Suku Sapotaceae - KUMPULAN MATERI DAN TUGAS PERKULIAHAN KEHUTANAN

Latest

Belajar Berkarya Untuk Sesama Sebagai Jalan Memberi Manfaat Bagi Orang Banyak. Blog ini semoga berisi artikel-artikel yang berfaedah buat anda.

Tuesday, April 23, 2019

Suku Sapotaceae


MAKALAH DENDROLOGI
“SUKU SAPOTACEAE”
 
Suku Sapotaceae

I.                       PENDAHULUAN

A.    Latar belakang

Dendrologi adalah cabang biologi yang mempelajari tentang pohon maupun tumbuhan berkayu lainnya, seperti liana dan semak. Cabang ini terutama dipelajari dalam bidang botani dan terapannya, kehutanan. Dalam ilmu ini terutama dipelajari morfologi dan anatomi untuk memperoleh dasar-dasar pengenalan pohon. Morfologi yaitu cabang ilmu biologi yang membahas mempelajari tentang tata bentuk luar atau sruktur dari suatu organisme. Sebagai contoh morfologi tumbuhan, artinya ilmu yang mempelajari mengenai struktur dan bentuk dari suatu tumbuhan. Suatu organisme perlu di identifikasi melalui bentuk serta strukturnya agar mudah di kenali. Selain itu morfologi juga di pelajari untuk menentukan fungsi dari suatu bagian dari organisme. Mempeajari pengertian morfologi tentunya tidak terlepas dari dasar klasifikasi makhluk hidup. Makhluk hidup diklasifikasikan berdasarkan persamaan ciri yang ada pada masing – masing jenis atau individunya. Oleh karena itu diperlukan studi tentang ilmu yang mempelajari struktur bagian dari organisme, agar dapat mengidentifikasi bagian tersebut dan kemudian mengklasifikasikan organisme lain yang mempunyai ciri serupa. Berikut contoh morfologi tumbuhan agar anda lebih mudah memahami konsep morfologi. Tumbuhan memiliki bagian – bagian dasar yaitu :
1.      Batang Tumbuhan
Batang sendiri dibagi menjadi dua yaitu batang yang basah yang memiliki ciri lunak dan berair misalnya tanaman kangkung,  kemudian adapula batang kayu yang meiliki jaringan kambium dan sel sklerenkim yang berperan sebagai jaringan kayu. Selanjutnya adalah batang rumput yang memiliki ciri bulat berongga mempunyai ruas dan buku yang jelas terlihat dan memiliki ukuran yang tidak terlalu panjang. Misalnya tebu, dan padi. Yang terakhir adalah batang mendong yaitu batag yang mempunyai bentuk segitiga misalnya  rumput teki.
2.      Akar
Akar merupakan bagian yang sangat penting bagi tumbuhan karena berfungsi untuk menyerap zat – zat yang terdapat dalam tanah, menyimpan cadangan makanan, mengangkut zat zat seperti air untuk kemudian diedarkan ke seluruh bagian tubuh tumbuhan. Selain itu akar juga berfungsi sebagai pengokoh tumbuhan agar bisa berdiri tegak dan kuat. Akar terdiri dari dua jenis yaitu akar tunggang dan akar serabut. Akar tunggang adalah sistem akar yang mempunyai satu akar yang ukurannya lebih dominan dari pada yang lain. Biasanya dimiliki oleh tubuhan yang mempunyai keping dua seperti kacang tanah. Sedangkan akar serabut adalah sistem akar yang mempunyai bentuk yang sama rata dengan yang lainnya. Biasanya dimiliki oleh tumbuhan berkeping satu.
3.      Daun
Daun adalah tempat terjadinya fungsi utama dari tumbuhan yang sesungguhnya yaitu sebagai penghasil oksigen yang berasal dari sistem fotosintesis. Daun mempunyai klorofil yang merupakan zat hijau daun yang berfungsi untuk fotosintesis, hasil fotosintesis selain oksigen adalah zat gula yang digunakan untuk makanan tumbuhan tersebut. oleh karena itu tumbuhan disebut sebagai produsen karena bisa menghasilkan makanannya sendiri.
Kegiatan mengelompokan mengelompokan makhluk hidup disebut klasifikasi, dengan kata lain klasifikasi adalah pengelompokan aneka jenis hewan atau tumbuhan kedalam golongan atau takson melalui keseragaman dalam keanekaragaman. Tujuan  Kalsifikasi  yaitu untuk mempermudah mengenal objek yang beranekaragam dengan cara mencari persamaan dan perbedaan ciri serta sifat pada objek tersebut. Klasifikasi berguna untuk menunjukan hubungan kekerabatan diantara makhluk hidup. Keuntungan mengklasifikasikan makhluk hidup adalah mempermudah dalam mencari keterangan tentang makhluk hidup yang akan kita pelajari. Selain itu klasifikasi juga memudahkan dalam memberi nama ilmiah kepada individu atau populasi individu.
klasifikasi pada tumbuhan dapat di lihat berdasarkan :
1.      Berdasarkan bentuk dan ukurannya, tanaman digolongkan menjadi tanaman perdu, pohon, semak, dan rerumputan.
2.      Berdasarkan manfaatnya, tanaman digolongkan menjadi tanaman pangan, obat – obatan, sandang dan hias.
3.      Berdasarkan lingkungan tempat hidupnya, tanaman digolongkan menjadi tanaman kering (xerofit), tanaman air (hidrofit), dan tanaman lembab (higrofit).
4.      Berdasarkan cara hidupnya, tanaman digolongkan menjadi tanaman saprofit, parasit, epifit.
Penggolongan seperti diatas ternyata sangat sulit sehingga sekarang lebih sering orang – orang menggunakan cara klasifikasi makhluk hidup seperti yang telah dibuat oleh Carolus Linnaeus. Carolus Linnaeus meletakan dasar / kriteria klasifikasi makhluk hidup yaitu:
a.       Jumlah sel penyusun tubuh: uniseluler / multiseluler
b.      Organ perkembangbiakan
c.       Habitus (kenampakan) tumbuhan waktu hidupnya: tegak, merambat, menjalar.
d.      Ada tidaknya biji, bunga, dan buah.
e.       Dari morfologi(struktur tubuh luar) dan anatomi (struktur tubuh dalam).
Makhluk hidup yang mempunyai ciri dan sifat yang sama di kelompokkan ke dalam satu golongan. Makin banyak persamaan ciri dan sifat yang ada pada makhluk hidup, makin dekat kekerabatannya. Berdasarkan persamaan ciri dan sifat makhluk hidup maka dapat dibentuk kelompok – kelompok. Kelompok – kelompok yang terbentuk diatur dalam urutan dan tingkat tertentu. Carolus Linnaeus membuat urutan klasifikasi dari tingkat yang terkecil hingga tingkat yang terbesar yaitu sebagai berikut :
1.      Unit dasar terkecil dalam klasifikasi adalah jenis – jenis (spesies).
2.      Jenis – jenis yang serupa dengan ciri tertentu di kelompokan menjadi satu kelompok yang disebut marga (Genus).
3.      Beberapa marga yang serupa dengan ciri tertentu di kelompokan menjadi satu kelompok yang disebut suku (familia).
4.      Beberapa suku yang serupa dengan ciri tertentu di kelompokan menjadi satu kelompok yang disebut bangsa (ordo).
5.      Beberapa bangsa yang serupa dengan ciri tertentu di kelompokan menjadi satu kelompok yang disebut kelas (classis).
6.      Beberapa kelas yang serupa dengan ciri tertentu di kelompokan menjadi satu kelompok yang disebut phylum (division).
7.      Beberapa divisio yang serupa dengan ciri tertentu di kelompokan menjadi satu kelompok yang disebut kerajaan (kingdom).

