PENGUKURAN DAN PENGUJIAN KAYU "Kelas Kuat dan Kelas Awet Kayu Serta Faktor-Faktor Perusak Kayu" - KUMPULAN MATERI DAN TUGAS PERKULIAHAN KEHUTANAN

Latest

Belajar Berkarya Untuk Sesama Sebagai Jalan Memberi Manfaat Bagi Orang Banyak. Blog ini semoga berisi artikel-artikel yang berfaedah buat anda.

Wednesday, September 9, 2020

PENGUKURAN DAN PENGUJIAN KAYU "Kelas Kuat dan Kelas Awet Kayu Serta Faktor-Faktor Perusak Kayu"

 

Tugas Individu 1

 

PENGUKURAN DAN PENGUJIAN KAYU

“Kelas Kuat dan Kelas Awet Kayu Serta Faktor-Faktor Perusak Kayu”

 

 



 

 

Oleh:

NAMA                        : HERMANSYAH

STAMBUK                : M1A1 15 046

KELAS                       : TEKNOLOGI  HASIL HUTAN

 

 

 

 

JURUSAN KEHUTANAN

FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

2018


Penentuan Jenis Kayu Alternatif

Jenis -jenis kayu alternatif dipilih berdasarkan kesamaan nilai berat jenis (BJ), kelas kuat dan kelas keawetan kayu karena penggunaan kayu sebagai konstruksi kapal sangat berkaitan dengan sifat mekanis dan sifat awetnya. Rata-rata nilai BJ kayu, kelas kuat dan kelas awet jenis kayu yang diteliti disajikan pada Tabel 7

Tabel 7  Berat jenis, kelas kuat dan kelas awet enam jenis kayu yang diteliti

Kelas kuat dan kelas awet kayu

Dari Tabel 7 diketahui bahwa kelas kuat keenam jenis kayu yang  diteliti bervariasi: T. decorticata  Kelas Kuat  I, B. parviflora  Kelas Kuat  I-II, T.  Grandis Kelas Kuat II, V. cofassus Kelas Kuat  II-III, sedangkan S. laevigata  Kelas Kuat III. Menurut standar BKI (1989), persyaratan minimal kelas kuat kayu untuk suatu konstruksi adalah Kelas Kuat III.

Dari Tabel 7 diketahui pula bahwa kelas awet seluruh jenis kayu yang diteliti bervariasi: T. grandis Kelas Awet  I-II, T.  decorticata  Kelas  Awet  II,  V. cofassus Kelas Awet II-III, B. Parviflora Kelas Awet III dan S. laevigata Kelas Awet IV. Dari segi keawetan kayu, S. laevigata perlu diawetkan terlebih dahulu  karena tergolong kurang awet jika digunakan untuk kontruksi.

 

 

Faktor-Faktor Perusak Kayu

Kerusakan pada kayu terjadi karena tindakan-tindakan atau karena keadaan yang mengakibatkan kekuatan kayu menurun, harga kayu menurun, dan mutu dan nilai pakai kayu berkurang atau kayu sama sekali tak terpakai.

Kerusakan yang dimaksud antara lain: retak-retak, pecah,belah,serangan jamur, serangan serangga dan kerusakan-kerusakan akibat perilaku manusia yang kurang cermat dalam mengelola kayu. Misalnya: pemeliharaan hutan yang kurang baik, penebangan pohon yang salah,pembagian batang yang keliru, cara menggergaji yang keliru serta cara pengeringan kayu yang tidak sesuai, sehingga kerusakan-kerusakan tersebut di atas akan mengurangi mutu dan nilai pakai kayu untuk penggunaan tertentu secara maksimal.

Menurut asalnya dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu:   Secara alam dari pohon itu sendiri selama proses tumbuh Yang berasal dari luar

1.      Faktor perusak yang datang dari luar terbagi 2 macam, yaitu: Oleh makhluk hidup (biologis) dan oleh bukan makhluk hidup (non biologis)

a.       Biologis

Ada 3 macam, yang diakibatkan oleh makhluk hidup yaitu :

1. Oleh serangga

2. Oleh jamur/cendawan (fungi)

3. Oleh cacing laut (marine borers)

b.      Non Biologis

Yang diakibatkan oleh bukan makhluk hidup dibagi 3, yaitu :

1. Oleh faktor fisik, misalnya : udara, cahaya, air, panas, api dan lain sebagainya

2. Oleh faktor mekanik, misalnya : pukulan, gesekan, tekanan dan lain sebagainya

3. Oleh faktor kimia, misalnya : asam dan basa

Selain faktor-faktor perusak kayu di atas, dapat pula ditambahkan, untuk saat ini dapat dikatakan bahwa manusialah yang paling bertanggung jawab terhadap kerusakan kayu dan otomatis kerusakan hutan sebagai tempat kayu hidup pada umumnya.

