapisan-lapisan tersebut terbentuk selain dipengaruhi oleh
perbedaan bahan induk sebagai bahan pembentuknya, juga terbentuk karena
pengendapan yang berulang-ulang oleh genangan air. Profil tanah yang akan
diamati ciri-cirinya harus memenuhi persyaratan sebagai berikut,
yaitu masih alami, vertikal dan
bidang pengamatan profil tidak boleh terkena sinar matahari secara langsung.
Dalam pengambilan sampel tanah untuk
mengetahui sifat fisik tanah dibagi menjadi dua jenis yaitu, sampel tanah utuh
dengan cara menggunakan ring sampel dan sampel tanah
tidak utuh dengan cara mengambil tanah dari titik yang telah ditentukan
tempatnya. Berdasarkan uraian diatas, maka perlu
diadakan praktikum pengamatan Profil Tanah dalam langkah awal penelitian dan
pengamatan terhadap tanah.
B.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah
dalam praktikum pengamatan profil tanah adalah bagaimana melakukan pengamatan profil
tanah terutama sifat-sifat fisik tanah dan sebagian sifat
kimia tanah,
serta pengambilan sampel tanah untuk pengamatan aktifitas mikroorganisme tanah.
C.
Tujuan dan Manfaat
Praktikum
ini ditujukan untuk melakukan pengamatan profil tanah terutama sifat-sifat
fisik tanah dan sebagian sifat kimia tanah, serta pengambilan sampel
tanah untuk pengamatan aktifitas mikroorganisme tanah.
Manfaat dari
pelaksanaan praktikum ini adalah agar praktikan dapat melakukan
pengamatan profil tanah, mengetahui bagian-bagian dari lapisan-lapisan tanah dengan melihat ciri-ciri tanah tersebut
serta dapat mengetahui komponen penyusunnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pengertian Tanah
Semua orang yang tinggal di
muka bumi ini tentunya mengenal tanah. Namun demikian apabila ditanya apa itu
tanah, maka jawabannya akan bervariasi dan sangat tergantung dari latar
belakang seseorang yang ditanya. Jika kita bertanya kepada petani tentang
tanah, maka kemungkinan jawabannya tanah adalah tempat tumbuhnya tanaman. Jika
kita bertanya kepada produsen batu bata atau genting, maka kemungkinan
jawabannya adalah tanah sebagai bahan baku pembuatan batu bata atau genting (Sugiharyanto, dkk, 2009).
Tanah sebagai sumber daya alam
yang terbatas, sulit dan lambat pemulihannya jika terjadi kesalahan pengelolaan
terutama pada lahan kering. Yang dimaksud lahan kering adalah hamparan lahan
yang tidak pernah tergenang atau digenangi air pada sebagian waktu dalam
setahun atau sepanjang tahun (Asfan, dkk, 2012).
Tanah adalah gejalah alam permukaan
daratan, membentuk suatu mintakan (zone)
yang disebut pedosfer, tersusun atas massa gair (loose) berupa pecahan dan lapukan batuan (rock) bercampur dengan bahan organik. Berlainan dengan mineral,
tumbuhan dan hewan, tanah bukan suatu ujud tedas (distinct) di dalam pedosfer terdapat tumpang tindih (everlap) dan saling tindak (interaction)
antar litosfer, atmosfer, hidrosfer dan biosfer. Maka tanah dapat disebut
gejalah lintas batas antar berbagai gejalah alam permukaan bumi (Tejoyuwono N,
2006).
B.
Faktor-Faktor Pembentukan Tanah
Tanah merupakan tubuh
di permukaan bumi yang tersusun atas horizon atau lapisan yang berada di atas
bahan induk atau batuan yang terbentuk sebagai hasil interaksi faktorfaktor
pembentuk tanah yaitu iklim, organism, bahan induk, relief dan waktu. Proses pembentukan
tanah dimulai dari pelapukan batuan menjadi bahan induk atau horison C.
Selanjutnya terbentuk horison A, B disertai perubahan mineral yang lazim
disebut perkembangan tanah (Christian, dkk, 2014).