B.     Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk mengetahui Suku Sapotaceae


II.                    PEMBAHASAN

Suku atau family sapotaceae merupakan tumbuhan perdu atau pohon dengan daun-daun tunggal yang tersebar, jarang berhadapan, tanpa mempunyai daun penumpu atau mempunyai daun penumpu yang lekas runtuh, bunga dalam ketiak daun, tiap-tiaap tajuk kadang-kadang mempunyai organ-argan tambahan pada sisi sampingnya. Benag sari sama banyaknya dengan daun mahkota atau lebih banyak, letaknya berhadapan dengan daun-daun mahkota, terdapat pula benang-benag sari yang mandul yang sama banyaknya atau lebih banyak dari pada daun-daun mahkota. Bakal buah menumpang, buahnya buah buni atau buah yang berkayu  yang tidak membuka. Biji dengan atau tampa endosperm, lembaga besar, akar lembaga pendek, daun lembaga lebar.  Warga suku ini mempunyai saluran-saluran getah dalam kulit batang, daun, dan juga dalam empulur yang karena kandungannya akan zat-zat tertentu (getah perca) sering dibudidayakan untuk diambil zat-zat tadi. salah satu contoh dari family sapotaceae ini adalah Acharas zapota atau sawo manila.

2.1.      Acharas zapota
A.    Klasifikasi Tumbuhan Acharas Zapota
Divisi : Spermatophyta (Tumbuhan berbiji)
   Anak divisi : Angiospermae (Berbiji tertutup)
      Kelas : Dicotyledonae (Biji berkeping dua)
         Bangsa : Ebenales
            Suku : Sapotaceae
          Marga : Achras atau Manilkara
                Jenis : Achras zapota. L
                      Nama umun/ dagang : Sawo manila
Nama daerah : Sumatera : Sawo Manila (Melayu), Saus (Padang) Jawa : Sawo Manila (Sunda), Sawo Manila (Jawa Tengah), Sabu manela   (Madura) Bali : Sabo jawa.