Secara umum kerusakan kayu diakibatkan karena:

1.      Cacat Mata Kayu

Mata kayu adalah lembaga atau bagian cabang yang berada di dalam kayu. Mata kayu dapat dibedakan atas:

·         Mata kayu sehat yaitu  mata kayu yang tidak busuk, berpenampang keras, tumbuh kukuh dan rapat pada kayu, berwarna sama atau lebih gelap dibandingkan dengan kayu sedkitarnya.

·         Mata kayu lepas yaitu mata kayu yang tidak tumbuh rapat pada kayu, biasanya pada proses pengerjaan, mata kayu ini akan lepas tidak ada gejala busuk.

·          Mata kayu busuk : mata kayu yang menunjukkan tanda-tanda pembusukan dan bagian-bagian kayunya lunak atau lapuk, berlainan dengan bagian- bagian kayu sekitarnya.

Pengaruh  mata kayu yaitu:

·         Mengurangi sifat keteguhan kayu. Hal ini terjadi karena serat mata kayu relatif tegak lurus serat batang pohon. Sedangkan keteguhan tegak lurus serat lebih rendah dibandingkan dengan keteguhan sejajar serat. Disamping itu pula serat – serat di sekeliling mata kayu tidak teratur.

·          Menyulitkan pengerjaan karena kerasnya penampang mata kayu (mata kayu sehat/mata hidup).  Mengurangi keindahan permukaan kayu. Menyebabkan lubangnya lembaran – lembaran finir.

2.      Pecah dan Retak

Pada badan serat kayu bulat atau pada bontos kayu bulat sering terlihat adanya serat-serat yang terpisah memanjang. Berdasarkan ketentuan pengujian kayu, lebar terpisahnya serat yang tidak melebihi 2 mm, dinamakan retak. Apabila tidak lebih dari 6 mm, dikatakan pecah dan kalau lebarnya lebih dari 6 mm, disebut belah. Cacat-cacat ini disebabkan:

·         Ketidakseimbangan arah penyusutan pada waktu kayu menjadi kering.

·         Tekanan di dalam tubuh kayu yang kemudian terlepas pada waktu kayu ditebang.

·         Kurang hati – hati pada waktu melakukan penebangan sehingga kayu robek, atau menimpa benda – benda keras.

Cacat – cacat ini akan mengurangi keteguhan tarik, demikian pula keteguhan kompresi akan berkurang, karena distribusi tegangan – tegangan yang disebabkan oleh adanya suatu beban tidak merata. Demikian pula keteguhan kompresi akan berkurang, karena distribusi tegangan-tegangan yang disebabkan oleh adanya suatu beban tidak merata. Demikian pula keteguhan geser sangat terpengaruh oleh cacat kayu ini, karena pengurangan langsung dari luasnya daerah yang menahan geseran.

3.      Pecah Busur Dan Pecah Gelang

Pecah busur ialah pecah yang mengikuti arah lingkungan tumbuh, bentuknya kurang dari setengah lingkaran. Sedangkan pecah gelang ialah kelanjutan pecah busur yang kedua ujungnya bertemu membentuk lingkaran penuh atau lebih dari setengah lingkaran. Hal ini disebabkan ketidakseimbangan dalam penyusutan pada waktu kayu mengering, juga karena tegangan di dalam kayu yang tiba-tiba terlepas pada waktu penebangan. Pengaruh cacat ini serupa halnya dengan pengaruh cacat belah dan pecah.

4.      Cacat Hati Rapuh

Sebelum membahas hati rapuh, perlu diketahui terlebih dahulu apakah yang dimaksud dengan “hati” itu. Hati ialah pusat lingkaran tumbuh kayu bulat. Hati berbeda dengan pusat bontos. Letak hati mungkin saja tidak sama letaknya dengan pusat bontos. Tapi ada kalanya berimpit. Pengertian rapuh ialah tahap pertama proses pembusukan. Bagian kayu rapuh menunjukkan tanda-tanda berkurangnya kekerasan dan kepadatannya. Justru yang dimaksud dengan hati rapuh disini, tidak menunjukkan tanda-tanda pembusukkan yang nyata. Hati rapuh ini merupakan tanda khas yang umum dimiliki kayu daun lebar di daerah tropis seperti misalnya kayu meranti dan lain sebagainya. Cacat ini mengurangi kekuatan terhadap kayu. Proses pembuatan finir secara rotary (pengupasan) akan mengalami kesulitan karena tidak adanya kekuatan dari sumbu (tombol) mesin untuk mencekam dolok tersebut.