Apabila kita perhatikan definisi tanah
yang dikemukakan oleh Isa Darmawijaya (1990), maka akan nampak adanya lima
faktor pembentuk tanah, yaitu bahan induk, iklim, organiskme hidup, relief (topografi), dan
waktu. Dari ke lima faktor tersebut, faktor pembentuk tanah yang paling dominan
adalah faktor iklim. Bahan induk, organikme hidup, dan relief keberadaannya
dipengaruhi oleh iklim. Oleh karena itu pembentukan tanah sering disebut dengan
istilah pelapukan atau Weathering (Sugiharyanto, dkk, 2009).
Faktor pembentu tanah ialah keadaan
atau kakas (force) lingkungan yang
berdaya menggerakkan proses pembentukan tanah atau memungkinkan proses
pembentukan tanah berjalan. Proses pembentukan tanah berlangsung dengan
berbagai reaksi fisik, kimia dan biologi. Reaksi menghasilkan sifat sifat tanah
dan karena memiliki sifat maka tanah dapat menjalankan fungsi fungsi tertentu.
Proses pembentukan tanah berlangsung dengan tiga tahapan : (1) mengubah bahan
mentah menjadi bahan induk tanah. (2) mengubah bahan induk tanahmenjadibahan penyusun tanah, dan
(3) menata bahan penyusun tanah menjadi tubuh tanah (Tejoyuwono N, 2006).
C. Teknik pengambilan sampel
Pengambilan cuplikan tanah dilakukan dengan jalan mendiskripsi profil
tanah, kemudian mengambil cuplikan tiap lapisan atau horison tanah yang
diperlukan kira kira (2-3 kg) guna kebutuhan analisis laboratorium.. Cuplikan
tanah terusik untuk kebutuhan analisis kimia tanah dan cuplikan tanah tak
terusik untuk kebutuhan analisis fisik tanah. Cuplikan tanah diambil perhorison
dimulai dari horison paling bawah sampai kehorison teratas kemudian diberi kode
per label (Resman, 2011)
Pengambilan
sampel tanah untuk mengetahui sifat fisik tanah dibagi menjadi dua jenis yaitu:
(1) Sampel
tanah utuh yang digunakan untuk menganalisis bulk densiy, permeabilitas
tanah, serta porositas tanah, yang dilakukan dengan cara menggunakan ring
sampel. (2) Sampel tanah tidak utuh digunakan untuk analisis tekstur dan
struktur, dimana pengambilan sampel tanah tidak utuh dilakukan dengan cara
mengambil tanah dari titik yang telah ditentukan tempatnya ( Novita, dkk, 2014).
Salah satu hal yang
penting dan perlu mendapatkan perhatian dalam pengambilan contoh tanah adalah
ukuran dan jumlah contoh agar diperoleh tingkat keterwakilan yang memadai
berdasarkan heterogenitas tanah. Selain
itu menurut Das (1950) kesalahan dalam pengambilan contoh tanah meliputi
tiga katagori umum, yaitu kesalahan pengambilan contoh, kesalahan dalam
seleksi, dan kesalahan pengukuran (Husein, dkk, 2010).
D. Sifat Fisik dan Kimia Tanah
Dalam penelitian USDA
(1998) identifikasi karakteristik tanah, baik
sifat fisik maupun kimia sangat diperlukan sebagai data dasar dalam
implementasi pemanfaatan tanah atau lahan. Salah satu sifat fisik tanah yang
penting untuk diketahui adalah kapasitas infiltrasi tanah, yaitu kecepatan maksimum masuknya air secara vertikal ke dalam
profil suatu tanah. Berdasarkan definisi ilmiahnya, pengertian infiltrasi tanah
adalah proses pergerakan masuknya air ke dalam lapisan tanah yang dikendalikan
oleh gaya gravitasi, gerakan kapiler, dan porositas tanah (Agung
B, dkk, 2010).