B.     Ciri- Ciri Umum
a.       Habitus
Pohon, berkayu, tumbuh menahun, tumbuh hingga setinggi 30-40 m.
b.      Habitat
Tanaman sawo mudah menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan baru, dari dataran rendah hingga dataran tinggi. Namun, daerah yang disenangi adalah dataran rendah hingga ketinggian 700 m dpl. Tipe tanah yang dikehendaki adalah lempung berpasir yang mengandung banyak bahan organik dengan pH antara 5,5-7. Curah hujan yang sesuai 1.500-2.500 mm per tahun (beriklim basah). Tanaman sawo tahan terhadap kekeringan dengan lima bulan musim kemarau. Perakarannya cukup kuat sehingga tanaman sawo baik untuk daerah yang rawan erosi. Tanaman ini mampu tumbuh di tempat yang ternaungi maupun terbuka sehingga sering ditanam di lahan rumah.
c.       Batang (Caulis)
Keras, berkayu, bulat, bercabang, coklat kotor, pada pohon yang sudah tua terdapat banyak lentisel
d.      Daun (Folium)
Tunggal, bulat telur, ujung dan pangkal runcing, tepi rata, panjang 3-14 cm, lebar 3-5 cm. tangkai panjang ± 1,5 cm, hijau mengkilat.
e.       Bunga (Flos)
Majemuk, di ketiak daun, menggantung, berkelamin dua, karangan bunga tiga sampai delapan, daun kelopak bulat, benang sari enam, putik menjulang ke luar, mahkota bentuk tabung, bertajuk, kuning muda.
f.       Akar (Radix)
Tunggang, coklat, perakarannya cukup kuat
g.      Buah (Fructus)
Buahnya berbentuk lonjong atau bulat telur dengan diameter sekitar 6-7 cm dan panjang 10 cm. Kulit buah yang masih  muda berwarna cokelat tua, kasar dan tipis, sedangkan yang tua berubah menjadi cokelat muda dan halus. Daging buah tebal, berair, berwarna cokelat muda atau cokelat kemerahan. Buah yang masih muda.bergetah dan rasanya sepat, sedangkan buah yang matang rasanya manis tidak sepat dan tidak bergetah. Buah berasal dari bakal buah. Bunga hanya memiliki satu bakal buah saja. Dalam satu buah terdapat 3-5 biji. Biasanya biji-biji ini berwarna hitam. Dinding buah (pericarpium) tebal berdaging dan dapat dibedakan lapisan-lapisannya, yaitu kulit luar (epicarpium), lapisan paling luar berwarna coklat, tipis, kasar, kaku seperti kulit; dan kulit tengah (mesocarpium), tebal berdaging, bisa dimakan, berair, berwarna coklat muda sampai coklat kemerahan;. Jika sudah masak buah tidak pecah. Biji-biji terletak bebas dalam mesocarpium. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa buah Achras zapota merupakan buah sejati, tunggal dan berdaging.
h.      Biji (Semen)
Biji berbentuk bulat telur, pipih, keras, berwarna hitam atau coklat dan ada sebagian yang berwarna putih. Kulit biji (spermodermis) memiliki dua lapisan, yaitu kulit luar (testa), berwarna hitam atau coklat, mengkilat, kaku; dan kulit dalam (tegmen), selaput berwarna putih, tipis. Terdapat pusar biji (hilus) yang berwarna putih. Inti biji terdiri atas lembaga (embrio) dan putih lembaga (albumen).
Daun lembaga (cotyledo) sebagai tempat menimbun makanan berwarna putih, berjumlah dua, berbentuk cembung pada salah satu sisi dan rata pada sisi lainnya, kedua cotyledo tersebut duduk pada sisi yang berhadapan. Karena memiliki cotyledo dua buah maka sawo dimasukkan ke dalam kelas Dicotyledonae (biji berkeping dua/berbelah). Sedangkan akar lembaga atau calon akar (radicula) yang kemudian akan tumbuh terus merupakan akar tunggang. Akar lembaga ini ujungnya menghadap ke arah liang biji, dan pada perkecambahan biji, akar itu akan tumbuh menembus kulit biji dan akan keluar melalui liang tadi. Akar lembaga ini terletak di antara ke dua daun lembaga juga berwarna putih, berbentuk bulat di ujungnya dan pipih di pangkalnya.

