Tugas
Individu 1
PENGUKURAN DAN
PENGUJIAN KAYU
“Kelas Kuat dan Kelas
Awet Kayu Serta Faktor-Faktor Perusak Kayu”
Oleh:
NAMA : HERMANSYAH
STAMBUK : M1A1 15 046
KELAS : TEKNOLOGI HASIL HUTAN
JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN DAN
ILMU LINGKUNGAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2018
Penentuan
Jenis Kayu Alternatif
Jenis -jenis kayu alternatif dipilih berdasarkan
kesamaan nilai berat jenis (BJ), kelas kuat dan kelas keawetan kayu karena
penggunaan kayu sebagai konstruksi kapal sangat berkaitan dengan sifat mekanis
dan sifat awetnya. Rata-rata nilai BJ kayu, kelas kuat dan kelas awet jenis
kayu yang diteliti disajikan pada Tabel 7
Tabel 7 Berat
jenis, kelas kuat dan kelas awet enam jenis kayu yang diteliti
Dari Tabel 7 diketahui bahwa kelas
kuat keenam jenis kayu yang diteliti
bervariasi: T. decorticata Kelas Kuat
I, B. parviflora Kelas Kuat I-II, T. Grandis Kelas Kuat II, V. cofassus Kelas Kuat II-III, sedangkan S. laevigata Kelas Kuat III.
Menurut standar BKI (1989), persyaratan minimal kelas kuat kayu untuk suatu
konstruksi adalah Kelas Kuat III.
Dari Tabel 7 diketahui pula bahwa
kelas awet seluruh jenis kayu yang diteliti bervariasi: T. grandis Kelas Awet I-II, T.
decorticata Kelas Awet
II, V. cofassus Kelas Awet II-III, B.
Parviflora Kelas Awet III dan S. laevigata
Kelas Awet IV. Dari segi keawetan kayu, S.
laevigata perlu diawetkan terlebih dahulu karena tergolong kurang awet jika digunakan
untuk kontruksi.
Faktor-Faktor
Perusak Kayu
Kerusakan pada kayu terjadi karena
tindakan-tindakan atau karena keadaan yang mengakibatkan kekuatan kayu menurun,
harga kayu menurun, dan mutu dan nilai pakai kayu berkurang atau kayu sama
sekali tak terpakai.
Kerusakan yang dimaksud antara lain:
retak-retak, pecah,belah,serangan jamur, serangan serangga dan
kerusakan-kerusakan akibat perilaku manusia yang kurang cermat dalam mengelola
kayu. Misalnya: pemeliharaan hutan yang kurang baik, penebangan pohon yang
salah,pembagian batang yang keliru, cara menggergaji yang keliru serta cara
pengeringan kayu yang tidak sesuai, sehingga kerusakan-kerusakan tersebut di
atas akan mengurangi mutu dan nilai pakai kayu untuk penggunaan tertentu secara
maksimal.
Menurut asalnya dapat dibagi menjadi
dua macam, yaitu: Secara alam dari pohon itu sendiri selama
proses tumbuh Yang berasal dari luar
1.
Faktor perusak yang datang dari luar
terbagi 2 macam, yaitu: Oleh makhluk hidup (biologis) dan oleh bukan makhluk
hidup (non biologis)
a.
Biologis
Ada 3 macam, yang diakibatkan oleh
makhluk hidup yaitu :
1. Oleh serangga
2. Oleh jamur/cendawan (fungi)
3. Oleh cacing laut (marine borers)
b.
Non Biologis
Yang diakibatkan oleh bukan makhluk
hidup dibagi 3, yaitu :
1. Oleh faktor fisik, misalnya : udara, cahaya, air,
panas, api dan lain sebagainya
2. Oleh faktor mekanik, misalnya : pukulan, gesekan,
tekanan dan lain sebagainya
3. Oleh faktor kimia, misalnya :
asam dan basa
Selain faktor-faktor perusak kayu di
atas, dapat pula ditambahkan, untuk saat ini dapat dikatakan bahwa manusialah
yang paling bertanggung jawab terhadap kerusakan kayu dan otomatis kerusakan
hutan sebagai tempat kayu hidup pada umumnya.
Secara umum kerusakan kayu
diakibatkan karena:
1.
Cacat Mata Kayu
Mata kayu adalah lembaga atau bagian
cabang yang berada di dalam kayu. Mata kayu dapat dibedakan atas:
·
Mata kayu sehat yaitu mata kayu yang tidak busuk, berpenampang
keras, tumbuh kukuh dan rapat pada kayu, berwarna sama atau lebih gelap
dibandingkan dengan kayu sedkitarnya.
