MAKALAH DENDROLOGI
“SUKU SAPOTACEAE”
I.
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dendrologi adalah cabang biologi yang
mempelajari tentang pohon maupun tumbuhan berkayu lainnya, seperti liana dan
semak. Cabang ini terutama dipelajari dalam bidang botani dan terapannya,
kehutanan. Dalam ilmu ini terutama dipelajari morfologi dan anatomi untuk
memperoleh dasar-dasar pengenalan pohon. Morfologi yaitu cabang ilmu biologi
yang membahas mempelajari tentang tata bentuk luar atau sruktur dari suatu
organisme. Sebagai contoh morfologi tumbuhan, artinya ilmu yang mempelajari
mengenai struktur dan bentuk dari suatu tumbuhan. Suatu organisme perlu di
identifikasi melalui bentuk serta strukturnya agar mudah di kenali. Selain itu
morfologi juga di pelajari untuk menentukan fungsi dari suatu bagian dari
organisme. Mempeajari pengertian morfologi
tentunya tidak terlepas dari dasar klasifikasi makhluk hidup. Makhluk hidup
diklasifikasikan berdasarkan persamaan ciri yang ada pada masing – masing jenis
atau individunya. Oleh karena itu diperlukan studi tentang ilmu yang
mempelajari struktur bagian dari organisme, agar dapat mengidentifikasi bagian
tersebut dan kemudian mengklasifikasikan organisme lain yang mempunyai ciri
serupa. Berikut contoh morfologi tumbuhan agar anda lebih mudah memahami konsep
morfologi. Tumbuhan memiliki bagian – bagian dasar yaitu :
1. Batang Tumbuhan
Batang
sendiri dibagi menjadi dua yaitu batang yang basah yang memiliki ciri lunak dan
berair misalnya tanaman kangkung, kemudian adapula batang kayu yang
meiliki jaringan kambium dan sel sklerenkim yang berperan sebagai jaringan
kayu. Selanjutnya adalah batang rumput yang memiliki ciri bulat berongga
mempunyai ruas dan buku yang jelas terlihat dan memiliki ukuran yang tidak
terlalu panjang. Misalnya tebu, dan padi. Yang terakhir adalah batang mendong
yaitu batag yang mempunyai bentuk segitiga misalnya rumput teki.
2. Akar
Akar
merupakan bagian yang sangat penting bagi tumbuhan karena berfungsi untuk
menyerap zat – zat yang terdapat dalam tanah, menyimpan cadangan makanan,
mengangkut zat zat seperti air untuk kemudian diedarkan ke seluruh bagian tubuh
tumbuhan. Selain itu akar juga berfungsi sebagai pengokoh tumbuhan agar bisa
berdiri tegak dan kuat. Akar terdiri dari dua jenis yaitu akar tunggang dan
akar serabut. Akar tunggang adalah sistem akar yang mempunyai satu akar yang
ukurannya lebih dominan dari pada yang lain. Biasanya dimiliki oleh tubuhan
yang mempunyai keping dua seperti kacang tanah. Sedangkan akar serabut adalah
sistem akar yang mempunyai bentuk yang sama rata dengan yang lainnya. Biasanya
dimiliki oleh tumbuhan berkeping satu.
3. Daun
Daun
adalah tempat terjadinya fungsi utama dari tumbuhan yang sesungguhnya yaitu
sebagai penghasil oksigen yang berasal dari sistem fotosintesis. Daun mempunyai
klorofil yang merupakan zat hijau daun yang berfungsi untuk fotosintesis, hasil
fotosintesis selain oksigen adalah zat gula yang digunakan untuk makanan
tumbuhan tersebut. oleh karena itu tumbuhan disebut sebagai produsen karena
bisa menghasilkan makanannya sendiri.
Kegiatan
mengelompokan mengelompokan makhluk hidup disebut klasifikasi, dengan kata lain
klasifikasi adalah pengelompokan aneka jenis hewan atau tumbuhan kedalam
golongan atau takson melalui keseragaman dalam keanekaragaman.
Tujuan Kalsifikasi yaitu untuk mempermudah mengenal objek
yang beranekaragam dengan cara mencari persamaan dan perbedaan ciri serta sifat
pada objek tersebut. Klasifikasi berguna untuk menunjukan hubungan kekerabatan
diantara makhluk hidup. Keuntungan mengklasifikasikan makhluk hidup adalah
mempermudah dalam mencari keterangan tentang makhluk hidup yang akan kita
pelajari. Selain itu klasifikasi juga memudahkan dalam memberi nama ilmiah
kepada individu atau populasi individu.
klasifikasi
pada tumbuhan dapat di lihat berdasarkan :
1. Berdasarkan bentuk
dan ukurannya, tanaman digolongkan menjadi tanaman perdu, pohon, semak, dan
rerumputan.
2. Berdasarkan
manfaatnya, tanaman digolongkan menjadi tanaman pangan, obat – obatan, sandang
dan hias.