C.    Manfaat Tanaman
Karena mengandung tannin, buah sawo yang muda bisa direbus dan airnya dimnum untuk menghentikan diare. Juga bisa untuk membantu mengatasi gangguan pada paru.
Air seduhan daun sawo yang sudah agak tua atau semacam teh diminum untuk mengobati batuk, demam, diare, dan disentri. Biji yang sudah dihancurkan memiliki sifat diuretik (peluruh kencing) serta bisa membantu menghancurkan batu ginjal dan batu kandung kemih. Ekstrak biji ini di kawasan Yucatan dipakai sebagai penenang atau obat tidur.Bijinya juga bisa dilumatkan dan dioleskan untuk mengatasi gigitan atau sengatan binatang berbisa. Getah buah dan daun Achras zapota berkhasiat sebagai obat mencret, di samping itu getahnya dapat digunakan untuk campuran gula-gula.Untuk obat mencret dipakai lebih kurang 15 teles getah buah muda Achras zapota, diseduh dengan ½ gelas air matang panas. Hasil seduhan diminum sekaligus.
Kandungan zat aktif: Gula, asam askorbat, karbohidrat, serat. Biji sawo mengandung saponin yang bisa menyebabkan sakit perut.
Daun dan batang Achras zapota mengandung falvonoida, di samping itu daun juga mengandung saponin dan batangnya juga mengandung tanin.

D.    Syarat Petumbuhan
Tanaman sawo mudah menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan baru, dari dataran rendah hingga dataran tinggi. Namun, daerah yang disenangi adalah dataran rendah hingga ketinggian 700 m dpl. Tipe tanah yang dikehendaki adalah lempung berpasir yang mengandung banyak bahan organik dengan pH antara 5,5-7. Curah hujan yang sesuai 1.500-2.500 mm per tahun (beriklim basah). Tanaman sawo tahan terhadap kekeringan dengan lima bulan musim kemarau. Perakarannya cukup kuat sehingga tanaman sawo baik untuk daerah yang rawan erosi. Tanaman ini mampu tumbuh di tempat yang ternaungi maupun terbuka sehingga sering ditanam di lahan rumah.
a.       Iklim
Tanaman ini optimal dibudidayakan pada daerah yang beriklim basah sampai kering. Curah hujan yang dikehendaki yaitu 12 bulan basah atau 10 bulan basah dengan 2 bulan kering atau 9 bulan basah dengan 3 bulan kering atau 7 bulan basah dengan 5 bulan kering dan 5 bulan basah dengan 7 bulan kering atau membutuhkan curah hujan 2.000 sampai 3.000 mm/tahun.
Tanaman sawo dapat berkembang baik dengan cukup mendapat sinar matahari namun toleran terhadap keadaan teduh (naungan). Tanaman sawo tetap dapat berkembang baik pada suhu antara 22-32 derajat C.
b.      Media Tanam
Jenis tanah yang paling baik untuk tanaman sawo adalah tanah lempung berpasir (latosol) yang subur, gembur, banyak bahan organik, aerasi dan drainase baik. Tetapi hampir semua jenis tanah yang diginakan untuk pertanian cocok untuk ditanami sawo, seperti jenis tanah andosol (daerah vulkan), alluvial loams (daerah aliran sungai), dan loamy soils (tanah berlempung).
Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang cocok untuk perkembangan tanaman sawo adalah antara 6–7. Kedalaman air tanah yang cocok untuk perkembangan tanaman sawo, yaitu antara 50 cm sampai 200 cm.
c.       Ketinggian Tempat
Tanaman sawo dapat hidup baik di dataran rendah maupun dataran tinggi sampai dengan ketinggian 1.200 m dpl. Tetapi ada daerah-daerah yang cocok sehingga tanaman sawo dapat berkembang dan berproduksi dengan baik, yaitu dari dataran rendah sampai dengan ketinggian 700 m dpl.

E.     Varietas
Berdasarkan bentuk buahnya, sawo budidaya dibedakan atas dua jenis, yaitu:
a. Sawo Manila
Buah sawo manila berbentuk lonjong, daging buahnya tebal, banyak mengandung air dan rasanya manis. Termasuk dalam kelompok sawo manila antara lain adalah: sawo kulon, sawo betawi, sawo karat, sawo malaysia, sawo maja dan sawo alkesa.
b. Sawo Apel
Sawo apel dicirikan oleh buahnya yang berbentuk bulat atau bulat telur mirip buah apel, berukuran kecil sampai agak besar, dan bergetah banyak. Termasuk dalam kelompok sawo apel adalah: sawo apel kelapa, sawo apel lilin dan sawo Duren
Kerabat dekat sawo liar antara lain: sawo kecik dan sawo tanjung. Sawo kecik atau sawo jawa (Manilkara kauki L. Dubard.) Sawo kecik dimanfaatkan sebagai tanaman hias atau tanaman peneduh halaman. Tinggi pohon mencapai 15 – 20 meter, merimbun dan tahan kekeringan. Kayu pohonnya sangat bagus untuk dibuat ukiran dan harganya mahal. Sawo tanjung (Minusops elingi) memiliki buah kecil-kecil berwarna kuning keungu-unguan, jarang dimakan, sering digunakan sebagai tanaman hias, atau tanaman pelindung di pinggir-pinggir jalan.