·
Mata kayu lepas yaitu mata kayu yang
tidak tumbuh rapat pada kayu, biasanya pada proses pengerjaan, mata kayu ini
akan lepas tidak ada gejala busuk.
·
Mata kayu busuk : mata kayu yang menunjukkan
tanda-tanda pembusukan dan bagian-bagian kayunya lunak atau lapuk, berlainan
dengan bagian- bagian kayu sekitarnya.
Pengaruh mata kayu yaitu:
·
Mengurangi sifat keteguhan kayu. Hal
ini terjadi karena serat mata kayu relatif tegak lurus serat batang pohon.
Sedangkan keteguhan tegak lurus serat lebih rendah dibandingkan dengan
keteguhan sejajar serat. Disamping itu pula serat – serat di sekeliling mata
kayu tidak teratur.
·
Menyulitkan pengerjaan karena kerasnya
penampang mata kayu (mata kayu sehat/mata hidup). Mengurangi keindahan permukaan kayu.
Menyebabkan lubangnya lembaran – lembaran finir.
2.
Pecah dan Retak
Pada badan serat kayu bulat atau
pada bontos kayu bulat sering terlihat adanya serat-serat yang terpisah
memanjang. Berdasarkan ketentuan pengujian kayu, lebar terpisahnya serat yang
tidak melebihi 2 mm, dinamakan retak. Apabila tidak lebih dari 6 mm, dikatakan
pecah dan kalau lebarnya lebih dari 6 mm, disebut belah. Cacat-cacat ini
disebabkan:
·
Ketidakseimbangan arah penyusutan
pada waktu kayu menjadi kering.
·
Tekanan di dalam tubuh kayu yang
kemudian terlepas pada waktu kayu ditebang.
·
Kurang hati – hati pada waktu
melakukan penebangan sehingga kayu robek, atau menimpa benda – benda keras.
Cacat –
cacat ini akan mengurangi keteguhan tarik, demikian pula keteguhan kompresi
akan berkurang, karena distribusi tegangan – tegangan yang disebabkan oleh
adanya suatu beban tidak merata. Demikian pula keteguhan kompresi akan
berkurang, karena distribusi tegangan-tegangan yang disebabkan oleh adanya
suatu beban tidak merata. Demikian pula keteguhan geser sangat terpengaruh oleh
cacat kayu ini, karena pengurangan langsung dari luasnya daerah yang menahan
geseran.
3.
Pecah Busur Dan Pecah Gelang
Pecah busur ialah pecah yang
mengikuti arah lingkungan tumbuh, bentuknya kurang dari setengah lingkaran.
Sedangkan pecah gelang ialah kelanjutan pecah busur yang kedua ujungnya bertemu
membentuk lingkaran penuh atau lebih dari setengah lingkaran. Hal ini
disebabkan ketidakseimbangan dalam penyusutan pada waktu kayu mengering, juga
karena tegangan di dalam kayu yang tiba-tiba terlepas pada waktu penebangan.
Pengaruh cacat ini serupa halnya dengan pengaruh cacat belah dan pecah.
4.
Cacat Hati Rapuh
Sebelum membahas hati rapuh, perlu
diketahui terlebih dahulu apakah yang dimaksud dengan “hati” itu. Hati ialah
pusat lingkaran tumbuh kayu bulat. Hati berbeda dengan pusat bontos. Letak hati
mungkin saja tidak sama letaknya dengan pusat bontos. Tapi ada kalanya
berimpit. Pengertian rapuh ialah tahap pertama proses pembusukan. Bagian kayu
rapuh menunjukkan tanda-tanda berkurangnya kekerasan dan kepadatannya. Justru
yang dimaksud dengan hati rapuh disini, tidak menunjukkan tanda-tanda
pembusukkan yang nyata. Hati rapuh ini merupakan tanda khas yang umum dimiliki
kayu daun lebar di daerah tropis seperti misalnya kayu meranti dan lain
sebagainya. Cacat ini mengurangi kekuatan terhadap kayu. Proses pembuatan finir
secara rotary (pengupasan) akan mengalami kesulitan karena tidak adanya kekuatan
dari sumbu (tombol) mesin untuk mencekam dolok tersebut.
5.
Cacat Akibat Arah Serat
Ada beberapa jenis kayu (lara,
kesambi, dan lain lain) yang memiliki serat yang berpadu. Secara umum dianggap
sebagai kerugian karena kayu itu sukar dikerjakan. Dari lain pihak kayu semacam
ini mempunyai keteguhan belah yang tinggi, untuk keperluan tertentu sangat
baik. Serat berombak mempunyai keberatan yang sama dengan serat berpadu. Tapi
bisa menimbulkan lukisan yang indah. Untuk keperluan tertentu sangat tinggi nilainya.