3. Berdasarkan
lingkungan tempat hidupnya, tanaman digolongkan menjadi tanaman kering
(xerofit), tanaman air (hidrofit), dan tanaman lembab (higrofit).
4. Berdasarkan cara
hidupnya, tanaman digolongkan menjadi tanaman saprofit, parasit, epifit.
Penggolongan seperti
diatas ternyata sangat sulit sehingga sekarang lebih sering orang – orang
menggunakan cara klasifikasi makhluk hidup seperti yang telah dibuat oleh
Carolus Linnaeus. Carolus Linnaeus meletakan dasar / kriteria klasifikasi
makhluk hidup yaitu:
a. Jumlah sel penyusun
tubuh: uniseluler / multiseluler
b. Organ
perkembangbiakan
c. Habitus (kenampakan)
tumbuhan waktu hidupnya: tegak, merambat, menjalar.
d. Ada tidaknya biji,
bunga, dan buah.
e. Dari
morfologi(struktur tubuh luar) dan anatomi (struktur tubuh dalam).
Makhluk hidup yang mempunyai ciri dan
sifat yang sama di kelompokkan ke dalam satu golongan. Makin banyak persamaan
ciri dan sifat yang ada pada makhluk hidup, makin dekat kekerabatannya.
Berdasarkan persamaan ciri dan sifat makhluk hidup maka dapat dibentuk kelompok
– kelompok. Kelompok – kelompok yang terbentuk diatur dalam urutan dan tingkat
tertentu. Carolus Linnaeus membuat urutan klasifikasi dari tingkat yang
terkecil hingga tingkat yang terbesar yaitu sebagai berikut :
1. Unit dasar terkecil
dalam klasifikasi adalah jenis – jenis (spesies).
2. Jenis – jenis yang
serupa dengan ciri tertentu di kelompokan menjadi satu kelompok yang disebut
marga (Genus).
3. Beberapa marga yang
serupa dengan ciri tertentu di kelompokan menjadi satu kelompok yang disebut
suku (familia).
4. Beberapa suku yang
serupa dengan ciri tertentu di kelompokan menjadi satu kelompok yang disebut
bangsa (ordo).
5. Beberapa bangsa yang
serupa dengan ciri tertentu di kelompokan menjadi satu kelompok yang disebut
kelas (classis).
6. Beberapa kelas yang
serupa dengan ciri tertentu di kelompokan menjadi satu kelompok yang disebut
phylum (division).
7. Beberapa divisio yang
serupa dengan ciri tertentu di kelompokan menjadi satu kelompok yang disebut
kerajaan (kingdom).
B. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu
untuk mengetahui Suku Sapotaceae
II.
PEMBAHASAN
Suku atau family sapotaceae merupakan
tumbuhan perdu atau pohon dengan daun-daun tunggal yang tersebar, jarang
berhadapan, tanpa mempunyai daun penumpu atau mempunyai daun penumpu yang lekas
runtuh, bunga dalam ketiak daun, tiap-tiaap tajuk kadang-kadang mempunyai
organ-argan tambahan pada sisi sampingnya. Benag sari sama banyaknya dengan
daun mahkota atau lebih banyak, letaknya berhadapan dengan daun-daun mahkota,
terdapat pula benang-benag sari yang mandul yang sama banyaknya atau lebih
banyak dari pada daun-daun mahkota. Bakal buah menumpang, buahnya buah buni
atau buah yang berkayu yang tidak membuka. Biji dengan atau tampa
endosperm, lembaga besar, akar lembaga pendek, daun lembaga lebar. Warga
suku ini mempunyai saluran-saluran getah dalam kulit batang, daun, dan juga
dalam empulur yang karena kandungannya akan zat-zat tertentu (getah perca)
sering dibudidayakan untuk diambil zat-zat tadi. salah satu contoh dari family
sapotaceae ini adalah Acharas zapota atau sawo manila.
2.1. Acharas zapota
A. Klasifikasi Tumbuhan Acharas Zapota
Divisi :
Spermatophyta (Tumbuhan berbiji)
Anak
divisi : Angiospermae (Berbiji tertutup)
Kelas
: Dicotyledonae (Biji berkeping dua)
Bangsa
: Ebenales
Suku
: Sapotaceae
Marga
: Achras atau Manilkara
Jenis
: Achras zapota. L
Nama
umun/ dagang : Sawo manila
Nama
daerah : Sumatera : Sawo Manila (Melayu), Saus
(Padang) Jawa : Sawo Manila (Sunda), Sawo Manila
(Jawa Tengah), Sabu manela (Madura) Bali : Sabo jawa.
B. Ciri- Ciri Umum
a.
Habitus
Pohon, berkayu, tumbuh menahun, tumbuh
hingga setinggi 30-40 m.
b.
Habitat
Tanaman sawo mudah menyesuaikan diri
dengan kondisi lingkungan baru, dari dataran rendah hingga dataran tinggi.
Namun, daerah yang disenangi adalah dataran rendah hingga ketinggian 700 m dpl.