2.2.      Palaquium gutta
Palaquium spp. merupakan pohon yang memiliki tinggi 30 – 45 m, panjang batas bebas cabangnya 15 – 30 m, diameter 50 – 100 cm, kecuali pada   Prostratum dapat mencapai 175 cm atau lebih. Bentuk batang lurus dan silindris, kadang-kadang berbanir 2 – 3 m terutama pada P. rostratum. Kulit luar berwarna coklat, kelabu coklat, merah-coklat atau merah tua sampai agak hitam. Warna kayu teras bervariasi dari coklat-kuning, coklat muda, coklat ungu, coklat-merah sampai coklat atau merah tua. Kayu gubal berwarna lebih muda, tetapi biasanya hanya sedikit berbeda dari kayu teras, tebal seringkali sampai 10 cm. Tekstur kayu agak halus sampai agak kasar dan merata. Arah serat lurus sampai agak berpadu, permukaan kayunya agak licin dan kadang-kadang mengkilap.

A.    Klasifikasi (Palaquium Spp.)
Regnum           :     Plantae (Tumbuhan)
    Divisi               :     Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
       Class                :     Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
                Ordo                :     Ebenales
             Family             :     Sapotaceae
                  Genus              :     Palaquium
                          Spesies            :     Palaquium spp.

B.     Ciri- Ciri Umum
a.       Daun
Daun mengumpul di ujung ranting, tunggal, berbentuk bulat telur sungsang (obovate) sampai lonjong elliptik, berukuran 6 – 25 × 2 ½ - 7 ½ cm, daun yang kering menyerupai kertas tetapi sangat kaku, di bagian atas gundul, di bagian bawah berwarna cokelat keemasan, tulang daun utama di bagian atas tenggelam, tulang daun sekunder berjumlah 16 – 30 pasang, umumnya mempunyai satu atau lebih tulang daun tertier yang sangat jelas di antara tulang daun sekunder dan sejajar dengannya
b.      Bunga
Bunga dari Palaquium spp. berjumlah sampai 6 berkumpul pada ketiak daun. Buahnya bulat telur sampai bulat, diameternya kurang lebih 2 ½ cm, berbulu halus dan berbiji 1 – 2 buah. Biji mempunyai lampang (scar) yang hampir meliputi setengah dan bagian dari biji itu tidak terdapat endosperma tetapi kotiledonnya tebal (Tantra, 1979). Lebih lanjut lagi, Yuniarti dkk. (2011) menambahkan bahwa pohon Palaquium spp. berbuah setiap tahun pada bulan Desember sampai dengan bulan Maret.
c.       Penyebaran Palaquium spp.
Palaquium spp. dapat ditemukan di seluruh Indonesia, khususnya di Semenanjung Malaya, Sumatera, Kalimantan, Jawa, Maluku dan Sulawesi di Sulawesi, dapat ditemukan di Taman Nasional Lore Lindu, di Cagar Alam Tangkoko Batuangus dan di hutan dataran rendah hutan rawa air tawar dekat tepi Danau Ranu, Sulawesi Tengah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, Palaquium sp. merupakan jenis penghuni khusus habitat bukit sisa di kawasan kars Maros-Pangkep.
Palaquium spp. tumbuh pada tanah berawa dan sebagian pada tanah kering, dengan jenis tanah liat atau tanah berpasir. Selain itu,  Palaquium spp. juga dapat tumbuh di daerah banyak hujan pada ketinggian 20 – 500 m dari permukaan laut
d.      Kegunaan Palaquium spp.
Secara umum kayu Palaquium spp. baik digunakan sebagai bahan bangunan. Selain itu beberapa jenis diantaranya seperti P. burckii, P. obtusifolium dan P. rostratum dapat dipakai untuk membuat perahu atau kano, sedangkan kayu banirnya biasa dipakai untuk dayung, roda gerobak, gagang pacul dan tangkai kapak. Kayu P. javense biasa dipakai untuk membuat gamelan dan mebel halus, khususnya di Jawa Tengah.
Kayu Palaquium spp. dapat dikupas tanpa perlakuan pendahuluan dengan sudut kupas 910 dan menghasilkan venir yang cukup baik. Kemudian venir direkatkan dengan urea-folmaldehida umumnya menghasilkan kayu lapis yang memenuhi persyaratan standar Jerman . Biji dari beberapa jenis Palaquium spp. mengandung lemak yang tinggi kadarnya dan jenis ini juga biasa disadap untuk diambil getahnya (getah perca/getah merah).
Getah perca atau gutta percha mengandung sampai 85% zat hidrokarbon berwarna putih yang dinamakan gutta (C10H6) , 13 – 20% dua macam oksida dari resin yang disebut alban (C10H6O) dan fluavil (C20H32O). Bahan tersebut terutama digunakan dalam pembuatan bahan isolasi, alat-alat pembedahan, alat-alat penunjang (spalk, statif dan lain-lain) dan sebagai bahan penutup luka. Selain itu, bahan ini digunakan pula untuk pembuatan semen (glassionomer cement) atau komposit yang dipakai untuk menambal gigi yang berlubang.
Kayu Palaquium spp. mempunyai pita berjarak rapat, serupa dengan parenkim pada kayu jelutung. Frekuensi jari-jarinya lebih banyak daripada frekuensi jari-jari kayu jelutung. Oleh karena itu, kayu ini cocok untuk digunakan sebagai pengganti kayu jelutung dalam pembuatan batang pensil. Hasil percobaan menunjukkan bahwa batang pensil yang dibuat dari kayu Palaquium spp. dengan kerapatan 0,40 – 0,60 gr/cm3, ternyata mudah diserut seperti halnya kayu jelutung. Selain mudah diserut, kayu Palaquium spp. mempunyai kelebihan tertentu dibanding dengan kayu jelutung sebagai bahan pembuatan batang pensil sebab kayu Palaquium spp. berwarna coklat merah sehingga tidak memerlukan pewarnaan lagi seperti halnya yang dilakukan terhadap kayu jelutung selama ini.