Sifat fisik
tanah: meliputi parameter bulk density (BD), ruang pori tanah,
permeabilitas, tekstur tanah dan air tersedia dan kadar air tanah (pF). Sifat
kimia tanah: meliputi parameter pH tanah, C organic, N total, C atau N, P
tersedia, kapasitas tukar kation (KTK), basa-basa dapat ditukar (Ca, Mg, K,
Na), dan kejenuhan basa. Sifat biologi tanah: meliputi
total mikroorganisme, respirasi serta C-mikroorganisme (Agung
B, 2013).
Sifat fisika dan ciri
kimia tanah awal yang dianalisis tersebut adalah: tekstur, berat volume (BV),
Kandungan Bahan Organik (BO), Total Ruang Pori (TRP), Permiabilitas, persen
Agregasi, pH H2O, pH KCl, N total, P tersedia, K-dd, basa-basa, dan KTK tanah (Adrinal, dkk,
2012).
Komposisi tegakan tanaman yang didominasi oleh tanaman Jati
(Tectona grandis Linn F) memberikan
peningkatan yang lebih baik terhadap beberapa sifat fisika dan kimia
tanah. Berbagai komposisi tegakan tanaman berpengaruh lebih baik
pada sifat fisika tanah, yaitu porositas tanah, kadar lengas kapasitas lapang,
dan kemantapan agregat tanah. Selain itu juga meningkatkan beberapa sifat kimia
tanah, yaitu bahan organik, kapasitas pertukaran kation, dan kejenuhan basa (Sisca, dkk, 2011).
Kegiatan penambangan
pasir telah merubah sifat fisik tanah pada lokasi lahan paska penambangan
pasir. Hal tersebut dapat dilihat dari adanya perubahan yang signifikan
terhadap struktur tanah, tekstur, nilai bulk density meningkat,
porositas rendah, pori drainase sangat cepat menurun dan juga permeabilitas
tanah menurun jika dibandingkan dengan lokasi kebun campuran dan lokasi sawah
yang ditanami padi. Perubahan sifat kimia tanah pada lokasi lahan paska penambangan
pasir, terbukti dari adanya perubahan yang signifikan yaitu meningkatnya
P-Bray, menurunnya kandungan kalsium dan magnesium. Sedangkan pada sifat
biologi tanah setelah proses penambangan pasir, terjadi penurunan yang
signifikan terhadap jumlah mikroorganisme tanah ( Nur Hikmah Utami, 2009).
Reaksi tanah/pH tanah menggambarkan tingkat ketersediaan unsur hara
makro maupun mikro dalam tanah yang akan menjadi unsur tersedia bagi
pertumbuhan tanaman. PH tanah yang berada pada kisaran netral dapat memberikan
ketersediaan unsur hara tanah pada tingkat optimum karena sebagian besar unsur
hara mudah larut dalam air (Gerson ND, 2008).
E. Horizon Tanah
Batas
horison tanah merupakan zona peralihan di antara dua horison atau lapisan yang
saling berhubungan. Biasanya tidak membentuk garis yang jelas. Batas Horison
dinyatakan dalam hubungannya dengan kejelasan dan topografi. Batas peralihan
horison pada pedon-pedon yang diamati berkisar dari jelas (tebal peralihan 2,5
– 6,5 cm) sampai baur (tebal peralihan > 12,5 cm), dengan batas topografi
rata. Batas peralihan dari horison permukaan ke horison di bawahnya adalah
jelas sampai baur (Teti Arabia, dkk, 2012).
Pembentukan
horizon tanah meliputi: (1)
Horizon organik Horizon organik adalah lapisan tanah yang sebagian besar
terdiri dari bahan organik, baik masih segar maupun sudah membusuk, terbentuk
paling atas di atas horizon mineral. (2) Horizon mineral Horizon
mineral adalah lapisan tanah yang sebagian besar mengandung mineral, terbentuk
pada horizon A dan B, di atas sedikit horizon C (Sugiharyanto, dkk,
2009).
Tanah tersusun oleh lapisan-lapisan
yang disebut horizon tanah. Horizon tanah dapat dibedakan berdasarkan batas
perubahan antara horizon satu dengan yang lain. Berikut perbedaan horizon tanah
terbaru. (1) Horizon O, yakni horizon tanah yang didominasi oleh bahan organik.