Tipe tanah yang dikehendaki adalah lempung berpasir yang mengandung banyak
bahan organik dengan pH antara 5,5-7. Curah hujan yang sesuai 1.500-2.500 mm
per tahun (beriklim basah). Tanaman sawo tahan terhadap kekeringan dengan lima
bulan musim kemarau. Perakarannya cukup kuat sehingga tanaman sawo baik untuk
daerah yang rawan erosi. Tanaman ini mampu tumbuh di tempat yang ternaungi
maupun terbuka sehingga sering ditanam di lahan rumah.
c.
Batang
(Caulis)
Keras, berkayu, bulat, bercabang,
coklat kotor, pada pohon yang sudah tua terdapat banyak lentisel
d.
Daun
(Folium)
Tunggal, bulat telur, ujung dan pangkal
runcing, tepi rata, panjang 3-14 cm, lebar 3-5 cm. tangkai panjang ± 1,5 cm,
hijau mengkilat.
e.
Bunga
(Flos)
Majemuk, di ketiak daun, menggantung,
berkelamin dua, karangan bunga tiga sampai delapan, daun kelopak bulat, benang
sari enam, putik menjulang ke luar, mahkota bentuk tabung, bertajuk, kuning
muda.
f.
Akar
(Radix)
Tunggang, coklat, perakarannya cukup
kuat
g.
Buah
(Fructus)
Buahnya berbentuk lonjong atau bulat
telur dengan diameter sekitar 6-7 cm dan panjang 10 cm. Kulit buah yang
masih muda berwarna cokelat tua, kasar dan tipis, sedangkan yang tua
berubah menjadi cokelat muda dan halus. Daging
buah tebal, berair,
berwarna cokelat muda atau cokelat kemerahan. Buah yang masih muda.bergetah dan
rasanya sepat, sedangkan buah yang matang rasanya manis tidak sepat dan tidak
bergetah. Buah berasal dari bakal buah. Bunga hanya memiliki satu bakal buah
saja. Dalam satu buah terdapat 3-5 biji. Biasanya biji-biji ini berwarna hitam.
Dinding buah (pericarpium) tebal berdaging dan dapat dibedakan
lapisan-lapisannya, yaitu kulit luar (epicarpium), lapisan paling luar berwarna
coklat, tipis, kasar, kaku seperti kulit; dan kulit tengah (mesocarpium), tebal
berdaging, bisa dimakan, berair, berwarna coklat muda sampai coklat kemerahan;.
Jika sudah masak buah tidak pecah. Biji-biji terletak bebas dalam mesocarpium.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa buah Achras zapota merupakan buah
sejati, tunggal dan berdaging.
h.
Biji
(Semen)
Biji berbentuk bulat telur, pipih,
keras, berwarna hitam atau coklat dan ada sebagian yang berwarna putih. Kulit
biji (spermodermis) memiliki dua lapisan, yaitu kulit luar (testa), berwarna
hitam atau coklat, mengkilat, kaku; dan kulit dalam (tegmen), selaput berwarna
putih, tipis. Terdapat pusar biji (hilus) yang berwarna putih. Inti biji
terdiri atas lembaga (embrio) dan putih lembaga (albumen).
Daun lembaga (cotyledo) sebagai tempat
menimbun makanan berwarna putih, berjumlah dua, berbentuk cembung pada salah
satu sisi dan rata pada sisi lainnya, kedua cotyledo tersebut duduk pada sisi
yang berhadapan. Karena memiliki cotyledo dua buah maka sawo dimasukkan ke
dalam kelas Dicotyledonae (biji berkeping dua/berbelah). Sedangkan akar lembaga
atau calon akar (radicula) yang kemudian akan tumbuh terus merupakan akar
tunggang. Akar lembaga ini ujungnya menghadap ke arah liang biji, dan pada
perkecambahan biji, akar itu akan tumbuh menembus kulit biji dan akan keluar
melalui liang tadi. Akar lembaga ini terletak di antara ke dua daun lembaga
juga berwarna putih, berbentuk bulat di ujungnya dan pipih di pangkalnya.
C. Manfaat Tanaman
Karena mengandung tannin, buah sawo
yang muda bisa direbus dan airnya dimnum untuk menghentikan diare. Juga bisa
untuk membantu mengatasi gangguan pada paru.
Air seduhan daun sawo yang sudah agak
tua atau semacam teh diminum untuk mengobati batuk, demam, diare, dan disentri.
Biji yang sudah dihancurkan memiliki sifat diuretik (peluruh kencing) serta
bisa membantu menghancurkan batu ginjal dan batu kandung kemih. Ekstrak biji
ini di kawasan Yucatan dipakai sebagai penenang atau obat tidur.Bijinya juga
bisa dilumatkan dan dioleskan untuk mengatasi gigitan atau sengatan binatang
berbisa. Getah buah dan daun Achras zapota berkhasiat sebagai obat mencret, di
samping itu getahnya dapat digunakan untuk campuran gula-gula.Untuk obat
mencret dipakai lebih kurang 15 teles getah buah muda Achras zapota, diseduh
dengan ½ gelas air matang panas. Hasil seduhan diminum sekaligus.