3.3.     Mimusops elengi
Tanaman tanjung (Mimusops elengi L.) merupakan salah satu jenis tanaman pohon yang cukup prospektif untuk dipergunakan dalam program pengembangan hutan kota, karena memiliki multi fungsi. Tanaman tanjung memiliki ketahanan yang tinggi terhadap pencemaran debu semen dan kemampuan yang tinggi dalam menjerap (adsorpsi) dan menyerap (absorpsi) debu semen, tidak peka terhadap pencemaran udara walaupun kemampuan jerapannya terhadap timbal rendah, dapat menghasilkan bau harum yang dapat menetralisir bau busuk, bunganya dapat diambil dan dimanfaatkan masyarakat guna meningkatkan taraf gizi/ kesehatan dan penghasilan masyarakat dan mempunyai nilai estetika. Oleh karena itu tanaman tanjung dapat dipergunakan dalam program pengembangan hutan kota di kawasan pabrik, di kawasan dengan pencemaran udara yang tinggi, di kawasan tempat penimbunan sampah atau di kawasan pemukiman kumuh dan padat.
Tanjung juga disebut sebagai tanaman serbaguna, kayunya dikenal awet, keras, kuat untuk konstruksi jembatan, perahu, kapal laut, lantai, rangka dan daun pintu (Sarliani 2002). Bagian tanaman lainnya juga dimanfaatkan seperti akar, kulit, daun dan bunganya sebagai bahan obat-obatan. Tanaman tanjung (Mimusops elengi) digunakan oleh masyarakat untuk mengobati diare, asma, radang hidung dan radang tenggorokan. Tanaman ini merupakan salah satu tanaman perindang, daunnya sangat rimbun dan rapat serta bunganya berbau harum.

A.    Klasifikasi Tanjung (Mimusops Elengi)
Divisio             : Spermatophyta
   Sub division     : Angiospermae
     Class               : Dicotyledoneae
        Ordo               : Ebenales
           Family             : Sapotaceae
             Genus             : Mimusops
                  Species           : Mimusops elengi