(2) Horizon A, yakni horizon mineral yang terbentuk di permukaan atau di bawah
horizon O yang menunjukkan kehilangan keseluruhan atau sebagian struktur asli
batuan. (3) Horizon E, yakni horizon tanah mineral dengan karakteristik khusus.
(4) Horizon B, yakni horizon tanah yang terbentuk di bawah horizon A, E, atau O
yang bersifat rapuh dan memiliki warna value rendah, warna chroma tinggi, atau
memiliki hue lebih merah. (5) Horizon C, yakni horizon yang tidak termasuk
batuan induk yang keras dan tidak mempunyai sifat-sifat horizon O, A, E, atau
B. (6) Horizon R, yakni horizon tanah yang terbentuk dari batuan induk yang
keras termasuk granit, basal, quarsitik, dan batuan kapur keras (Firman Kurniawan,
2011).
III. METEDOLOGI PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Pratikum ini dilaksanakan pada hari
Sabtu, 23 April 2016 pukul 06.30 WITA sampai
selesai, bertempat di Hutan Tahura Nipa-Nipa, Kelurahan Watu-Watu,
Kecamatan Kendari Barat, Kota Kendari.
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum
ini adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Alat Praktikum Pengamatan Profil Tanah
No.
|
Nama Alat
|
Kegunaan
|
1
|
Cangkul
|
Untuk melakukan penggalian tanah
|
2
|
Sekop
|
Untuk melakukan penggalian tanah
|
3
|
Linggis
|
Untuk melakukan penggalian tanah
|
4
|
Parang
|
Untuk mengikis atau meratakan tanah
|
5
|
Ring Sampel
|
Untuk mengambil sampel dengan volume tertentu
|
6
|
Meteran Roll
|
Untuk mengukur tebal, dalam, dan batas lapisan, ukuran kandungan
bahan bahan kasar, struktur, karatan, dan perakaran
|
7
|
GPS/Kompas
|
Untuk menentukan titik koordinat, ketinggian, dan kelerengan
|
8
|
Buku Munsell
|
Untuk menetapkan warna tanah dan segala gejala yang terdapat di
dalam penampang
|
9
|
Kamera
|
Untuk dokumentasi praktek dilapangan
|
10
|
Botol Aqua
|
Untuk tempat mengisi air
|
11
|
Jarum Pentul
|
Untuk menahan pita meteran
|
12
|
Alat Tulis
|
Untuk menulis
|
Bahan yang digunakan untuk praktikum ini adalah sebagai berikut :
Tabel 2. BahanPraktikum Pengamatan Profil Tanah
No.
|
Nama Alat
|
Kegunaan
|
1
|
Air
|
Untuk membasahi masa tanah untuk menentukan tekstur dn
konsistensi tanah dalam keadaan lembab atau basah
|
2
|
Tali Rapiah 6 warna
|
Untuk pembatas antara horison satu dan horison lainnya
|
3
|
Plastik pembungkus gula
|
Untuk wadah sampel tanah yang telah diambil
|
4
|
Kardus
|
Untuk tempat sampel tanah yang telah diletakkan dalam plastik
pembungkus gula
|
5
|
Kertas Label
|
Untuk pemberian tanda pada contoh tanah yang diletakkan di ring
sampel dan plastik pembungkus gula
|
6
|
Kantong plastik besar
|
Untuk tempat sampel tanah yang telah diletakkan dalam plastik
pembungkus gula
|
C. Prosedur Pelaksanaan
Pengamatan horizon tanah
|
Lapisan 1
Hor. O
|
Diberikan
simbol horison
|
Tentukan
batas horison
|
Lapisan 2
Hor. A
|
Lapisan 3
Hor. E
|
Lapisan 4
Hor. C
|
Ditentukan
batasnya
|
Diukur
kedalamannya
|
Diamati
warnanya
|
Diambil
sampelnya
|
Dibersikan
|
Diukur
|
digali
|
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Hutan
Nomor Profil : 25
Tanggal : 23 April
2016
Lokasi : Taman Hutan Raya, NIPA NIPA
Titik Koordinat: -3˚57ʹ11,1ʺ - 122˚32ʹ36,0ʺ
Tabel.