Kandungan zat aktif: Gula, asam
askorbat, karbohidrat, serat. Biji sawo mengandung saponin yang bisa
menyebabkan sakit perut.
Daun dan batang Achras zapota mengandung
falvonoida, di samping itu daun juga mengandung saponin dan batangnya juga
mengandung tanin.
D. Syarat Petumbuhan
Tanaman sawo mudah menyesuaikan diri
dengan kondisi lingkungan baru, dari dataran rendah hingga dataran tinggi.
Namun, daerah yang disenangi adalah dataran rendah hingga ketinggian 700 m dpl.
Tipe tanah yang dikehendaki adalah lempung berpasir yang mengandung banyak
bahan organik dengan pH antara 5,5-7. Curah hujan yang sesuai 1.500-2.500 mm
per tahun (beriklim basah). Tanaman sawo tahan terhadap kekeringan dengan lima
bulan musim kemarau. Perakarannya cukup kuat sehingga tanaman sawo baik untuk
daerah yang rawan erosi. Tanaman ini mampu tumbuh di tempat yang ternaungi
maupun terbuka sehingga sering ditanam di lahan rumah.
a.
Iklim
Tanaman ini optimal dibudidayakan pada
daerah yang beriklim basah sampai kering. Curah hujan yang dikehendaki yaitu 12
bulan basah atau 10 bulan basah dengan 2 bulan kering atau 9 bulan basah dengan
3 bulan kering atau 7 bulan basah dengan 5 bulan kering dan 5 bulan basah
dengan 7 bulan kering atau membutuhkan curah hujan 2.000 sampai 3.000 mm/tahun.
Tanaman sawo dapat berkembang baik
dengan cukup mendapat sinar matahari namun toleran terhadap keadaan teduh
(naungan). Tanaman sawo tetap dapat berkembang baik pada suhu antara 22-32
derajat C.
b.
Media
Tanam
Jenis tanah yang paling baik untuk
tanaman sawo adalah tanah lempung berpasir (latosol) yang subur, gembur, banyak
bahan organik, aerasi dan drainase baik. Tetapi hampir semua jenis tanah yang
diginakan untuk pertanian cocok untuk ditanami sawo, seperti jenis tanah
andosol (daerah vulkan), alluvial loams (daerah aliran sungai), dan loamy soils
(tanah berlempung).
Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang
cocok untuk perkembangan tanaman sawo adalah antara 6–7. Kedalaman air tanah
yang cocok untuk perkembangan tanaman sawo, yaitu antara 50 cm sampai 200 cm.
c.
Ketinggian
Tempat
Tanaman sawo dapat hidup baik di
dataran rendah maupun dataran tinggi sampai dengan ketinggian 1.200 m dpl.
Tetapi ada daerah-daerah yang cocok sehingga tanaman sawo dapat berkembang dan
berproduksi dengan baik, yaitu dari dataran rendah sampai dengan ketinggian 700
m dpl.
E. Varietas
Berdasarkan bentuk buahnya, sawo
budidaya dibedakan atas dua jenis, yaitu:
a.
Sawo Manila
Buah sawo manila berbentuk lonjong,
daging buahnya tebal, banyak mengandung air dan rasanya manis. Termasuk dalam
kelompok sawo manila antara lain adalah: sawo kulon, sawo betawi, sawo karat,
sawo malaysia, sawo maja dan sawo alkesa.
b.
Sawo Apel
Sawo apel dicirikan oleh buahnya yang
berbentuk bulat atau bulat telur mirip buah apel, berukuran kecil sampai agak
besar, dan bergetah banyak. Termasuk dalam kelompok sawo apel adalah: sawo apel
kelapa, sawo apel lilin dan sawo Duren
Kerabat dekat sawo liar antara lain:
sawo kecik dan sawo tanjung. Sawo kecik atau sawo jawa (Manilkara kauki L.
Dubard.) Sawo kecik dimanfaatkan sebagai tanaman hias atau tanaman peneduh
halaman. Tinggi pohon mencapai 15 – 20 meter, merimbun dan tahan kekeringan.
Kayu pohonnya sangat bagus untuk dibuat ukiran dan harganya mahal. Sawo tanjung
(Minusops elingi) memiliki buah kecil-kecil berwarna kuning keungu-unguan,
jarang dimakan, sering digunakan sebagai tanaman hias, atau tanaman pelindung
di pinggir-pinggir jalan.
2.2. Palaquium gutta
Palaquium spp. merupakan pohon yang
memiliki tinggi 30 – 45 m, panjang batas bebas cabangnya 15 – 30 m, diameter 50
– 100 cm, kecuali pada Prostratum dapat mencapai 175 cm atau
lebih. Bentuk batang lurus dan silindris, kadang-kadang berbanir 2 – 3 m
terutama pada P. rostratum. Kulit luar berwarna coklat, kelabu coklat,
merah-coklat atau merah tua sampai agak hitam. Warna kayu teras bervariasi dari
coklat-kuning, coklat muda, coklat ungu, coklat-merah sampai coklat atau merah
tua. Kayu gubal berwarna lebih muda, tetapi biasanya hanya sedikit berbeda dari
kayu teras, tebal seringkali sampai 10 cm. Tekstur kayu agak halus sampai agak
kasar dan merata. Arah serat lurus sampai agak berpadu, permukaan kayunya agak
licin dan kadang-kadang mengkilap.