B.     Ciri Ciri Umum
a.       Pohon
Pohon berukuran sedang, tumbuh hinggaketinggian 15 m. Daun-daun tunggal, tersebar, bertangkai panjang; daun yang termuda berambut coklat, yang segera gugur. Helaian daun bundar telur hingga melonjong, panjang 9–16 cm, seperti jangat, bertepi rata namun menggelombang.
1)      Tekstur pohon
Tekstur pohon tanjung ( Mimusops elengi ) memiliki tekstur sedang yaitu pohon yang memiliki daun yang tidak terlalu lebar dan tidak terlalu kecil serta memiliki pohon yang kelihatannya agak kasar jika dilihat dan dirasakan.
2)      Warna pohon
Warna pohon tanjung ( Mimusops elengi ) hijau kekuningan karena warna tajuk serta batangnya memiliki warna hijau kekuningan.
3)      Bentuk tajuk pohon
Bentuk tajuk pohon tanjung ( Mimusops elengi ) memiliki bentuk bundar (round) yaitu tajuk pohon yang dibentuk oleh dahan – dahan dan ranting – ranting yang arah tumbuhnya beranekaragam, daun – daunnya lebat, tersusun beraturan, tinggi tajuk lebih kurang sama dengan lebar tajuk, sehingga secara keseluruhan system percabangan ini menghasilkan bentuk tajuk seperti bola.
b.      Bunga
Bunga berkelamin dua, sendiri atau berdua menggantung di ketiak daun,berbilangan-8, berbau enak semerbak. Kelopak dalam dua karangan, bertaju empatempat; mahkota dengan tabung lebar dan pendek, dalam dua karangan, 8 dan 16, yang terakhir adalah alat tambahan serupa mahkota, putih kekuning-kuningan. Benang sari 8, berseling dengan staminodia yang ujungnya bergigi. Buah seperti buah buni, berbentuk gelendong, bulat telur panjang seperti peluru, 2–3 cm, akhirnya merah jingga, dengan kelopak yang tidak rontok. Biji kebanyakan 1, gepeng, keras mengilat, coklat kehitaman.
Batang dari tanaman ini bersudut dan pada pohon yang sangat tua terkadang keras dan padat, berserat halus tetapi dapat dengan mudah retak. Sehingga orang jarang menggunakannya tetapi dalam air dapat bertahan lama.
c.       Batang
Bentuk batang pohon yang dimaksud adalah bentuk batang dilihat dari penampang melintang dan kondisi permukaannya. Dilihat dari penampang melntang batang pohon, maka bentuk batang dibedakan dau macam yaitu bentuk bulat dan bentuk persegi
d.      Buah
Buah seperti buah mlinjo (So), berbentuk gelendong, bulat telur panjang seperti peluru, 2–3 cm, akhirnya merah jingga, dengan kelopak yang tidak rontok. Biji
kebanyakan 1, gepeng, keras mengilat, coklat kehitaman
e.       Tempat Tumbuh
Tanaman tanjung (Mimusops elengi) diperkirakan terdiri dari 40 marga dan 600 jenis. Terutama sekali merupakan pohon tropika, umumnya di Asia dan Amerika Serikat Tumbuhan ini diduga berasal dari India kemudian menyebar ke Burma (Myanmar), Srilangka dan daerah tropika lainnya . Tanjung (Mimusops eiengi) berukuran sedang dan dapat juga kecil. Biji-bijinya bila berkecambah dapat dipergunakan untuk perkembangbiakkannya dari cangkokan. Dapat tumbuh pada tanah berpasir, di dataran rendah yang terbuka. tumbuh baik pada ketinggian kurang dari 800 meter di atas permukaan laut.
f.       Iklim
Tanaman tanjung bisa tumbuh ditempat yang beriklim tropika. Selain itu tanaman itu mudah sekali didapatkan di sekitar jalan–jalan protokol. Tanaman tanjung ini kurang cocok tumbuh di daerah subtropika karena iklimnya tidak sesuai dengan pertumbuhan daun tanaman tanjung ini untuk berkembang biak.
g.      Tanah
Hubungan warna tanah dengan kandungan bahan organik di daerah tropika sering tidak sejalan dengan di daerah beriklim sedang (Amerika dan Eropa). Tanah-tanah merah di Indonesia banyak yang mempunyai kandungan bahan organik lebih dari satu persen, sama dengan kandungan bahan organik tanah hitam (Mollisol) di daerah beriklim sedang.
Tanah mempunyai peranan yang penting bagi proses pertumbuhan bagi tanaman khususnya tanaman tanjung, dimana apabila kondisi tanah kurang baik atau kurang subur karena hara yang dimiliki atau yang dikandung sangat sedikit maka pertumbuhan juga akan terhambat.

C.    Pemanfaatan
Tanaman tanjung banyak dimanfaatkan sebagai pohon pelindung yang terdapat pada jalan–jalan protokol. Selain itu buah tanjung banyak dimakan oleh burung sehingga penyebaran bibitnya mudah menyebar karena bantuan burung yang memakan buahnya dan menjatuhkannya di tempat yang lain. Tanaman tanjung termasuk pada tanaman yang sensitif, sehingga tanaman ini tidak  cocok untuk ditempatkan di pinggi jalan atau jalur convergen (penyatuan dua jalan). Pemilihan jenis yang baik seharusnya memiliki fungsi pereduksi polutan, pengarah dan Landmark dari kategori tanaman toleran sampai sedang. Disisi lain keistimewaan dari tanaman ini adalah bentuk tajuknya yang indah, perpaduan bentuk dan warna daunnya yang hijau mengkilat dan buahnya yang masak berwarna merah atau merah jingga sehingga jenis tanaman ini sangat bagus untuk komponen taman sekaligus untuk tanaman peneduh.
Pohon tanjung termasuk jenis tanaman pohon yang bergetah, ketinggiannya dapat mencapai 15 m, daun tunggal bertangkai. Duduk daun tersebar, bertepi rata, bertulang menyirip. Helaian daun berbentuk bulat memanjang atau bulat telur memanjanag, panjang 9-16 cm. Daun-daun yang muda berwarna coklat, bila sudah tua hijau. Tanjung dapat hidup dengan baik ditempat-tempat yang terbuka dan kena sinar matahari langsung, baik di dataran rendah maupun dataran tinggi, yakni pada ketinggian 1000 m diatas permukaan laut. Untuk mendapatkan tanaman yang sehat, media tanam atau lahan yang akan ditanami harus subur, gembur dan drainase diatur dengan baik.
Tanaman tanjung dalam peranannya sebagai hutan kota, dijadikan sebagai identitas kota Surabaya saat ini. Selain sebagai identitas kota, tanaman ini juga memiliki beberapa kelebihan / peranan dalam hutan kota diantaranya:
1.   Kemampuan Tanaman Dalam Penyerapan Pencemaran Udara (khususnya Pb)
Ada beberapa tanaman atau tumbuhan yang mempunyai kemampuan sebagai media penyerap polutan atau mengurangi pencemaran udara yang dihasilkan oleh industri dan alat transportasi.
Tumbuhan mempunyai kemampuan menjerap dan mengakumulasi zat pencemar. Tumbuhan melalui daunnya dapat menangkap partikel timbal yang diemisikan kandaraan bermotor. Menurut Koeppe dan Miller  dalam Siringoringo, kemampuan tanaman dalam menjerap timbal sangat dipengaruhi keadaan permukaan daun tanaman. Daun yang mempunyai bulu (pubescent) atau daun yang permukaannya kesat (berkerut) mempunyai kemampuan yang lebih tinggi dalam menjerap timbal, daripada daun yang mempunyai permukaan lebih licin dan rata. Kemampuan daun tanaman menjerap suatu polutan dipengaruhi oleh karakteristik  morfologi daun, seperti ukuran dan bentuk daun, adanya rambut pada permukaan daun dan juga tekstur daun.
Bukti/ efek dari penyerapan polutan oleh paparan CO, NOx, SOx dan timbal pada tanaman tanjung adalah mudah dijumpai pada daun. Contoh efek akut adalah klorosis dan nekrosis pada permukaan daun yang dapat menyebabkan jaringan daun menjadi rusak dan mati sehingga disimpulkan bahwa pemaparan emisi kendaraan memberikan efek negatif. Ditandai dengan jumlah daun yang rusak pada tanaman yang diberi pemaparan polutan lebih banyak daripada daun control.
2.   Penyerap dan Penapis Bau
Tanaman dapat digunakan untuk mengurangi bau. Tanaman dapat menyerap bau secara langsung atau tanaman akan menahan gerakan angin yang bergerak dari sumber bau. Akan lebih baik lagi hasilnya, jika tanaman yang ditanam dapat mengeluarkan bau harum yang dapat menetralisir bau busuk dan menggantinya dengan bau harum. Tanaman yang dapat menghasilkan bau harum antara lain: cempaka (Michelia champaka) dan tanjung (Mimosops elengi).
3.   Fungsi Lainnya
Tanaman Tanjung sebagai hutan kota juga berperan secara tidak langsung sebagai peredam kebisingan, mengurangi bahaya hujan asam, penyerap karbon monoksida dan karbon dioksida serta menghasilkan oksigen, penahan angin dan lain-lain.