3. Penampang Dalam Untuk Lahan Hutan
Nomor
Horison
|
1
|
2
|
3
|
4
|
|
Simbol
Horison
|
O
|
A
|
E
|
B
|
|
Kedalaman
Horison (cm)
|
11/20
|
32/40
|
73/104
|
115
|
|
Batas
Horison
|
(J) (B) (Br)
|
(N) (J) (B)
|
(N) (J) (B)
|
(N) (J) (B)
|
|
Warna
Matriks
|
Hue 2,5 Y 4/4
|
Hue 2,5 Y 7/8
|
Hue2,5 Y 8/8
|
Hue 2,5 Y 6/8
|
|
Karatan
|
Tidak Ada
|
Tidak Ada
|
Ada
|
Ada
|
|
Warna
Karatan
|
Tidak Ada
|
Tidak Ada
|
Sedikit
|
Sangat Banyak
|
|
Konsistensi
|
Keadaan Basa
|
Tidak Kuat
|
Kuat
|
Kuat
|
Sangat Kuat
|
Keadaan Kering
|
Tidak Kuat
|
Kuat
|
Kuat
|
Sangat Kuat
|
|
Pori
Tanah
|
(SS)(S)(B)
|
(SS)(S)(B)
|
(SS)(S)(B)
|
(SS)(S)(B)
|
|
Perakaran
|
(SS)(S)(B)
|
(SS)(S)(B)
|
(SS)(S)(B)
|
(SS)(S)(B)
|
|
Solum
Tanah (cm)
|
114
|
||||
Kedalam
Efektif (cm)
|
115
|
2. Alang Alang
Nomor Profil :
5
Tanggal :
23 April 2016
Lokasi : Taman Hutan Raya, NIPA NIPA
Titik Koordinat: 03 0 57’ 20.3” -
1220 32’32.6”
Tabel.
4. Penampang Dalam Untuk Lahan Alang Alang
Nomor Horison
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
||
Simbol Horison
|
O
|
A
|
E
|
B
|
C
|
D/R
|
||
Kedalaman Horison (cm)
|
0-26/0-22
|
26-54/22-43
|
54-64/43-49
|
64-97/49-77
|
97-141/77-114
|
141-158/114-126
|
||
Batas Horison
|
(J) (B) (Br)
|
(N) (J) (B)
|
(N) (J) (B)
|
(N) (J) (B)
|
(N) (J) (B)
|
(N) (J) (B)
|
||
Warna Matriks
|
Dull yelowish brown
|
Yellow orange
|
Bright yellowish brown
|
Yellowish brown
|
Dark reddish brown
|
Reddish brown
|
||
Karatan
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Ada
|
Ada
|
Ada
|
||
Warna Karatan
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Orange
|
Merah
|
Merah abu-abuan
|
||
Konsistensi
|
Keadaan Basa
|
Melengket
|
Melengket
|
Menggupal
|
Melengket
|
Terhambur
|
Terhambur
|
|
Keadaan Kering
|
Terhambur
|
Menggupal
|
Melengket
|
Menggupal
|
Tidak terlalu lengket
|
Menggupal
|
||
Pori Tanah
|
(SS)(S)(B)
|
(SS)(S) (B)
|
(SS)(S)(B)
|
(SS)(S)(B)
|
(SS)(S)(B)
|
(SS)(S)(B)
|
||
Perakaran
|
(SS)(S)(B)
|
(SS)(S) (B)
|
(SS)(S)(B)
|
(SS)(S)(B)
|
(SS)(S)(B)
|
(SS)(S)(B)
|
||
Solum Tanah (cm)
|
150
|
|
||||||
Kedalam Efektif (cm)
|
95
|
|||||||
3. Perkebunan
Nomor
Profil : 11
Tanggal : 23 April 2016
Lokasi : Hutan Raya Tahura Nipa-Nipa
Titik
Koordinat : 3̊ 57’ 17”-122̊ 32’ 33” E
Tabel.