Lain jenis kayu memiliki serat yang melintang artinya jalannya serat tidak
sejajar dengan sumbu batang. Kayu yang digergaji dari batang semacam ini sudah
tentu akan mewarisi serat yang melintang pula. Serat ini akan membuat keteguhan
kayu berkurang. Kelainan jalannya semua serat ini dapat memberikan pola
gambaran pada bidang-bidang kayu gergajian, sehingga merupakan sifat yang
digemari untuk perkakas rumah/perabot. Hanya sulit dalam pengerjaan terutama
pada waktu diketam. Untuk keperluan kayu bangunan dan konstruksi, unsur
kekuatan diutamakan, jalan serat lurus lebih disukai. Pada pekerjaan
menggergaji potongan-potongan kayu yang kecil, kita masih dapat memperhatikan
jalannya serat, tetapi pada kayu yang panjang umumnya sulit didapat serat yang
lurus. Penyimpangan arah serat atau kemiringan serat umumnya dinyatakan dalam
suatu perbandingan misalnya: 1:6; 1:9; 1:10. Arti 1:6; kemiringan serat adalah
1 cm dalam jarak 6 cm sepanjang suatu garis sejajar sumbu batang. Untuk lainnya
serupa pula. Semakin besar sudut penyimpangan, pengaruhnya semakin buruk.
6.
Cacat Akibat Serangan Organisme
Perusak Kayu
1.
Jamur Penyerang Kayu
Jamur penyerang kayu dapat dibedakan
menjadi: Jamur pembusuk kayu, Jamur pelapuk kayu dan Jamur penyebab noda kayu. Bagi
perkembangan jamur pembusuk kayu sangat diperlukan bahan makanan yang cukup di
dalam kayu, kelembapan yang cukup, sedikit udara dan suhu yang layak. Pengaruh
jamur pembusuk kayu yang menghancurkan dinding-dinding pada perkembangan lanjut
dari pembusukan mengakibatkan kehancuran total struktur kayu. Dengan demikian
kekuatan kayu akhirnya akan mengalami penurunan yang nyata. Tetapi pada tahap
permulaan serangan jamur itu, timbul kerapuhan kayu yang nyata dengan akibat
bahwa bahan yang terserang, cenderung untuk patah secara mendadak jika diberi
beban dengan perubahan bentuk sedikit saja serta patahan yang halus tidak
berserpih. Pada lain pihak jamur penyebab noda kayu hanya mempunyai pengaruh
sedikit terhadap kekuatan kayu dan biasanya tidak menurunkan kekuatan yang
besar. Hanya ditinjaundalam segi keindahan akan menurun, karena timbulnya
warna-warna yang kotor (noda-noda).
2.
Serangga Perusak Kayu
Serangga-serangga perusak kayu
antara lain rayap, kumbang kayu, dan bubuk kayu. Sudah barang tentu kekuatan
kayu akan berkurang, karena serangga-serangga tersebut merusak kayu dengan
membuat lubang-lubang terowongan di dalam kayu. Sebagai makanan dan tempat
tinggal serangga perusak kayu tersebut. Pembahasan lebih lanjut dalam bab
pengawetan kayu.
3.
Lubang Gerek dan Lubang Cacing Laut
Lubang gerek ialah lubang-lubang
pada kayu yang disebabkan oleh serangga penggerek, atau cacing-cacing laut.
Lubang cacing laut ialah lubang-lubang pada kayu yang disebabkan oleh
cacing-cacing laut. Umumnya penggerekan tersebut menyerang kayu yang baru
ditebang. Kadangkala pada pohon yang masih tegak berdiri. Serangga ini tidak
dapat hidup pada kayu gergajian yang telah dikeringkan, karena larvanya
memerlukan jamur. Padahal agar jamur dapat hidup diperlukan kadar air yang
cukup tinggi. Serangan-serangan akan lebih berat pada bagian kayu yang
menghadap tanah yang terlindung dari sinar matahari langsung. Sedangkan cacing
laut menyerang kayu yang berada di air laut. Lubang gerek mengurangi keindahan.
Bila banyak menggerombol akan mempengaruhi kekuatan kayu, bahkan kayu sama
sekali mungkin tidak dapat dimanfaatkan lagi. Demikian pula cacat pada lubang
cacing laut.
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar secara bijak sesuai topik pembahasan