A. Klasifikasi (Palaquium Spp.)
Regnum : Plantae
(Tumbuhan)
Divisi : Magnoliophyta
(Tumbuhan berbunga)
Class : Magnoliopsida
(berkeping dua / dikotil)
Ordo : Ebenales
Family : Sapotaceae
Genus : Palaquium
Spesies : Palaquium
spp.
B. Ciri- Ciri Umum
a.
Daun
Daun mengumpul di ujung ranting,
tunggal, berbentuk bulat telur sungsang (obovate) sampai lonjong elliptik,
berukuran 6 – 25 × 2 ½ - 7 ½ cm, daun yang kering menyerupai kertas tetapi
sangat kaku, di bagian atas gundul, di bagian bawah berwarna cokelat keemasan,
tulang daun utama di bagian atas tenggelam, tulang daun sekunder berjumlah 16 –
30 pasang, umumnya mempunyai satu atau lebih tulang daun tertier yang sangat
jelas di antara tulang daun sekunder dan sejajar dengannya
b.
Bunga
Bunga dari Palaquium spp. berjumlah
sampai 6 berkumpul pada ketiak daun. Buahnya bulat telur sampai bulat,
diameternya kurang lebih 2 ½ cm, berbulu halus dan berbiji 1 – 2 buah. Biji
mempunyai lampang (scar) yang hampir meliputi setengah dan bagian dari biji itu
tidak terdapat endosperma tetapi kotiledonnya tebal (Tantra, 1979). Lebih
lanjut lagi, Yuniarti dkk. (2011) menambahkan bahwa pohon Palaquium spp.
berbuah setiap tahun pada bulan Desember sampai dengan bulan Maret.
c.
Penyebaran
Palaquium spp.
Palaquium spp. dapat ditemukan di
seluruh Indonesia, khususnya di Semenanjung Malaya, Sumatera, Kalimantan, Jawa,
Maluku dan Sulawesi di Sulawesi, dapat ditemukan di Taman Nasional Lore Lindu,
di Cagar Alam Tangkoko Batuangus dan di hutan dataran rendah hutan rawa air
tawar dekat tepi Danau Ranu, Sulawesi Tengah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan,
Palaquium sp. merupakan jenis penghuni khusus habitat bukit sisa di kawasan
kars Maros-Pangkep.
Palaquium spp. tumbuh pada tanah berawa
dan sebagian pada tanah kering, dengan jenis tanah liat atau tanah berpasir.
Selain itu, Palaquium spp. juga dapat tumbuh di daerah banyak hujan
pada ketinggian 20 – 500 m dari permukaan laut
d.
Kegunaan
Palaquium spp.
Secara umum kayu Palaquium spp. baik
digunakan sebagai bahan bangunan. Selain itu beberapa jenis diantaranya seperti
P. burckii, P. obtusifolium dan P. rostratum dapat dipakai untuk membuat perahu
atau kano, sedangkan kayu banirnya biasa dipakai untuk dayung, roda gerobak,
gagang pacul dan tangkai kapak. Kayu P. javense biasa dipakai untuk membuat
gamelan dan mebel halus, khususnya di Jawa Tengah.
Kayu Palaquium spp. dapat dikupas tanpa
perlakuan pendahuluan dengan sudut kupas 910 dan menghasilkan venir yang cukup
baik. Kemudian venir direkatkan dengan urea-folmaldehida umumnya menghasilkan
kayu lapis yang memenuhi persyaratan standar Jerman . Biji dari beberapa jenis
Palaquium spp. mengandung lemak yang tinggi kadarnya dan jenis ini juga biasa
disadap untuk diambil getahnya (getah perca/getah merah).
Getah perca atau gutta percha
mengandung sampai 85% zat hidrokarbon berwarna putih yang dinamakan gutta (C10H6)
, 13 – 20% dua macam oksida dari resin yang disebut alban (C10H6O) dan fluavil
(C20H32O). Bahan tersebut terutama digunakan dalam pembuatan bahan isolasi,
alat-alat pembedahan, alat-alat penunjang (spalk, statif dan lain-lain) dan
sebagai bahan penutup luka. Selain itu, bahan ini digunakan pula untuk
pembuatan semen (glassionomer cement) atau komposit yang dipakai untuk menambal
gigi yang berlubang.