5.      Cacat Akibat Arah Serat

Ada beberapa jenis kayu (lara, kesambi, dan lain lain) yang memiliki serat yang berpadu. Secara umum dianggap sebagai kerugian karena kayu itu sukar dikerjakan. Dari lain pihak kayu semacam ini mempunyai keteguhan belah yang tinggi, untuk keperluan tertentu sangat baik. Serat berombak mempunyai keberatan yang sama dengan serat berpadu. Tapi bisa menimbulkan lukisan yang indah. Untuk keperluan tertentu sangat tinggi nilainya. Lain jenis kayu memiliki serat yang melintang artinya jalannya serat tidak sejajar dengan sumbu batang. Kayu yang digergaji dari batang semacam ini sudah tentu akan mewarisi serat yang melintang pula. Serat ini akan membuat keteguhan kayu berkurang. Kelainan jalannya semua serat ini dapat memberikan pola gambaran pada bidang-bidang kayu gergajian, sehingga merupakan sifat yang digemari untuk perkakas rumah/perabot. Hanya sulit dalam pengerjaan terutama pada waktu diketam. Untuk keperluan kayu bangunan dan konstruksi, unsur kekuatan diutamakan, jalan serat lurus lebih disukai. Pada pekerjaan menggergaji potongan-potongan kayu yang kecil, kita masih dapat memperhatikan jalannya serat, tetapi pada kayu yang panjang umumnya sulit didapat serat yang lurus. Penyimpangan arah serat atau kemiringan serat umumnya dinyatakan dalam suatu perbandingan misalnya: 1:6; 1:9; 1:10. Arti 1:6; kemiringan serat adalah 1 cm dalam jarak 6 cm sepanjang suatu garis sejajar sumbu batang. Untuk lainnya serupa pula. Semakin besar sudut penyimpangan, pengaruhnya semakin buruk.

6.      Cacat Akibat Serangan Organisme Perusak Kayu

1.      Jamur Penyerang Kayu

Jamur penyerang kayu dapat dibedakan menjadi: Jamur pembusuk kayu, Jamur pelapuk kayu dan Jamur penyebab noda kayu. Bagi perkembangan jamur pembusuk kayu sangat diperlukan bahan makanan yang cukup di dalam kayu, kelembapan yang cukup, sedikit udara dan suhu yang layak. Pengaruh jamur pembusuk kayu yang menghancurkan dinding-dinding pada perkembangan lanjut dari pembusukan mengakibatkan kehancuran total struktur kayu. Dengan demikian kekuatan kayu akhirnya akan mengalami penurunan yang nyata. Tetapi pada tahap permulaan serangan jamur itu, timbul kerapuhan kayu yang nyata dengan akibat bahwa bahan yang terserang, cenderung untuk patah secara mendadak jika diberi beban dengan perubahan bentuk sedikit saja serta patahan yang halus tidak berserpih. Pada lain pihak jamur penyebab noda kayu hanya mempunyai pengaruh sedikit terhadap kekuatan kayu dan biasanya tidak menurunkan kekuatan yang besar. Hanya ditinjaundalam segi keindahan akan menurun, karena timbulnya warna-warna yang kotor (noda-noda).

2.      Serangga Perusak Kayu

Serangga-serangga perusak kayu antara lain rayap, kumbang kayu, dan bubuk kayu. Sudah barang tentu kekuatan kayu akan berkurang, karena serangga-serangga tersebut merusak kayu dengan membuat lubang-lubang terowongan di dalam kayu. Sebagai makanan dan tempat tinggal serangga perusak kayu tersebut. Pembahasan lebih lanjut dalam bab pengawetan kayu.

3.      Lubang Gerek dan Lubang Cacing Laut

Lubang gerek ialah lubang-lubang pada kayu yang disebabkan oleh serangga penggerek, atau cacing-cacing laut. Lubang cacing laut ialah lubang-lubang pada kayu yang disebabkan oleh cacing-cacing laut. Umumnya penggerekan tersebut menyerang kayu yang baru ditebang. Kadangkala pada pohon yang masih tegak berdiri. Serangga ini tidak dapat hidup pada kayu gergajian yang telah dikeringkan, karena larvanya memerlukan jamur. Padahal agar jamur dapat hidup diperlukan kadar air yang cukup tinggi. Serangan-serangan akan lebih berat pada bagian kayu yang menghadap tanah yang terlindung dari sinar matahari langsung. Sedangkan cacing laut menyerang kayu yang berada di air laut. Lubang gerek mengurangi keindahan. Bila banyak menggerombol akan mempengaruhi kekuatan kayu, bahkan kayu sama sekali mungkin tidak dapat dimanfaatkan lagi. Demikian pula cacat pada lubang cacing laut.

 

 

No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar secara bijak sesuai topik pembahasan