4. Penampang Dalam Untuk Lahan Perkebunan
Nomor Horison
|
1
|
2
|
3
|
4
|
|
Simbol Horison
|
O
|
A
|
E
|
B
|
|
Kedalaman Horison (cm)
|
1,4 cm
|
1,25 cm
|
1,19 cm
|
1,02 cm
|
|
Batas Horison
|
(J)
|
(B)
|
(B)
|
(B)
|
|
Warna Matriks
|
Dull yelowish brown
|
Yellow orange
|
Bright yellowish brown
|
Yellowish brown
|
|
Karatan
|
Sedikit
|
Sedikit
|
Sedikit
|
Sedikit
|
|
Warna Karatan
|
-
|
-
|
-
|
orange
|
|
Konsistensi
|
Keadaan Basa
|
Melekat
|
Agak melekat
|
Agak melekat
|
Tidak melekat
|
Keadaan Kering
|
Keras
|
Keras
|
Keras
|
Keras sekali
|
|
Pori Tanah
|
(B)
|
(S)
|
|
|
|
Perakaran
|
(B)
|
(S)
|
(SS)
|
|
|
Solum Tanah (cm)
|
120 cm
|
||||
Kedalam Efektif (cm)
|
86 cm
|
Keterangan:
1. J =
Jelas
2. B =
Berangsur
3. Br
= Berbaur
4. SS
= Sangat Sedikit
5. S =
Sedikit
6. B =
Banyak
B. Pembahasan
Tanah merupakan kumpulan dari benda-benda alam
dipermukaan bumi yangtersusun dalam horison-horison yang terdiri atas
campuran-campuran bahan organik, bahan mineral, udara dan air. Kondisi yanng
sangat disukai oleh tanaman terhadap ketersediaan unsur hara yaitu pada kondisi
ketersediaan bahan mineral 45%, udara 25%,air
25% dan bahan organik 5 %.
Dalam proses pembentukan tanah, tanah dipengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain Iklim, yaitu menggambarkan tentang suhu dan
curah hujan, Topografi, yaitu menggambarkan relief atau bentuk wilayah, Bahan
Induk, yaitu baik batuan sedimen,metamorfosa maupun batuan beku, Organisme dan
Waktu.
Berdasarka deskripsi profil tanah dengan nomor Profil
25 pada lokasi Hutan Tahura Nipa-Nipa dengan
Titik koordinatnya -3˚57ʹ11,1ʺ - 122˚32ʹ36,0ʺ. Pada penampang luarnya, lokasi ini memiliki Topografi, dengan Ketinggian 201 mdpl, dengan Kelerengan 15-30 %, dengan penggunaan lahan hutan dan Vegetasi Jati Putih, Mangga,
sejenis Paku Pakuan, Ubi Hutan, Rambutan, Jambu mente dan lain lain. Aliran perrmukaan lambat, drainase lambat, permeabilitas
sedang, jarang terjadi
banjir dan genangan tidak ada. Erosi
tidak ada sehingga
Resiko erosinyapuntidak ada dan keadaan
permukaan yang tersebutmiring dan lembab.
Berdasarkan penampang dalam seiring dengan berjalannya
waktu, tanah terbentuk dalam bentuk lapisan-lapisan (horison). Pada lapisan
tanah teratas atau lapisan 1 biasa disebut dengan horison O, pada lapisan ini
tanah sangat subur dan berwarna hitam kegelapan karena kaya akan bahan organik. Berdasrkan pengamatan yang dilakukan kedalam horison
ini berada pada 11/20 cm dan sangat banyak
ditemukan perakaran tanaman. Batas horisonnya
jelas dengan warna matriks Hue 2,5 Y 4/4, karatan tidak ada dan warna
karatanpun tidak ada. Konsistensi pada keadaan basa tidak kuatbegitupun pada keadaan kering, pori tanahnya banyak, solum tanah secara keseluruhan yaitu dengan kedalaman 114
cm, sedangkan untuk kedalaman efektifnya yaitu pada kedalaman
115 cm.