Kayu Palaquium spp. mempunyai pita
berjarak rapat, serupa dengan parenkim pada kayu jelutung. Frekuensi
jari-jarinya lebih banyak daripada frekuensi jari-jari kayu jelutung. Oleh
karena itu, kayu ini cocok untuk digunakan sebagai pengganti kayu jelutung
dalam pembuatan batang pensil. Hasil percobaan menunjukkan bahwa batang pensil
yang dibuat dari kayu Palaquium spp. dengan kerapatan 0,40 – 0,60 gr/cm3,
ternyata mudah diserut seperti halnya kayu jelutung. Selain mudah diserut, kayu
Palaquium spp. mempunyai kelebihan tertentu dibanding dengan kayu jelutung
sebagai bahan pembuatan batang pensil sebab kayu Palaquium spp. berwarna coklat
merah sehingga tidak memerlukan pewarnaan lagi seperti halnya yang dilakukan
terhadap kayu jelutung selama ini.
3.3. Mimusops
elengi
Tanaman tanjung (Mimusops elengi L.)
merupakan salah satu jenis tanaman pohon yang cukup prospektif untuk
dipergunakan dalam program pengembangan hutan kota, karena memiliki multi
fungsi. Tanaman tanjung memiliki ketahanan yang tinggi terhadap pencemaran debu
semen dan kemampuan yang tinggi dalam menjerap (adsorpsi) dan menyerap
(absorpsi) debu semen, tidak peka terhadap pencemaran udara walaupun kemampuan
jerapannya terhadap timbal rendah, dapat menghasilkan bau harum yang dapat
menetralisir bau busuk, bunganya dapat diambil dan dimanfaatkan masyarakat guna
meningkatkan taraf gizi/ kesehatan dan penghasilan masyarakat dan mempunyai
nilai estetika. Oleh karena itu tanaman tanjung dapat dipergunakan dalam
program pengembangan hutan kota di kawasan pabrik, di kawasan dengan pencemaran
udara yang tinggi, di kawasan tempat penimbunan sampah atau di kawasan
pemukiman kumuh dan padat.
Tanjung juga disebut sebagai tanaman
serbaguna, kayunya dikenal awet, keras, kuat untuk konstruksi jembatan, perahu,
kapal laut, lantai, rangka dan daun pintu (Sarliani 2002). Bagian tanaman
lainnya juga dimanfaatkan seperti akar, kulit, daun dan bunganya sebagai bahan
obat-obatan. Tanaman tanjung (Mimusops elengi) digunakan oleh masyarakat untuk
mengobati diare, asma, radang hidung dan radang tenggorokan. Tanaman ini
merupakan salah satu tanaman perindang, daunnya sangat rimbun dan rapat serta
bunganya berbau harum.
A. Klasifikasi Tanjung (Mimusops Elengi)
Divisio :
Spermatophyta
Sub
division : Angiospermae
Class :
Dicotyledoneae
Ordo :
Ebenales
Family :
Sapotaceae
Genus :
Mimusops
Species :
Mimusops elengi
B. Ciri Ciri Umum
a.
Pohon
Pohon berukuran sedang, tumbuh
hinggaketinggian 15 m. Daun-daun tunggal, tersebar, bertangkai panjang; daun
yang termuda berambut coklat, yang segera gugur. Helaian daun bundar telur
hingga melonjong, panjang 9–16 cm, seperti jangat, bertepi rata namun menggelombang.
1)
Tekstur
pohon
Tekstur pohon tanjung
( Mimusops elengi ) memiliki tekstur sedang yaitu pohon yang
memiliki daun yang tidak terlalu lebar dan tidak terlalu kecil serta memiliki
pohon yang kelihatannya agak kasar jika dilihat dan dirasakan.
2)
Warna
pohon
Warna pohon tanjung
( Mimusops elengi ) hijau kekuningan karena warna tajuk serta
batangnya memiliki warna hijau kekuningan.
3)
Bentuk
tajuk pohon
Bentuk tajuk pohon tanjung ( Mimusops
elengi ) memiliki bentuk bundar (round) yaitu tajuk pohon yang dibentuk oleh
dahan – dahan dan ranting – ranting yang arah tumbuhnya beranekaragam, daun –
daunnya lebat, tersusun beraturan, tinggi tajuk lebih kurang sama dengan lebar
tajuk, sehingga secara keseluruhan system percabangan ini menghasilkan bentuk
tajuk seperti bola.
b.
Bunga
Bunga berkelamin dua, sendiri atau
berdua menggantung di ketiak daun,berbilangan-8, berbau enak
semerbak. Kelopak dalam dua karangan, bertaju empatempat; mahkota dengan tabung
lebar dan pendek, dalam dua karangan, 8 dan 16, yang terakhir adalah alat
tambahan serupa mahkota, putih kekuning-kuningan. Benang sari 8, berseling
dengan staminodia yang ujungnya bergigi. Buah seperti buah buni, berbentuk
gelendong, bulat telur panjang seperti peluru, 2–3 cm, akhirnya merah jingga, dengan
kelopak yang tidak rontok. Biji kebanyakan 1, gepeng, keras mengilat, coklat
kehitaman.