D.    Daerah Sebaran Tanaman Tanjung di Kampus IPB Darmaga
Tanaman Tanjung ini dapat dengan mudah ditemukan di Kampus IPB Darmaga. Tanaman ini juga dijadikan bagian dari tanaman peneduh disebagin besar jalan yang ada di dalam kampus ini. Beberapa lokasi tempat ditemukannya tanaman tanjung ialah jalan ulin, sekeliling  Graha Widia Wisuda (GWW), pinggiran jalan menuju Al-hurriyah, perumahan dosen. dan lokasi-lokasi lainnya.

E.     Anomali Tanaman Tanjung
            Sekalipun tanaman ini merupakan tanaman yang serbaguna, namun perlu diperhatikan sebelum digunakan/ dipilih sebagai spesies tanaman dalam hutan kota. Hal ini dikarenakan pada beberapa penemuan lapangan, ternyata jenis ini mudah sekali merontokan daunnya, sehingga kurang baik bila di tempatkan dipinggir jalan, akan mengotori badan jalan. Selain itu disebutkan bahwa kayu tanaman ini relatif kuat, namun pada beberapa individu yang ditemukan, mudah pula retak. Hal ini sangat dikhawatirkan bila tamanan ini ditempatkan sebagai wind break akan mudah roboh dan mengenai para pengguna jalan.Dilihat dari kandungan bahan bakan kering yang cukup tinggi, perlu dipertimbangan lebih lanjut, karena dikhawatirkan keberadaan serasah tanaman ini dapat dengan mudah menyulut timbulnya api.





III.             PENUTUP
A.    Kesimpulan
Makhluk hidup yang mempunyai ciri dan sifat yang sama di kelompokkan ke dalam satu golongan. Makin banyak persamaan ciri dan sifat yang ada pada makhluk hidup, makin dekat kekerabatannya. Berdasarkan persamaan ciri dan sifat makhluk hidup maka dapat dibentuk kelompok – kelompok. Kelompok – kelompok yang terbentuk diatur dalam urutan dan tingkat tertentu. Suku atau family sapotaceae merupakan tumbuhan perdu atau pohon dengan daun-daun tunggal yang tersebar, jarang berhadapan, tanpa mempunyai daun penumpu atau mempunyai daun penumpu yang lekas runtuh, bunga dalam ketiak daun, tiap-tiaap tajuk kadang-kadang mempunyai organ-argan tambahan pada sisi sampingnya.

B. Saran
               Saran saya kepada mahasiswa kehutanan agar mengetahui cirri-ciri umum dari setiap fmili atau suku setiap tumbuhan.

No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar secara bijak sesuai topik pembahasan