Pada lapisan selanjutnya dengan nomor horison ke 2
atau biasanya disimbolkan horison A memiliki kedalaman horison 32/40 cm.
Batas horisonnya berangsur dengan warna matriks Hue
2,5 Y 7/8, karatan tidak ada begitupun warna karatan tidak ada. Konsistensi
pada keadaan basanya kuatbegitu pula pada
keadaan keringnya,pada lapisan ini pori tanahnya banyak
dan perakarannyapun tergolong banyak.
Di lapisan selanjutnya dengan nomor horison 3 yakni
horison E dengan kedalaman horison mencapai 73/104 cm. Batas
horizon berangsur dengan warna matriks Hue 2,5 Y 8/8. Pada lapisan ini mulai
ada karatan dan warna karatan sedikit. Konsistensi pada keadaan basahnya yaitu kuat dan pada keadaan kering tetap kuat, pori tanahnya banyak dan perakarannya tergolong sedikit.
Pada lapisan selanjutnya denagn nomor horison 4 yang
di beri simbol horison C beada pada kedalaman di sekitar 115 cm. Batas
horisonnya brangsur dengan warna matriks Hue 2,5 Y 6/8. pada lapisan inilah terdapat karatan dengan warna karatan sangat banyak.Konsistensi pada
keadaan basah sangat kuat
dan pada keadaan kering tetap sangat kuat,
pori tanahnya sedikit dan perakaran tanaman sangat sedikit.
Dalam pengamatan profil tanah, antara penggunaan
lahan hutan, alang alang dan perkebunan memiliki perbedaan berupa karakteristik
dan sifat sifat kimia dalam lapisan horison horison lahan tersebut. Perbedaan
ini terjadi karena pengaruh proses pembentuan tanah, berupa faktor iklim,
organisme, topografi, bahan induk, dan waktu menjadikan tanah memiliki
perbedaan antara lahan yang satu dengan lahan yang lainnya. Meskipun perbedaan tersebut
hanya sedikit ataupun banyak.
Pada lahan hutan dalam praktikum ini terdiri dari
empat horison, yaitu horison O, A, E, dan B. Dimana batas horison O jelas, dan horison A, E, dan B berangsur. Pada lahan
alang alang dalam praktikum ini terdiri
dari enam horison, yaitu horison O, A, E, B, C, dan D/R. Dimana batas horison O
jelas, dan horison O, A, E, B, C, dan
D/R berangsur. Pada lahan perkebunan dalam praktikum ini terdiri dari
empat horison, yaitu horison O, A, E, dan B. Dimana batas horison O jelas, dan horison A, E, dan B berangsur.
V. PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum pengamatan
profil tanah di lapangan maka dapat disimpulkan yaitu penampang vertikal tanah
yang menunjukan horison atau lapisan tanah disebut lapisan atau profil tanah, yang
terdiri dari beberapa horison yaitu horison O, A, E, B, C dan D/R. Dimana dalam horison
horisn tanah tersebut memiliki karakteristlk tersendiri.
Karateristik tanah terdiri atas
karakter eksternal dan karakter intrnal. Karateristik tanah eksternal berupa: topografi, ketinggian, kelerengan,
penggunaan lahan, vegetasi, aliran permukaan, drainase, permeabilitas, banjir, genangan,
erosi, bahaya erosi, keadaan permukaan. Sedangkan sifat internal tanah berupa: nomor horison, simbol horison, kedalaman
horison, batas horison, warna matriks, karatan, warna karatan, konsistensi, pori
tanah, perakaran..
B.
Saran
Adapun saran yang dapat di ajukan pada
praktikum ini adalah diharapkan agar peralatan lapangan di perbanyak lagi agar praktikum
dapat berjalan dengan lancar dan selesai tepat waktu.
DAFTAR PUSTAKA
Adrinal, Ramlah, Sitti, Gusmini. 2012. Perbaikan Sifat FIsika-Kimia Tanah Psamment Dengan
Pemulsaan Organik Dan Olah Tanah Konservasi Pada Budidaya Jagung. Solum9(1), 25-35.