Batang dari tanaman ini bersudut dan
pada pohon yang sangat tua terkadang keras dan padat, berserat halus tetapi
dapat dengan mudah retak. Sehingga orang jarang menggunakannya tetapi dalam air
dapat bertahan lama.
c.
Batang
Bentuk batang pohon yang dimaksud
adalah bentuk batang dilihat dari penampang melintang dan kondisi permukaannya.
Dilihat dari penampang melntang batang pohon, maka bentuk batang dibedakan dau
macam yaitu bentuk bulat dan bentuk persegi
d.
Buah
Buah seperti buah mlinjo (So),
berbentuk gelendong, bulat telur panjang seperti peluru, 2–3 cm, akhirnya merah
jingga, dengan kelopak yang tidak rontok. Biji
kebanyakan
1, gepeng, keras mengilat, coklat kehitaman
e.
Tempat
Tumbuh
Tanaman
tanjung (Mimusops elengi) diperkirakan terdiri dari 40 marga dan 600 jenis.
Terutama sekali merupakan pohon tropika, umumnya di Asia dan Amerika Serikat
Tumbuhan ini diduga berasal dari India kemudian menyebar ke Burma (Myanmar),
Srilangka dan daerah tropika lainnya . Tanjung (Mimusops eiengi) berukuran
sedang dan dapat juga kecil. Biji-bijinya bila berkecambah dapat dipergunakan
untuk perkembangbiakkannya dari cangkokan. Dapat tumbuh pada tanah berpasir, di
dataran rendah yang terbuka. tumbuh baik pada ketinggian kurang dari 800 meter
di atas permukaan laut.
f.
Iklim
Tanaman tanjung bisa tumbuh ditempat
yang beriklim tropika. Selain itu tanaman itu mudah sekali didapatkan di
sekitar jalan–jalan protokol. Tanaman tanjung ini kurang cocok tumbuh di daerah
subtropika karena iklimnya tidak sesuai dengan pertumbuhan daun tanaman tanjung
ini untuk berkembang biak.
g.
Tanah
Hubungan warna tanah dengan kandungan
bahan organik di daerah tropika sering tidak sejalan dengan di daerah beriklim
sedang (Amerika dan Eropa). Tanah-tanah merah di Indonesia banyak yang
mempunyai kandungan bahan organik lebih dari satu persen, sama dengan kandungan
bahan organik tanah hitam (Mollisol) di daerah beriklim sedang.
Tanah mempunyai peranan yang penting
bagi proses pertumbuhan bagi tanaman khususnya tanaman tanjung, dimana apabila
kondisi tanah kurang baik atau kurang subur karena hara yang dimiliki atau yang
dikandung sangat sedikit maka pertumbuhan juga akan terhambat.
C. Pemanfaatan
Tanaman tanjung banyak dimanfaatkan
sebagai pohon pelindung yang terdapat pada jalan–jalan protokol. Selain itu
buah tanjung banyak dimakan oleh burung sehingga penyebaran bibitnya mudah
menyebar karena bantuan burung yang memakan buahnya dan menjatuhkannya di
tempat yang lain. Tanaman tanjung termasuk pada tanaman yang sensitif, sehingga
tanaman ini tidak cocok untuk ditempatkan di pinggi jalan atau jalur
convergen (penyatuan dua jalan). Pemilihan jenis yang baik seharusnya memiliki
fungsi pereduksi polutan, pengarah dan Landmark dari kategori tanaman toleran
sampai sedang. Disisi lain keistimewaan dari tanaman ini adalah bentuk tajuknya
yang indah, perpaduan bentuk dan warna daunnya yang hijau mengkilat dan buahnya
yang masak berwarna merah atau merah jingga sehingga jenis tanaman ini sangat
bagus untuk komponen taman sekaligus untuk tanaman peneduh.
Pohon tanjung termasuk jenis tanaman
pohon yang bergetah, ketinggiannya dapat mencapai 15 m, daun tunggal
bertangkai. Duduk daun tersebar, bertepi rata, bertulang menyirip. Helaian daun
berbentuk bulat memanjang atau bulat telur memanjanag, panjang 9-16 cm.
Daun-daun yang muda berwarna coklat, bila sudah tua hijau. Tanjung dapat hidup
dengan baik ditempat-tempat yang terbuka dan kena sinar matahari langsung, baik
di dataran rendah maupun dataran tinggi, yakni pada ketinggian 1000 m diatas
permukaan laut. Untuk mendapatkan tanaman yang sehat, media tanam atau lahan
yang akan ditanami harus subur, gembur dan drainase diatur dengan baik.
Tanaman tanjung dalam peranannya
sebagai hutan kota, dijadikan sebagai identitas kota Surabaya saat ini. Selain
sebagai identitas kota, tanaman ini juga memiliki beberapa kelebihan / peranan
dalam hutan kota diantaranya:
1. Kemampuan
Tanaman Dalam Penyerapan Pencemaran Udara (khususnya Pb)
Ada beberapa tanaman atau tumbuhan yang
mempunyai kemampuan sebagai media penyerap polutan atau mengurangi pencemaran
udara yang dihasilkan oleh industri dan alat transportasi.