Andalas: Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Andalas.
Arabia, Teti, Zainabun, Royani,
Ida.
2012 Karakteristik Tanah Salin Krueng Raya Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh
Besar. Darussalam Banda Aceh: Fakultas Pertanian Unsyiah.
Asfan, Rochiman S., Kusriningrum, Hariyanro, Sucipto. 2012.
Identifikasi Lahan Kering Alfisol
Terdegradasi Di Kabupaten Bangkalan. Rekayasa, 4(1), 1-10. Bangkalan: MIPA
Universitas Airlangga.
Evarnas, Novita, Toknok, Bau dan Ramlah, Sitti. 2014. Sifat
Fisik Tanah Dibawah Tegakan Eboni (Diospyros
Celebica Bakh) Pada Kawasan Cagar Alam Pangi Binangga Kabupaten Parigi
Moutung. Warta Rimba, 2(2), 109-116. Sulawesi Tengah: Jurusan Kehutanan
Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako.
Hikmah Utami, Nur. 2009. Kajian Sifat Fisik, Sifat Kimia,
Dan Sifat Biologi Tanah Paska Tambang Galian C Pada Tiga Penutupan Lahan.Bogor:
Institute Pertanian Bogor.
Kurniawan, Firman. 2011. Mengenal Tanah Sebagai Media
Tanaman. Bogor: Bogor Agricultural University.
Natanael Tarigan, Christian, Marpaung, Purba,
Sari Lubis,Kemala.
2014. Identifikasi Horizon Argilik Dengan Metode Irisan Tipis Pada Ultisol Di
Arboretum USU Kwala Bekala. Medan: Program Studi Agroteknologi.
Notohadiprawiro, Tejyuwono. 2006. Tanah Dan Lingkungan.
Yogyakarta: Universitas Gaja Mada.
Njurumana, Gerson ND, Hidayatullah,
Butarbutar, Tigor.
2008. Kondisi Tanah Pada Sisitem Kaliwu Dan Mamar Di Timor Dan Sumba. Kupang:
Balai Penelitian Kehutanan Kupang.
Resman. 2011. Morfologi Dan Karakteristik Tanah Di Pugeran
Yogyakarta. Agroteknos, 1(2),102-106.Kendari: Jurusan Agroteknologi FAPERTA
Universitas Halu Oleo.
Suganda, Husain, Rachman, Achmad, Sutono. 2010. Petunju Pengambilan Contoh Tanah.
Supangkat, Agung B, Supriyo, Haryono, Sudira, Putu, Poedjirahajoe, Erny. 2013. Status
Kesuburan Tanah Di Bawah Tegakan Eucalyptus
Pellita F Muell: Studim Kasus Di HPHTI PT. Arara Abadi, Riau. Manusia Dan
Lingkungan 20(1), 22-34. Yogyakarta: Fakultas Teknologi Pertanian UGM.
Supangkat, Agung B, Putra, Pamungkas B.
2010. Kajian Infiltrasi Tanah Pada Berbagai Tegakan Jati (Tectona Gradis L.) Di
Cepu, Jawa Tengah. Riau: Balai Penelitian Hutan Penghasil Serat Kuok Dan Balai
Penelitian Kehutanan Solo.
Sugiharyanto, Khotimah, Nurul. 2009. Diktat Mata Kuliah Geografi
Tanah. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Grografi Fakultas Ilmu Sosisl Dan
Ekonomiuniversitas Negeri Yogyakarta.
Winda Kumalasari, Sisca, Syamsiyah, Jauhari, Sumarno. 2011. Studi Beberapa Sifat Fisik Dan
Kimiah Tanah Pada Berbagai Komposisi Tegakan Tanaman Di Sun DAS Solo Hulu.
Ilmiah Ilmu Tanah Dan Agrokimatologi. 8(2) 120-130. Surakarta: Jurusan Ilmu
Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret.
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar secara bijak sesuai topik pembahasan