Tumbuhan mempunyai kemampuan menjerap
dan mengakumulasi zat pencemar. Tumbuhan melalui daunnya dapat menangkap
partikel timbal yang diemisikan kandaraan bermotor. Menurut Koeppe dan
Miller dalam Siringoringo, kemampuan tanaman dalam menjerap timbal
sangat dipengaruhi keadaan permukaan daun tanaman. Daun yang mempunyai bulu
(pubescent) atau daun yang permukaannya kesat (berkerut) mempunyai kemampuan
yang lebih tinggi dalam menjerap timbal, daripada daun yang mempunyai permukaan
lebih licin dan rata. Kemampuan daun tanaman menjerap suatu polutan dipengaruhi
oleh karakteristik morfologi daun, seperti ukuran dan bentuk daun,
adanya rambut pada permukaan daun dan juga tekstur daun.
Bukti/ efek dari penyerapan polutan
oleh paparan CO, NOx, SOx dan timbal pada tanaman tanjung adalah mudah dijumpai
pada daun. Contoh efek akut adalah klorosis dan nekrosis pada permukaan daun
yang dapat menyebabkan jaringan daun menjadi rusak dan mati sehingga
disimpulkan bahwa pemaparan emisi kendaraan memberikan efek negatif. Ditandai
dengan jumlah daun yang rusak pada tanaman yang diberi pemaparan polutan lebih
banyak daripada daun control.
2. Penyerap
dan Penapis Bau
Tanaman dapat digunakan untuk
mengurangi bau. Tanaman dapat menyerap bau secara langsung atau tanaman akan
menahan gerakan angin yang bergerak dari sumber bau. Akan lebih baik lagi
hasilnya, jika tanaman yang ditanam dapat mengeluarkan bau harum yang dapat
menetralisir bau busuk dan menggantinya dengan bau harum. Tanaman yang dapat
menghasilkan bau harum antara lain: cempaka (Michelia champaka) dan tanjung (Mimosops
elengi).
3. Fungsi
Lainnya
Tanaman Tanjung sebagai hutan kota juga
berperan secara tidak langsung sebagai peredam kebisingan, mengurangi bahaya
hujan asam, penyerap karbon monoksida dan karbon dioksida serta menghasilkan
oksigen, penahan angin dan lain-lain.
D. Daerah Sebaran Tanaman Tanjung di
Kampus IPB Darmaga
Tanaman Tanjung ini dapat dengan mudah
ditemukan di Kampus IPB Darmaga. Tanaman ini juga dijadikan bagian dari tanaman
peneduh disebagin besar jalan yang ada di dalam kampus ini. Beberapa lokasi
tempat ditemukannya tanaman tanjung ialah jalan ulin,
sekeliling Graha Widia Wisuda (GWW), pinggiran jalan menuju
Al-hurriyah, perumahan dosen. dan lokasi-lokasi lainnya.
E. Anomali Tanaman Tanjung
Sekalipun
tanaman ini merupakan tanaman yang serbaguna, namun perlu diperhatikan sebelum
digunakan/ dipilih sebagai spesies tanaman dalam hutan kota. Hal ini
dikarenakan pada beberapa penemuan lapangan, ternyata jenis ini mudah sekali
merontokan daunnya, sehingga kurang baik bila di tempatkan dipinggir jalan,
akan mengotori badan jalan. Selain itu disebutkan bahwa kayu tanaman ini
relatif kuat, namun pada beberapa individu yang ditemukan, mudah pula retak.
Hal ini sangat dikhawatirkan bila tamanan ini ditempatkan sebagai wind break
akan mudah roboh dan mengenai para pengguna jalan.Dilihat dari kandungan bahan
bakan kering yang cukup tinggi, perlu dipertimbangan lebih lanjut, karena
dikhawatirkan keberadaan serasah tanaman ini dapat dengan mudah menyulut
timbulnya api.
III. PENUTUP
A.
Kesimpulan
Makhluk hidup yang mempunyai ciri dan
sifat yang sama di kelompokkan ke dalam satu golongan. Makin banyak persamaan
ciri dan sifat yang ada pada makhluk hidup, makin dekat kekerabatannya.
Berdasarkan persamaan ciri dan sifat makhluk hidup maka dapat dibentuk kelompok
– kelompok. Kelompok – kelompok yang terbentuk diatur dalam urutan dan tingkat
tertentu. Suku atau family sapotaceae merupakan tumbuhan perdu atau pohon
dengan daun-daun tunggal yang tersebar, jarang berhadapan, tanpa mempunyai daun
penumpu atau mempunyai daun penumpu yang lekas runtuh, bunga dalam ketiak daun,
tiap-tiaap tajuk kadang-kadang mempunyai organ-argan tambahan pada sisi
sampingnya.
B.
Saran
Saran saya kepada
mahasiswa kehutanan agar mengetahui cirri-ciri umum dari setiap fmili atau suku
setiap tumbuhan.
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar secara bijak sesuai topik pembahasan